Belum Pernah Sebelumnya, Indonesia Menanti Mobil China Seantusias Ini

pada 1 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id-Berkaca pada 10 tahun ke belakang, Indonesia tidak akan seantusias ini dalam menyambut kehadiranmobil China. Namun sekarang, sebuah merek baru pun bisa membuat banyak orang penasaran dan antusias menanti kemunculannya.

Fenomena mobil China di Indonesia sebenarnya bukan baru-baru ini. Mobil-mobil dari Negeri Tirai Bambu tersebut sudah hadir lebih dari dua dekade di Tanah Air.

 

 

Namun, tidak ada yang melirik. Tidak ada yang memedulikan. Seolah dengan semua tawaran yang menggiurkan kala itu, merek-merek mobil Chinapun hanya muncul, tidak digubris, dan kembali hilang beberapa waktu kedepan.

Banyak orang yang mengatakan, dominasi Jepang dan Eropa yang sangat kuat kala itu, membuat mobil-mobil China sulit menembus pasar otomotif Indonesia. Mereka pun terkenal dengan strategi jualan ‘hit n run’.

Namun kalau melihat kondisi saat ini, Jepang juga masih sangat mendominasi. Bahkan, sepanjang tahun 2023, penjualan mobil terlaris didominasi oleh Jepang, dengan raksasa-raksasanya seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, juga Suzuki.

Praktis, dari total penjualan mobil nasional yang mencapai 1 juta unit, hanyaWulingsebagai satu-satunya merek China yang berhasil masuk jajaran 10 besar terlaris.

Ya, Wuling. Dimana barangkali kita harus berterimakasih pada merek yang satu ini, rela berkorban jadi pionir yang membuka kembali jalan pabrikanChinauntuk kembali ke Indonesia.

Sekitar tahun 2017, publik dikejutkan dengan rencana masuknya merek China ke pasar Indonesia. ‘Luka lama’ terhadap merek China, keraguan akan kualitas dan durabilitas, dan semua hal yang membuat Wuling kala itu pasti diremehkan.

Namun perlahan tapi pasti, Wuling mulai menunjukkan kebangkitan merek-merek China—tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Memperlihatkan bagaimana sebuah mobil bagus itu dibuat dan dijual.

Wuling Confero danWuling Cortez, bisa kita bilang adalah sebuah kelinci percobaan yang berhasil, setelah menerima berbagai serangan dari berbagai pihak di Indonesia.

Keberhasilan Wuling menembus pasar mobil Tanah Air, akhirnya dirasakan dengan manis oleh merek-merek China setelah Wuling, seperti DFSK. Bahkan, Chery yang dulu sempat hadir di Indonesia lalu hilang pun, pada akhirnya diterima dengan cukup baik di Indonesia.

Sejak 2017, hampir setiap tahun, publik Indonesia dibuat penasaran dengan sangat antusias menanti kemunculan mobil-mobil baru dari Wuling dan sejumlah merek China lainnya.

Maka muncullah Almaz, kemudian mobil listrik perdana Air ev, sampaiBinguoEV, semua dinanti dengan cemas sekaligus antusias.

Begitu juga Chery yang langsung memperkenalkan Tiggo series dan menunjukkan kalau semua anggapan warga Indonesia tentang Chery Tiggo sama sekali salah. Tiggo sekarang bukanlah Tiggo yang dulu pernah dijual di Indonesia.

Bahkan siang ini, Indonesia akan kembali menghadirkan merek baru dari China, BYD. Sebuah raksasa yang baru saja mengalahkan Tesla di tingkat penjualan global.

Wuling, Chery, NETA,BYD, seolah sudah langsung punya tempat di pasar Indonesia, seolah sudah langsung setara dengan kiprah pabrikan Jepang yang sudah puluhan tahun berinvestasi di Tanah Air.

Banyak analisis yang memperkirakan kenapa saat ini masyarakat Indonesia mulai terbuka dan bahkan tertarik terhadap merek dan mobil-mobil Chiina—selain tentu saja harganya yang katanya selalu murah.

Menurut kami paling utama adalah, karena tren mobil dunia yang juga berubah, pertama berubah dengan menjadikanSUVsebagairole modeldan mulaimassifnya era elektrifikasi kendaraan di dunia dan juga Indonesia.

Pabrikan China melihat ini, sehingga berlomba untuk menciptakan sebuah SUV dengan tenaga listrik, yang dibungkus dengan desain—yang tidak lagi menjiplak dan usungan teknologi yang bahkan sudah diakui mengalahkan Jepang.

Analisis tersebut pun sepemikiran dengan hasil studi yang dirilis konsultan komunikasi Asia Tenggara, Vero IMC Consulting dan perusahaan manajemen pemasaran asal China WeBridge yang bertajuk “The Road to Southeast Asia: A Study of Consumer Perceptions and Market Opportunities for Chinese Automotive Brands”

Dalam studi itu, perusahaan menganalisis percakapan konsumen lewat social listening dengan menggali lanskap untuk Indonesia, Thailand, Vietnam, serta Filipina. 

Pada risetnya, sebanyak 66 persen konsumen Indonesia berpandangan positif terhadap mobil-mobil China. Di mana, 40 persen dari percakapannya berfokus pada harga dan layanan yang ditawarkan. 

Sementara 29 persen perbincangan terkait teknologi dan inovasi, khususnya elektronik dan kendaraan. Konsumen Indonesia juga sangat tertarik dengan fungsional dan desain dariproduk China, serta ketersediaannya melalui saluran online dan offline. 

Studi ini juga mengalisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi keputusan dalam membeli mobil di Indonesia. Hasilnya, sebagian besar konsumen (33 persen) memandang bahwa memiliki mobil sebaai preferensi pribadi dan gaya hidup. 

Adapun efisiensi berkendara mencakup 28 persen dari percakapan dan mobilitas serta kenyamanan menyumbang 15 persennya.

Hanya saja mereka masih merasa bahwa biaya kepemilikan mobil yang tinggi (38 persen) dan kurangnya infrastruktur (21 persen) menjadi penghalang untuk membeli mobil. 

Selain itu, terdapat minat yang cukup besar di kalangan konsumen Indonesia terhadap kendaraan listrik (electric vehicle/EV). 

Ini dibuktikan dengan volume pencarian yang signifikan untuk kata kunci yang berkaitan dengan penghematan energi,mobil listrik, dan efisiensi energi.

 

 

Mobil listrik dianggap lebih hemat energi serta biaya dalam pengoperasian dan dan perawatannya dibanding kendaraan bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE). 

Diskusi di kalangan konsumen tentang kendaraan listrik dan efisiensi energi serta manfaat lingkungannya juga memberikan keunggulan unik bagi ragam merek di pasar Indonesia.

Jadi, kalau kita sadari, belum pernah sebelumnya warga Indonesia begitu antusias untuk menanti kehadiran mobil-mobil China, seperti yang siang nanti bakal hadir, selamat datang BYD..