You: Kisah Asmara yang Mengorbankan Banyak Nyawa
Jatuh cinta seringkali dianggap sesuatu yang menyenangkan, lebih-lebih bila mengikuti prosesnya sejak awal. Mulai dari pendekatan, saling tukar nomor telepon, sampai akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Hari-hari rasanya seperti berada dalam nirwana. Kira-kira begitulah klaim dari mereka yang diselimuti cinta.
Tapi, bagaimana jika proses dan relasi yang dijalani berubah menjadi malapetaka yang mungkin tak pernah dibayangkan sebelumnya? Bagaimana bila segala keindahan yang muncul dan membikin wajah senantiasa berseri-seri itu hanyalah kedok untuk menutupi sesuatu yang lebih keji dengan melibatkan darah dan amarah atas nama cinta?
Inilah yang lantas menjadi narasi utama dalam serial keluaran Netflix berjudul You. Kisah You adalah gabungan dari banyak hal: obsesi, posesif, hingga pemahaman yang salah soal cinta.
Semua bermula dari sebuah toko buku klasik di New York, manakala dua tokoh utama, Joe Goldberg (Penn Badgley) dan Guinevere Beck (Elizabeth Lail) bertemu untuk kali pertama.
Pandangan Joe waktu itu, tak bisa lepas dari sosok Beck. Lewat voice over, Joe mendeskripsikan Beck dengan begitu detil. Rambutnya, tubuhnya, tawanya, hingga buku favoritnya. Joe, seketika, mengutip pepatah lawas, “jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Dari perjumpaan di toko buku, yang berakhir dengan perkenalan, Joe kemudian mencari tahu semua hal yang berhubungan dengan Beck. Ia mencari namanya di Facebook dan Instagram untuk mengamati kepribadiannya di dunia daring, mendatangi apartemennya, hingga mengikutinya sampai kampus. Joe sangat terobsesi dengan Beck.
Fase pendekatan yang dilakukan Joe mendapati momentumnya secara tak sengaja, tatkala ia menemukan Beck di stasiun metro dalam kondisi mabuk parah sehabis berpesta. Joe lalu menemaninya agar sadar, mengantarkannya pulang, dan setelahnya mereka pun intens berkirim pesan.
Konsep “The One”
Joe adalah laki-laki yang berusia sekitar 27 atau 28 tahun. Pembawaannya kalem dan tampilan fisiknya menarik. Pekerjaannya juga cukup mapan: manajer sekaligus pemilik toko buku klasik.
Untuk urusan asmara, Joe percaya dengan konsep “the one,” yang biasa diartikan sebagai “jodoh.” Ketika ia sudah menemukan sosok “the one,” ia bakal melakukan apa saja untuk memastikan cintanya tetap terjaga.
Sementara Beck merupakan perempuan yang berusia dua-tiga tahun lebih muda dibanding Joe. Ia atraktif dan pribadi yang menyenangkan. Jika Joe begitu antusias mencari sosok “the one” dan cintanya, Beck lebih realistis?terkesan sedikit malas. Pasalnya, Beck berkali-kali mengalami pahitnya cinta.
Pasangannya yang terdahulu gagal menjalankan perannya dengan baik, di tengah hidupnya yang cukup semrawut akibat urusan kuliah, pekerjaan, dan ambisi jadi penulis terkenal. Beck, kali ini, tak ingin kelewat ngoyo mencari “the one” dan lebih memilih menunggu orang itu datang dengan sendirinya.
Keadaan tersebut mempertemukan keduanya pada satu titik yang terang. Joe merasa Beck adalah “the one” versinya, sedangkan Beck menganggap Joe sebagai lelaki yang ideal untuknya?pengertian, pintar, dan dewasa. Perasaan keduanya ini lantas mampu menciptakan hubungan yang adem, namun lama-kelamaan menjadi racun.
Serial You, secara garis besar, memperlihatkan wajah relasi asmara yang menyeramkan, di mana cinta atau perasaan sejenisnya membikin seseorang gelap mata. Joe adalah representasi sosok malaikat dan setan yang berdiri dalam waktu yang sama. Ia bisa menjadi pribadi yang baik, tapi ia juga mampu berubah sosok yang bengis.
Menyaksikan perilaku Joe dalam membina relasi percintaan dengan Beck mengingatkan saya pada sosok Yudhis (diperankan Adipati Dolken) di film Posesif (2017) garapan Edwin. Bedanya, Joe lebih militan dan fanatik. Tak sekadar stalking media sosial maupun isi gawai milik pacarnya, Joe bahkan tega menghabisi nyawa orang-orang terdekat Beck guna memastikan bahwa cintanya tetap membara. Karakter Joe merupakan karakter yang agresif dan manipulatif.
