Bincang dengan Setyanto Hantoro: Apa Rasanya Jadi Pucuk Pimpinan Telkomsel?
Uzone.id-- Mendengar Telkomsel, mayoritas orang akan teringat kepada perusahaan telekomunikasi paling besar dengan jangkauan infrastruktur paling luas di Indonesia. Kira-kira, apa rasanya ya menjadi orang yang memimpin perusahaan sebesar ini?
Setyanto Hantoro, pria kelahiran tahun 1973 ini didapuk menjadi direktur utama Telkomsel sejak pertengahan Januari 2020. Peran dan tanggung jawabnya tentu besar dan berpengaruh.
Dalam kesempatan bincang di programUzone TalksdariUzone.id, Setyanto berbagi kepada audiens tentang bagaimana rasanya memegang posisi sebagai pucuk pimpinan Telkomsel.
“Saya itu orang yang terbiasa melihat segala sesuatunya memang harus dilakukan sesuai pada tempatnya. Saya adalah bagian dari Telkomsel, saya dan teman-teman di Telkomsel tidak ada bedanya, sama-sama pejuang. Kalau bisa ya sama-sama jadi pahlawan digital, memperjuangkan pengembangan perusahaan. Namun kebetulan saja saya ditunjuk dari direktur utama,” ungkapnya.
Baca juga:Rayakan Hari Pahlawan, Ini Makna 'Pahlawan Digital' Bagi CEO Telkomsel
Menurutnya, saat ditunjuk menjadi pucuk pimpinan Telkomsel, rasanya sama seperti ketika dirinya mengemban tugas sebagai manajer di PT Telkom, atau peran dan jabatan lainnya. Baginya, semua peran harus tetap dijalankan sebaik mungkin sesuai posisi.
Setyanto menyadari betul bahwa perannya sekarang memiliki tanggung jawab besar serta harus lebih banyak mempertimbangkan banyak hal.
“Saya dan teman-teman sampai bikin teori sendiri, namanya Teori Bukit. Contoh, ada bukit di mana sisi utaranya berpasir, sebelah selatan berumput, sebelah barat berbatu, dan sebelah timur hutan. Kalau melihat bukit ini dari sisi timur, maka yang terlihat bukit ini adalah bukit hutan. Dilihat dari utara, maka ini bukit pasir,” kata Setyanto.
Dia melanjutkan, “dalam konteks organisasi, saat kita menaiki tangga menuju puncak bukit tersebut, kita harus melakukan sesuai porsi tersebut. Ketika sedang di bukit berpasir, ya kita harus sesuaikan -- mungkin udara panas maka pakai pakaian yang menyerap panas. Kalau di bukit hutan, pakai baju tebal.”
Kemudian dia menggambarkan perannya sebagai orang yang berada di pucuk bukit tersebut, yakni dapat melihat semua kondisi bukit, baik berpasir, hutan, berbatu, atau berumput. Analogi ini juga digunakannya ketika hendak mengambil keputusan.
Baca juga:Telkomsel dan Indihome Paling Banyak Digunakan Netizen untuk Internetan
“Erat kaitannya bagi true leader atau pucuk pimpinan itu merasa kesepian, khususnya ketika mengambil keputusan. Segala macam masukan memang menjadi pertimbangan, tapi seorang pemimpin tetap harus mengambil keputusan for the sake of the company. Kadang mungkin merugikan bukit rumput, dan lebih menguntungkan bukit pasir, tapi itulah perannya dia berada di pucuk pimpinan. Apapun keputusannya, harus sesuai dengan apa terbaik untuk perusahaan,” kata Setyanto.
Pada akhirnya, Setyanto menganggap saat ini menjadi seorang direktur utama Telkomsel menjadi sebuah tantangan besar yang harus dijalankan.
Selain mengaku menyukai tantangan, dia melihat Telkomsel sebagai perusahaan yang sudah berada di puncak gunung jika melihat dari pangsa pasar dan pendapatan yang dia klaim sudah paling besar di Indonesia.
“Kalau sudah di atas gunung, harus bagaimana? Kadang orang memilih untuk turun gunung, tapi saya tidak. Kalau sudah di atas gunung, saya mau Telkomsel bisa terbang. Itu tantangannya. Tantangan yang besar tapi saya yakin Telkomsel punya semua modal untuk bisa terbang. Kita sudah di puncak gunung, saya mau kita terbang,” tutup Setyanto.