Deepfake di Indonesia Naik 1.550 Persen, Ada Soceng dan Identity Theft

pada 2 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id —Penipuan menggunakan teknologi AI seperti Deepfake semakin menyebar ke seluruh negara. Setelah Korea Selatan hingga Australia, Indonesia juga disebut mengalami kenaikan serangan deepfake yang cukup signifikan.

Laporan terbaru dari Vida bertajuk ‘Vida Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud’ menemukan bahwa penipuan yang dihasilkan AI khususnya deepfake melonjak sebesar 1.540 persen di wilayah Asia-Pasifik dari tahun 2022 hingga 2023.

Hal yang sama juga ditemukan di Indonesia, dimana lonjakan penipuan dengan teknologi deepfake mengalami kenaikan 1.550 persen antara tahun 2022 hingga 2023. 

“Penipuan digital semakin canggih, terutama dengan maraknya penyalahgunaan teknologi AI. Kami tetap berkomitmen untuk menciptakan ekosistem yang aman, di mana setiap orang dapat percaya bahwa informasi pribadi, data keuangan, dan transaksi digital mereka, terlindungi dari aktivitas penipuan," ujar Sati Rasuanto, Co-founder dan Presiden Vida dalam keterangan yang diterimaUzone.id, Selasa, (29/10).

Penipuan deepfake ini banyak ditemukan dalam ragam penipuan seperti Social Engineering (Soceng), Account Takeover (ATO), Identity Theft (Pencurian Identitas), dan Document Forgery (Pemalsuan Dokumen).

 

 

Untuk menghindari deepfake yang semakinsmoothdan susah untuk dibedakan, Vida pun turut merilis beberapa teknologi yang juga berbasis AI untuk menangkal deepfake di kalangan masyarakat.

Beberapa teknologi tersebut antara lain Identity Verification (Verifikasi Identitas), User Authentication (Otentikasi Pengguna), dan Fraud Detection (Deteksi Penipuan Digital).

Pada Identity Verification, Vida menambahkan fitur seperti Document Liveness untuk mengkonfirmasi keaslian dokumen yang diunggah dalam proses onboarding online, Face Liveness untuk mendeteksi gambar dan video palsu untuk mencegah penipuan dan Income Verification untuk memverifikasi data pendapatan menggunakan AI.

Di User Authentication, Vida menghadirkan PhoneToken untuk menghubungkan akun dengan ponsel agar transaksi tidak dapat diselesaikan pada perangkat lain, ada juga FaceToken untuk mengganti verifikasi SMS dengan pengenalan wajah.

 

 

Di Fraud Detection (Deteksi Penipuan Digital), Vida menambahkan Fraud Scanner untuk mendeteksi aktivitas penipuan menggunakan AI dan machine learning. Ada juga Deepfake Detector untuk mengidentifikasi dan mencegah konten deepfake serta Deepfake Shield untuk melindungi pengguna dari serangan deepfake secara real-time.

Teknologi-teknologi ini diklaim 99.9 persen bisa memberikan keamanan transaksi digital melalui berbagai lapisan.

“Seiring dengan berkembangnya metode penipuan, solusi kami pun harus terus maju. Kami mengajak konsumen dan pelaku bisnis di Indonesia untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman kejahatan online berbasis AI. Dengan memprioritaskan keamanan, kita dapat membangun sistem keuangan yang lebih inklusif dan tangguh bagi Indonesia,” tambah Sati.