Anjlok Gegara Pandemi, Pasar PC dan Tablet Baru Pulih di 2022

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(Ilustrasi foto: Photo by Lara Far on Unsplash)

Uzone.id-- Lembaga riset Canalys selama ini memprediksi bahwa pasar PC dan tablet skala global mengalami penurunan drastis pada tahun 2020 ini gara-gara pandemi corona. Meski ini pukulan berat, pasar PC dan tablet diperkirakan akan kembali pulih dalam kurun dua tahun, yakni 2022.

Canalys memaparkan, pengiriman perangkat PC dan tablet pada 2020 prediksinya akan anjlok sekitar 7 persen menjadi 367,8 juta unit. Sementara pengiriman PC diperkirakan mulai stabil pada 2021 dan ada tanda pertumbuhan setidaknya 2 persen di tahun 2022.

Kuartal pertama tahun 2020 kerap dibilang sebagai mimpi buruk industri teknologi, namun Canalys masih tetap optimis bahwa kuartal ketiga dan keempat 2020 tidak akan seburuk awal tahun.

Baca juga:Banyak WFH dan Sekolah Online, Kok Pasar Tablet Anjlok?

Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas pabrik China yang sudah mulai kembali beroperasi agar rantai pasokan dan manufakturnya tidak macet dalam jangka waktu lama.

Kendati begitu, analis Canalys, Ishan Dutt mengatakan, semua bergantung pada sektor bisnis apakah nantinya akan memprioritaskan pengeluaran terhadap perangkat PC baru atau tidak.

“Penyegaran perangkat desktop akan menderita pada tingkat yang lebih besar karena sektor bisnis menghadapi ketidakpastian berkepanjangan tentang ruang lingkup operasi mereka dan kebutuhan khusus kantor,” ucap Dutt.

Baca juga:Apple, Huawei dan Samsung Kuasai Pasar Smartwatch Dunia

Di sisi lain, permintaan untuk perangkat notebook tercatat mengalami terus mengalami peningkatan, hal ini berkaca pada ‘beloknya’ sektor bisnis yang terpaksa harus menerapkan kultur kerja secara remote. Lain halnya dengan tablet yang masih diperkirakan anjlok, sepahit-pahitnya bisa sampai menjelang kuartal keempat 2020.

Namun jika berbicara kawasan Asia Pasifik, analis Canalys mengaku ada harapan tersendiri bahwa pasar PC dan tablet sudah mulai bisa kembali tumbuh pada 2021 walaupun belum terlalu signifikan karena masih ada beberapa negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara menerapkan lockdown.