Bye Bajakan, Ini Faedah Aplikasi Streaming Legal Buat Sineas Lokal
-
(Ilustrasi. Foto: Brooke Cagle/Unsplash)
Uzone.id -- Sebelum pergantian tahun 2020, masyarakat dibikin geger dengan pemblokiran situs streaming bajakan seperti IndoXXI. Padahal, sudah jelas-jelas yang namanya bajakan sudah pasti merugikan.Namanya juga karya, sama seperti bekerja. Butuh skill, makan waktu, penyaluran ide, keringat bercucuran, semua demi apresiasi dan tentu saja mendapat penghasilan berkat karya tersebut.
Situs bajakan jelas merugikan sineas Indonesia karena karya mereka seperti dirampas. Dicolong. Sifatnya ilegal.
“Piracy sudah kita lawan sejak lama karena merugikan banget. Mereka sama seperti mencolong karya saja, ruginya bisa sampai miliaran bagi industri perfilman Indonesia. Padahal kita semua bisa akses layanan streaming yang jelas legal di sini,” ungkap Sheila Timothy selaku produser dan anggota Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) saat ditemui beberapa awak media di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (9/1).
Baca juga: Mendikbud Ajak Netflix Kolaborasi, Ngapain?
Selama ini, perfilman lokal sudah pasti mengandalkan bioskop sebagai sarana distribusi karya dan mendulang pendapatan dari sana. Selain itu, seiring berjalannya teknologi, layanan streaming film seperti Hooq, Iflix, hingga Netflix dianggap turut berkontribusi sebagai etalase bagi film-film Indonesia.
“Sampai sekarang pengembalian modal terbesar masih dari bioskop. Bisa dikatakan 60 sampai 70 persen. Uniknya, layanan OTT [over-the-top/streaming film] menunjukan perkembangan yang besar,” kata Sheila.
Dia melanjutkan, “dulu 5 sampai 6 tahun belakangan, urutan kedua setelah bioskop masih tayangan di televisi. Tapi sekarang, penghasilan industri film dari platform digital lebih besar dibandingkan TV.”
Baca juga: Menkominfo Apresiasi IndoXXI Pamit
Dari apa yang dituturkan Sheila, pendorong utama dari besarnya kontribusi aplikasi streaming film ini berangkat dari distribusi yang semakin besar, jangkauan yang besar, serta jaringan broadband atau internet yang semakin kuat dan luas. Maka, penggunanya semakin meningkat, sehingga pendapatan pun jadi turut naik.
“Nah sejak dulu, bajakan itu menghalangi para layanan digital ini untuk berkembang. Bahkan film yang belum tayang di bioskop bisa tiba-tiba sudah tayang aja gitu di situs bajakan. Jadi kami dari Aprofi juga berharap para penyedia layanan streaming digital bisa mengembangkan konten yang melibatkan talent lokal juga biar semakin unik,” imbuh Sheila.
Komitmen Aprofi dalam memerangi aksi pembajakan karya di Indonesia selama ini dilakukan melalui kerja sama dengan Pusat Pengembangan Film, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Hukum dan HAM, serta sosialisasi ke ranah sekolah dasar agar dapat memberi edukasi mengenai budi pekerti.