Citra Lampung Banyak Begal Jadi Hilang Gara-gara Ketemu DCab Indonesia
Uzone.id- Apa yang ada di benak kita ketika mendengar nama Provinsi Lampung?
Apakah jawaban kamu, "Begal"?. Mungkin ada jawaban lain, "Kopi Lampung".
Bagaimana jika jawaban pertama yang lebih awal muncul di pikiran? Yup, biasanya berita-berita negatif malah lebih asyik untuk dikunyah.
Terus terang, citra Lampung dengan begalnya membuat saya ogah untuk pergi ke sana, termasuk agenda-agenda liburan pun tak pernah masuk dalamlistdestinasi saya.
Pada akhirnya, saya pun 'terpaksa' ikut bersama teman-teman redaksiUzone.iddalam melakukan kunjungan ke tempat wisata di area Lampung Selatan, yakni Pantai Minang Rua dan Pantai M-Beach.
BACA JUGA:Community Week: Ford Ranger Double Cabin Diisi Pertamax, Ini yang Terjadi
Kami ke sana tak cuma buat happy-happy saja. Kita juga ada misi melakukan wawancara dengan komunitas Double Cabin Indonesia Chapter Lampung di Pantai Minang Rua.
Sepanjang perjalanan juga kami melakukanspeed testlayananbroadbandTelkomsel, IM3, Indosat, SmartFren, dan XL Axiata.
Selain itu, kami juga punya jadwal wawancara dengan Ade Nirwani, Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi Witel Lampung Pringsewu, dan Jannes Sianturi, Manager Consumer Service Witel Lampung.
Agenda di Lampung, kami menghabiskan 3 hari 2 malam. Berangkat dari Jakarta hari Kamis (20/4/2022) pagi dan pulang Sabtu (22/4/2022) malam.
Perjalanan cukup lancar sepanjang tol Jakarta-Merak. Jalan berlubang atau rusak pun kami tak menemuinya baik itu di tol hingga keluar tol menuju Pelabuhan Merak, Banten.
Liputan ke Lampung kami tak ingin konsepnya biasa-biasa saja. Kami putuskan menyewa dua mobil campervan yang masing-masing mengambil basis Toyota HiAce dan Hyundai H1.
Jadi, kami tak perlu menyewa hotel selama berada di Lampung. Cukup mengunjungi tempat wisata pantai dan kami cukup tidur di dalam campervan dan mendirikan tenda yang kami bawa.
BACA JUGA:Community Week: Pemilik Mobil Double Cabin Pada Bayar KIR Gak Sih?
Karena perjalanan belum bersinggungan dengan orang-orang yang mudik lebaran, perjalanan kami terbilang cukup singkat. Tak sampai setengah hari.
Kami start di Mulia Business Park, Pancoran, Jakarta Selatan, menuju Pelabuhan Merak, Banten, menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
Selanjutnya perjalanan kapal feri membelah Selat Sunda dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, menghabiskan waktu 1 jam 20 menit.
Kemudian, campervan kami pun meluncur dari Pelabuhan Bakauheni ke Pantai Minang Rua dengan waku 15 menit saja.
Beruntung sekali agenda kami untuk mewawancarai komunitas Double Cabin (DCab) Indonesia chapter Lampung tak terganggu hujan. Padahal, di hari pertama hujan menerjang beberapa kawasan di Lampung.
Kami tiba di Pantai Minang Rua sekitar jam 3 sore. Langit tampak terselimuti awan hitam, namun tidak terlalu pekat sehingga ada sedikit sinar matahari yang menyorot lewat celah awan.
Bulan puasa membuat Pantai Minang Rua benar-benar tak ada pengunjung. Kami sepertibookingarea pantai seharian penuh. Untuk masuk pantai ini cukup bayar Rp35 ribu per orang.
Sepinya pantai malah terasa sangat nyaman setelah sempat berjibaku ribuan kendaraan bermotor di Jakarta.
Kalau kata anak muda sekarang, pas banget buat healing.
Kami pun disambut sangat ramah oleh penduduk. Pantai Minang Rua memang unik, rumah-rumah penduduk justru berdekaan dengan kawasan wisata. Jadi bukan kawasan yang dikelola oleh swasta dan jauh dari rumah penduduk.
Selain itu, Pantai Minang Rua juga tempat bersendernya perahu-perahu nelayan kecil. Kami pun sempat belanja ikan dengan harga murah di pagi hari, di mana para nelayan sudah kembali dari melaut.
Cuma modal Rp60 ribu bisa dapat cumi-cumi yang lumayan banyak, dan segar lagi.
Penyambutan masyarakat Minang Rua yang ramah, tidak ada satu pun yang mengganggu kami ketika kemping, membuat saya membuang jauh-jauh citra Lampung yang sering dikaitkan dengan kejahatan begal.
Tiga anggota Dcab Indonesia chapter Lampung yang datang menemui kami, yakni Andar, Ardy dan Komeng malah ‘meracuni’ kami dengan tempat-tempat wisata di Lampung yang selama ini tidak ketahui.
Komeng misalnya menyarankan kalau ingin suasana pantai bisa berkunjun ke Gigi Hiu di Tanggamus, Pantai Tanjung Setia dan Pantai Mandiri di Krui yang ada di pesisir barat Lampung.
Jika ingin suasana pegunungan bisa kunjungi Air Terjun Sinar Tiga dan Air Terjun Anglo di Pesawaran. Ada juga Air Terjun Lembah Pelangi di Ulubelu, Tanggamus.
“Tempat wisata-wisata itu aman. Apalagi di pesisir barat kunci ditaruh di motor saja gak ada yang ngambil,” tutur Komeng menggambarkan masyarakat Lampung tidak seperti yang kita pikir.
Begitu juga ketika kami berkunjung ke Pantai M-Beach, yang lokasinya sekitar setengah jam perjalanan dari Pantai Minang Rua, kami disambut dengan keramahan para karyawan resort.
Di sana kami liburan dengan konsepglampingalias glamor camping. Kamar tendanya cukup nyaman, pantainya juga cuma beberapa langkah saja dari tenda.
Beberapa tim kami juga menyempatkan diri untuk berolahraga snorkling. Kami diantar oleh seorang nelayan dengan perahu kecilnya ke lokasi yang lumayan jauh dari pantai.
Sayangnya, suasana sudah sore dan sedikit gerimis sehingga di dasar laut terlihat sedikit keruh.
Jadi, lupakan dulu liburan ke Bali atau Lombok. Yuk, kita eksplorasi dulu kawasan wisata yang indah di Lampung!