3 Tips Jitu Ala Kominfo Biar Gak Jadi Korban Hoaks Pemilu 2024

pada 1 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Sebentar lagi, Indonesia akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Umum Serentak Tahun 2024. Sepanjang masa kampanye (bahkan jauh sebelum masa kampanye), konten hoaks soal politik banyak ramai di media sosial.

Menurut APJII saja, sepanjang 2023 kemarin, hoaks soal Politik, Sosial Hukum dan HAM jadi yang paling banyak ditemukan, yaitu sebanyak 24,7 persen.

Persentase hoaks tersebut salah satunya didorong oleh peningkatan pencarian konten selama satu tahun ke belakang, dimana pencarian soal Politik, Sosial Hukum dan HAM meningkat hingga 40,56 persen di awal 2024 ini.

Hoaks-hoaks ini dibuat dan disebarluaskan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dengan berbagai tujuan, salah satunya untuk memanaskan suasana Pemilu, memecah-belah masyarakat serta memojokkan salah satu pihak.

 

 

Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk tetap waspada dan tidak mudah tertipu oleh informasi-informasi yang tersebar di media sosial. Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi memberikan tips jitu untuk menghindari hoaks yang banyak tersebar saat ini.

“Secara khusus saya ingin berbagi tips agar kita semua tidak menjadi korban dan pelaku penyebaran hoaks.  Dengan ingat singkatan nama saya (Budi Arie Setiadi). Tolong ingat-ingat ya, BAS!” ujarnya, dalam acara Literasi Digital Pemilu Damai di Makassar, Kamis, (01/20.

BAS ini merupakan sebuah singkatan, yaitu B untuk Baca informasi dengan hati-hati. Kedua, A untuk Ayo cek dulu kebenaran informasinya.

“Dan yang terakhir adalah S, Stop informasi bohong dan mengandung konflik SARA. Saring dulu sebelumsharing,” jelasnya dalam Literasi Digital Pemilu Damai Makassar, di Upperhills Convention Hall Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (01/02/2024).

Selain tips-tips ini, Budi Arie juga mengingatkan masyarakat agar tidak membagikan informasi hoaks atau yang melanggar peraturan perundang-undangan. 

“Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih sejuk dan bijak dalam bersuara menggunakan teknologi digital,” imbaunya.

 

 

Budi menjelaskan bahwa informasi sesat bisa dengan mudah diserap begitu saja oleh para netizen dan menyebabkan ketidakpercayaan pada institusi penyelenggara Pemilu. 

“Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah termakan tipuan hoaks tersebut bahkan ikut menyebarkan informasi palsu itu. Inilah salah satu contoh bagaimana temuan hoaks bisa mendelegitimasi kepercayaan masyarakat pada institusi penyelenggaraan Pemilu,” tambah Budi.

Gak cuma warganet saja yang harus bertindak dalam memerangi hoaks, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga turut ambil andil dalam penangkalan informasi palsu ini.

Sebut saja tim AIS Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika terus melakukan identifikasi soal segala jenis berita hoaks, disinformasi, misinformasi maupun mal informasi serta ujaran kebencian di media sosial. 

Kominfo menjelaskan kalau informasi-informasi palsu yang tersebar di media sosial ini tidak bertahan hingga 1 hari, karena langsung ditindak dengan cara men-takedown konten berisi info sesat.

“Jelang Pemilu ini banyak berseliweran info-info berita palsu. Namun hoaks itu tidak bertahan lama, sebab kami langsung melakukantake downsecara adat digital dalam 1×24 jam karena kami mempunyai patroli siber dengan menggunakan mesincrawling,” tutup Kominfo.