4 Kesalahan yang ‘Harus’ Dialami Founder Startup

pada 2 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.

Uzone.id— Banyak yang bilang semangat anak muda sedang berapi-apinya, tak terkecuali ketika sedang membangun startup baru.

Banyak yang berusaha mati-matian untuk merumuskan visi, merancang misi, dan menggaet tim terbaik.

Belum lagi fase di mana para founder ini memikirkanproblem-solving fithinggamarket fit,serta mencari investor potensial yang percaya dengan prospek bisnis startup masing-masing.

Apa saja kesalahan yang sekiranya ‘harus’ dialami oleh founder startup, tentunya agar startupnya dapat berkembang lebih baik, dan sesederhana untuk mereka mendapat pengalaman berharga dari perjalanan merintis startup?

Pertama, soal membuat produk atau fitur produk itu sendiri. Kadang kala founder ingin membuat produk yang sempurna, namun akibatnya produk tersebut membutuhkan waktu lama untuk dikembangkan. Akan lebih baik jika founder berani untuk meluncurkan produk atau fitur.

Baca juga: Dear Founder Startup, Ini Hal yang Harus Diperhatikan Kalau Dapat Pendanaan

Nah, dari situ, founder akan belajar dari pelanggan terkait denganfeedbackakan produk tersebut. Bisa jadi ada kesalahan-kesalahan atau hal-hal yang perlu diperbaiki dari produk tersebut untuk menjadi bahan perbaikan dalam pengembangan atau rilis fitur berikutnya.

Kedua,pitchingkepada investor. Founder perlu menyampaikan ide startup kepada investor. Besar kemungkinan, ada investor yang memberikan kritik kepada founder tersebut, baik terkait ide startup, model bisnis, dan lain sebagainya. Tidak mengapa.

Jadikan kritik tersebut sebagai masukan bagi startup maupun presentasi itu sendiri. Mudah-mudahan, ketika founder tersebut berkesempatan untuk bertemu investor lain di masa yang akan datang, founder akan menyampaikan presentasi dengan kemampuanstorytellingyang lebih baik.

Ilustrasi foto:Daria Nepriakhina/Unsplash

Ketiga,hiringtim. Dalam mengembangkan startup, founder mau tidak mau akan memerlukan bantuan orang lain. Bisa jadi, ada tim yang kemudian tidak menghasilkan kualitas kerja yang sesuai dengan yang diharapkan.

Dari sini, founder dapat belajar dari kesalahanhiringini untuk melakukan evaluasi. Dengan demikian, founder tersebut dapat melakukan kegiatanhiringyang lebih baik di kemudian hari. Misalnya, melihat jugasoft skill, referensi kerja dari kantor sebelumnya, dan lain-lain.

Baca juga: Dunia Tipu-tipu Startup: Sebelum Frank, Theranos Guncangkan Silicon Valley

Keempat,spending. Dalam membesarkan startup, founder seringkali perlu untuk mengeluarkan bujet untuk kegiatan pemasaran. Dalam hal ini, miliki sistemtrackingyang baik sehingga founder dapat mengetahui ROI (Return On Investment) untuk setiap kegiatan yang dilakukan.

Dengan demikian, founder dapat mengetahui mana kegiatan pemasaran yang salah sehingga dapat dihentikan dan mana yang benar sehingga dapat ditingkatkan bujetnya.

Kesalahan-kesalahan tersebut bisa juga dipelajari dari kisah founder-founder lain ketika membesarkan startup mereka, sehingga founder startup tidak harus mengalami kesalahan tersebut sendiri. Yang terpenting adalah kemauan untuk mau terus belajar untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri dan kualitas startup.