Dear Milenial dan Gen Z, Financial Planner Tidak Rekomendasi Investasi Kripto dan Forex

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ilustrasi (Foto: Marten Bjork / Unsplash)

Uzone.id- Perkembangan investor saham selama dua tahun terakhir atau selama zaman pandemic Covid-19, komposisi generasi milenial yang menjadi investor saham sangat besar jumlahnya dibandingkan generasi X atau bahkanbaby boomers.

Dahulu, untuk membeli saham terbatas. Mungkin hanya kalangan tertentu saja bisa mendapat akses.

Sementara, sekarang di era serba digital sudah serba dimudahkan. Sehingga milenial dan gen Z bukan hanya membaca tapi langsung melakukan investasi dari sisi saham

Hal itu dikatakan oleh Financial Planner (perencana keuangan) Metta Angriani saat berbincang denganUzone.idpada Jumat (8/10/2021).

BACA JUGA:Uzone.id Raih Penghargaan Best Popular Innovation

“Saham sendiri kan sebenarnya kalau kita bicara dalam ilmu perencanaan keuangan, saham itu kan termasuk instrumen investasi yang sebenarnya cukup kompleks ya. Dia risikonya juga cukup tinggi,” kata pendiri Anggriani & Partners ini.

Artinya, kata Metta, orang yang investasi saham seharusnya benar-benar paham. Investasi itu apa? saham itu apa? keuangannya sendiri seperti apa? Selanjutnya, apakah dia mengukur kemampuan finansialnya.

Jadi, sebenarnya saat orang ingin berinvestasi saham harus dibarengi dengan pengetahuan tentang hal tersebut.

“Nah, kebanyakan anak-anak muda langsung jump to investasi gitu. Belum benar-benar menabung. Income-nya juga belum stabil tapi mereka langsung investasi,” tutur Metta.

Dia melanjutkan,“Jadi, mereka sebenarnya lompat, banyak seperti itu. Termasuk juga dengan adanya si kripto atau robot trading. Jadi, mereka itu banyak yang akhirnya langsung masuk ke situ."

Padahal, menurut Metta, yang namanya kripto atau trading forex sebetulnya lebih berisiko lagi.

Kripto dan Forex Ajang Spekulasi

Sebagai perencana keuangan, Metta mengatakan bahwa sebenarnya investasi seperti kripto atau forex masuk ke kategori spekulasi. Apalagi, kata dia, kripto tidak adaunderline value-nya.

“Maksud saya, saham kan jelas ya ada perusahaannya, ada produk yang dijualnya, jelas lah perusahaan publik mereka diaudit juga,” katanya.

BACA JUGA:Navigasi Lite pada Google Maps akan Tersedia untuk Pesepeda

“Jadi jelas gitu penilaian mereka seperti apa? Sementara kalau kripto itu mata uang digital yang tidak ada wujudnya juga, dan underline-nya apa? Ini masih baru banget dan masih berkembang,” ujar Metta.

Namun, kata dia, justru karena mereka masih muda jadi berani mengambil risiko. Karena jiwa mudanya berani mengambil risiko meskipun mungkin kemampuan uangnya belum sekuat orang-orang yang lebih mapan.

“Tapi artinya ini adalah masa digital, masa teknologi. di mana perkembangan dunia teknologi sama perkembangan keuangan jadi terakselerasi dengan cepat, yang bisa mengikuti dengan cepat ya generasi yang muda itu. Mereka lahir dengan dunia digital,” terang Metta,

Jadi, ketika ada produk digital, milenial dan gen Z bisa dengan cepat mempelajarinya sehingga mereka tahu cara digital bekerja. Ketika berinvestasi ke kripto atau forex, mereka bisa lansung untung besar.

“Jadi, otomatis mereka lebih challenged kan? Padahal kita harus siap investasi bisa untung, bisa rugi. Kembali lagi, (jika) anak muda (investasinya) rugi, mereka bisa kerja lagi, cari uang lagi. Mereka punya waktu juga untuk recovery,” terang Metta.