Dunia Tipu-tipu Startup: Sebelum Frank, Theranos Guncangkan Silicon Valley

pada 2 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Kasus penipuan yang dilakukan CEO startup Frank terhadap JP Morgan cukup mengejutkan banyak pihak karena sukses bikin rugi USD175 juta atau sekitar Rp2,6 triliun akibat pemalsuan data sebanyak 4 juta user. Mirisnya, aksi tipu-tipu ini di sektor startup Amerika Serikat bukan hal baru.

Sebelum kasus JP Morgan dan Frank ini, ada salah satu skandal penipuan startup yang sebelumnya sukses mengguncangkan Silicon Valley, yakni Theranos Scandal atau Skandal Theranos.

Bagaimana Theranos Scandal ini bermula?

Jadi, di tahun 2021 lalu, pendiri dan CEO startup kesehatan Theranos, Elizabeth Holmes dinyatakan bersalah atas 4 tuduhan, termasuk penipuan terhadap investor karena startup yang dinilai ‘bodong’.

Ia berhasil mengelabui banyak orang, termasuk investor startup sekitar 20 tahunan semenjak startup tersebut dibangun. 

Baca juga:Charlie Javice, CEO Startup Frank yang Nekat Tipu JP Morgan Rp2,6 Triliun

Theranos merupakan sebuah startup yang bergerak di bidang kesehatan tes darah dengan menawarkan teknologi yang begitu revolusioner. Startup ini berbasis di Silicon Valley, California, AS.

Startup ini didirikan oleh Elizabeth Holmes, perempuan yang nekatdropoutdari kuliah untuk mengejar mimpinya membangun perusahaan sendiri.

Berbekal latar belakang yang dianggap menginspirasi, Holmes sampai dijuluki The Next Steve Jobs berkat pesonanya sebagai perempuan mandiri dengan kemampuan storytelling yang dinilai mampu menyihir siapapun yang mendengarnya. 

Setelah mendirikan Theranos dan memikat banyak investor ternama, Holmes kala itu dinobatkan sebagai perempuan miliuner termuda di dunia oleh Forbes dan masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di 2015 oleh majalahPeople.

CEO Theranos, Elizabeth Holmes (Dok. El Ceo)

Julukan-julukan ini diberikan berkat startup Theranos yang telah ia geluti semenjak usia 19 tahun. Puncaknya di tahun 2014, startup ini mendapat banyak pemodal dan investor sehingga valuasinya mencapai USD10 miliar. Theranos pun menyandang status Decacorn.

Theranos sendiri digembar-gemborkan akan membawa perubahan besar di dunia kesehatan, khususnya diagnosa penyakit. Holmes yang saat itu berusia 30 tahun mengklaim kalau Theranos mampu melakukan ratusan tes penyakit hanya dengan satu tusukan di ujung tangan untuk mengambil tetesan darah. 

Tes ini bernama ‘Edison Test’ yang mana sebuah teknologi bisa mendeteksi penyakit hanya berdasarkan beberapa tes sampel darah saja, itupun hanya diambil dari jari tangan, bukan suntikan.

Kalau biasanya saat ini kita harus mengambil darah menggunakan jarum setiap kali tes, Theranos muncul untuk menghapus syarat tersebut. Makanya, ide revolusioner ini sangat menarik banyak investor untuk menyokong dana terhadap perusahaan bodong tersebut.

Memang sangat menjanjikan, bukan? Tapi, klaim manis ini ternyata hanya omongan belaka.

Baca juga: Dikibulin Data Palsu, JP Morgan Kena Tipu Rp2,6 Triliun oleh Startup Ini

Usut punya usut, teknologi yang dikembangkan startup yang sudah punya status Decacorn ini tidak berfungsi. Bahkan klaim yang digembar-gemborkan Holmes disebut hanya bualan belaka.

Di tahun 2015 lalu, sebuah laporanWall Street Journalmengungkapkan soal kekurangan dan ketidakakuratan teknologi yang dikembangkan Theranos.

Kepala ilmuwan Theranos, Ian Gibbons juga angkat suara memperingatkan kalau tes ini belum siap diuji publik. Penelitian dari badan pemerintah juga mengatakan hal yang sama, dimana tes Edison ini tidak akurat.

Salah satu contohnya, pasien uji coba diberikan hasil tes yang tak benar soal kondisi mereka, mulai dari HIV, kanker hingga keguguran.

Usai satu persatu keburukannya terbongkar, Theranos pun runtuh di tahun 2018, begitupun Holmes yang mulai menjalani dakwaan di tahun 2021 lalu.

Ia yang mendapat kekayaan melalui keberhasilannya dalam berbohong selama 2 dekade membuatnya divonis hukuman penjara selama 11 tahun.

Sebelumnya, Holmes setuju untuk membayar denda sebanyak USD500 ribu atau Rp7,5 miliar untuk mengembalikan dana investor USD18,9 juta atau setara Rp285 miliar serta dilarang menjadi direktur atau pejabat perusahaan selama 10 tahun.

Pencapaian akhir hayat Theranos adalah dipandang sebagai skandal penipuan terbesar di Silicon Valley.