Wisata Belanja di Kebun Kurma
Jabal Uhud atau Gunung Uhud sudah banyak dikenal orang. Bagi peziarah atau jemaah haji, gunung ini merupakan salah satu destinasi yang ‘wajib’ dikunjungi.
Namun tak banyak yang tahu bahwa di seputaran Uhud terdapat beberapa kebun kurma yang menarik dijadikan tujuan wisata.Salah satu kebun kurma yang kerap dikunjungi adalah kebun milik keluarga Ar-Raddadi. Kebun yang terletak di Jalan Uyun ini ramai dikunjungi jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Biasanya jemaah akan mampir ke kebun ini usai ziarah ke Jabal Uhud.
M Nasrul Hamdi, Manajer Kebun ar-Raddadi Madinah, menuturkan, kebun kurma ar-Raddadi dibuka untuk jemaah sejak lima tahun lalu. Awalnya, kebun ini hanya kebun biasa yang tertutup buat orang luar. Namun atas masukan jemaah haji, keluarga ar-Raddadi membuka kebunnya untuk umum.
Ar-Raddadi juga membangun toko sebagai pusat penjualan hasil kebun. “Selain menikmati wisata kebun kurma, jemaah juga dapat langsung membeli kurma hasil kebun ini,” kata Hamdi, orang kepercayaan keluarga ar-Raddadi.
Kebun seluas dua hektare ini hampir tiap hari didatangi pengunjung atau pembeli kurma. Jumlah mereka bakal melonjak di musim haji seperti saat ini.
Terdapat 400 pohon kurma dari 20 jenis di kebun milik keluarga Badui bernama Muhammad Hasan ar-Raddadi itu. Tak hanya satu kebun, keluarga ar-Raddadi juga punya kebun-kebun kurma lain di luar Kota Madinah. Keluarga ini termasuk keluarga hartawan dan terpandang di Madinah.
Menurut Hamdi, yang paling laris dan paling diminati jemaah haji adalah kurma Ajwa atau yang dikenal dengan sebutan kurma ‘Nabi’. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengonsumsi kurma ini dengan jumlah ganjil tiap hari. Selain itu, kurma Ajwa diyakini dapat dapat dijadikan obat.
“Ia dapat menangkal sihir dan racun,” kata lelaki kelahiran Pulau Lombok itu seraya menyitir hadis Nabi, “Barang siapa yang makan kurma Ajwa tujuh butir sehari, maka ia akan terlindung dari sihir dan racun. Inilah khasiat kurma Ajwa.”
Jemaah memang sengaja membeli kurma Ajwa untuk dijadikan obat. Hamdi menuturkan, pernah ada jemaah umrah Indonesia yang jadi korban santet. Ia dan adiknya datang ke kebun untuk membeli kurma Ajwa. Si jemaah kemudian diminta memakan kurma dalam jumlah ganjil.
“Baru makan tiga butir saja yang bersangkutan langsung teriak-teriak. Badannya panas. Itu pertanda kurma Ajwa bereaksi terhadap santet,” tuturnya.
Bahkan ada seorang jemaah Malaysia ngamuk-ngamuk begitu tiba di kebun. Ketika diberi kurma Ajwa, ia langsung diam. “Soal khasiat kurma ini ada di hadis shahih, jadi tak perlu diragukan lagi,” Hamdi menegaskan.
Terdapat sekitar 30 orang pekerja di kebun ar-Raddadi, sebanyak 10 orang di antaranya adalah orang Indonesia, tujuh orang dari India dan Pakistan, sisanya adalah pekerja lokal atau orang Saudi.
Sekadar informasi, kurma termasuk salah satu tumbuhan yang jarang berbuah. Ia hanya bisa dipanen setahun sekali. Kurma di kebun ar-Raddadi pun demikian, hanya dipanen saat Ramadhan saja. Per pohon menghasilkan 25-30 kilogram kurma.
Sebagaimana halnya tanaman lain, pohon kurma juga mendapatkan perawatan khusus. Biasanya setelah musim haji berakhir, pekerja di kebun akan rutin menyiram dan memupuki pohon kurma. Dan saat pohon mulai berbuah, mereka akan menyemprotkan pembasmi hama untuk menjaga buah kurma tetap ranum dan segar.