Ihwal pengertian cinta yang mengubah seseorang juga tak sebatas dirasakan Joe. Beck pun mengalami hal serupa. Relasinya bersama Joe membikin dirinya begitu bergantung kepadanya. Beck tak bisa berpikir logis. Ini bisa disimak kala Beck masih saja kepikiran dan berhasrat balikan dengan Joe meski Beck tahu Joe sudah melakukan kesalahan yang cukup fatal. Berkali-kali Beck kecewa, berkali-kali pula ia memaafkan dan kembali memeluknya.
Tiap episode dalam You selalu menawarkan sensasinya sendiri. Masing-masing sutradara dalam You berhasil menyajikan konflik yang dijahit begitu rapi, punya alur yang jelas, dan, yang paling membahagiakan, menyimpan banyak twist. Jika Anda menganggap You adalah serial drama romantis, maka Anda salah?ia adalah thriller.
Konflik dalam You yang lintas-personal dan kompleks tak akan berjalan dengan baik bila tak ditunjang karakterisasi yang apik. Karakter dalam You tak asal muncul dan berbicara serampangan. Mereka punya tujuan yang jelas maupun latar belakang yang tegas. Candace Stone (Ambyr Childers), mantan kekasih Joe, misalnya. Ia memang baru muncul menjelang season berakhir. Namun, kemunculan Candace tak semata tempelan, melainkan juga berkontribusi untuk membuka siapa sosok Joe yang sebenarnya.
Ada pula tokoh bernama Peach Salinger (Shay Mitchell), sahabat Beck yang mirip Kim Kardashian. Motivasinya untuk selalu melindungi dan mendukung Beck ternyata tak lahir dari ruang kosong. Ia sangat mengagumi Beck?dalam konteks yang romantis. Kehadiran Peach lalu membuka konflik yang aneh sekaligus rumit bersama Joe, dengan akhir yang bikin geleng-geleng kepala.
Kota Besar dan Hati yang Kosong
Di luar perkara asmara kedua tokoh yang penuh belokan, konflik dalam You sebetulnya bisa ditarik ke aspek yang lebih jauh: imbas dari kehidupan di kota besar, dalam hal ini adalah New York.
Tinggal di New York ternyata membikin Beck maupun Joe terjebak dalam lingkungan dan rutinitas yang begitu-begitu saja. Joe tak punya kegiatan lain selain di toko?dan pacaran atau menguntit Beck. Temannya pun hanya Ethan (Zach Cherry), asistennya di toko buku, dan Paco (Luca Padovan), anak tetangganya yang seringkali dipinjami koleksi-koleksi buku rare. Beck juga sami mawon. Lingkungannya hanya berputar di antara tiga sahabatnya yang hidup dalam gelimang hedonisme, kampus, dan Joe.
New York, pada dasarnya, menawarkan gemerlap hidup dan hal-hal menarik lainnya yang dapat dikulik. Tapi, karakter-karakter dalam You tak mengambil opsi tersebut. Mereka hanya berkubang dalam lingkaran yang sama setiap waktu sehingga, tak dapat dipungkiri, berandil pada terciptanya ketergantungan yang beracun.
Opsi untuk mencari lingkungan yang lain sebenarnya bisa saja dijajaki dengan mudah mengingat baik Joe maupun Beck bukanlah sosok yang digambarkan susah berinteraksi. Mereka cerdas, supel, dan punya personality yang menarik. Dengan kualifikasi diri semacam itu, rasanya begitu mudah bagi mereka untuk bersosialisasi dengan ruang yang baru.
Apa yang dialami Joe dan Beck bisa jadi merupakan wajah orang-orang yang tinggal di kota besar. Saat fisik dan pikiran diterjang tekanan pekerjaan, target pencapaian hidup, dan persaingan yang keras, orang-orang menjadi malas?dengan dalih lelah?untuk bersosialisasi. Mereka tak ingin mengambil risiko dan cenderung tetap berada di zona nyamannya.
Membuka kemungkinan untuk lingkungan, orang-orang, dan relasi yang baru, pada hakikatnya, penting dijajaki, selama tinggal di kota besar. Pilihan ini bisa mendistraksi perhatian dari masalah personal, menjajaki wacana yang menyegarkan, serta bisa jadi turut membantu diri semakin berkembang.
Menyalahkan lingkungan pergaulan sebagai penyebab munculnya toxic relationship dalam kasus Joe-Beck tentu tidak 100 persen tepat. Hubungan asmara yang beracun ada banyak pemicunya. Dalam You, hal tersebut juga lahir karena obsesi yang kelewat liar, cinta yang ditafsirkan serampangan, hingga salah kaprah soal konsep “the one.” Apapun dalihnya, relasi asmara yang berujung pada tindak-tindak kekerasan dan bersimbah darah, haruslah dilawan. Dan You mengingatkan bahwa hubungan asmara yang beracun masih ada lingkungan sekitar.
Baca juga artikel terkait MILD REPORT atau tulisan menarik lainnya Faisal Irfani