Harga per kilo kurma di kebun atau toko ar-Raddadi bervariasi, tergantung jenisnya. Kurma Ajwa misalnya, dijual mulai 50-80 riyal. Jenis lain juga begitu, mulai 30-50 riyal. Kurma produksi kebun ini diekspor ke sejumlah negara Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia.
Buah favorit
Jemaah haji Kloter SOC 69, Muhammad Rohaini, mengapresiasi adanya kebun-kebun kurma yang dijadikan destinasi wisata. Ketua Rombongan KBIH NU Kota Semarang itu mengatakan, kunjungan wisata dari satu kebun ke kebun yang lain di Madinah sangat menarik.
"Sebab kurma menjadi oleh-oleh favorit jemaah," ujarnya. "Rata-rata jemaah membeli kurma sebanyak 5-50 kilogram dari satu kebun kurma."
Cuma, kata Rohaini, ada kendala di pengiriman. Jemaah hanya dibatasi membawa maksimal 20 kilogram kurma. Jika tak dibatasi, mereka pasti membeli kurma dalam jumlah yang lebih banyak.
Ia juga berharap pemerintah Arab Saudi mau membuka lagi kebun-kebun kurma yang lain untuk dikunjungi peziarah atau jemaah haji. Tak hanya satu atau dua kebun saja.
Kebetulan hari itu jemaah SOC 69 mengunjungi dua kebun kurma. Kedatangan ke kebun ar-Raddadi adalah kunjungan kedua. "Jemaah kami sangat puas dengan kunjungan ini. Dan mereka pasti membeli kurma dari kebun-kebun yang dikunjungi," bebernya.
Selain kurma, toko ar-Raddadi juga menjual aneka coklat dan manisan. Beberapa jemaah haji Indonesia tampak sibuk memilih aneka coklat yang tersaji di atas meja dagangan. Hj Erna, jemaah asal Banten, termasuk salah satu yang terlihat sibuk memilih dan menawar cokelat dari penjaga toko.
"Tempatnya bagus. Senang bisa milih dan nyicipin. Harganya juga masih standar," ungkapnya. Erna dan suami sengaja membeli kurma dan cokelat sebagai oleh-oleh buat keluarga dan kerabat di Tanah Air.
Selain jemaah haji Indonesia, jemaah haji dari negara lain seperti Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, dan Malaysia juga tampak mengerubungi kebun dan toko kurma ar-Raddadi.
Abdul Lathif Muhammad misalnya, jemaah haji asal Kuala Lumpur, Malaysia. Ia merasa senang bisa mampir ke kebun kurma yang sejuk nan rindang. Lelaki Melayu ini tak menyangka jika di kawasan tandus Arabia terdapat kebun-kebun kurma yang adem. Tak ubahnya kebun di Malaysia atau Indonesia.
Lathif berniat membeli kurma dalam jumlah banyak namun khawatir tak bisa dibawa naik pesawat. "Kata ustadz, kami bisa bawa 30-50 kilogram. Tapi tak tahu juga. Masih belum dikonfirmasi berapa sebenarnya yang boleh dibawa. Kami masih menunggu dulu," ungkapnya.
Jemaah yang berkunjung ke kebun bersama istrinya itu memang berharap dapat membawa kurma dalam jumlah banyak. “Sementara kami beli 5 kilogram kurma dulu. Tak hanya Ajwa, tapi campur-campur. Kalau sudah ada kepastian soal maksimal berat kargo, baru kami beli lagi,” imbuhnya.
Lathif menuturkan, jemaah Malaysia hanya tinggal 39 hari di Tanah Suci, di Makkah dan Madinah. Cuma beda sehari dengan jemaah Indonesia yang berada di Tanah Suci hingga 40 hari. "Kami tinggal hingga 31 hari di Makkah, sementara di Madinah hanya delapan hari."
Kesempatan di Madinah ia gunakan untuk beribadah di Masjid Nabawi dan mengunjungi sejumlah situs bersejarah di Kota Nabi. Salah satunya adalah kebun kurma.
Kebun kurma memang bisa jadi alternatif destinasi wisata. Pengunjung tak hanya menikmati rindangnya pepohonan, tapi juga dapat mencicipi langsung kurma yang diidamkan.*