Investasi Telkom di GoTo Prioritaskan Kolaborasi untuk Jangka Panjang
Uzone.id– Sejak dua startup raksasa lokal, Gojek dan Tokopedia merger menjadi GoTo, pergerakan perusahaan ini semakin menarik untuk disimak. Apalagi GoTo baru IPO pada April kemarin.
Sejumlah perusahaan tercatat menjadi investor sekaligus pemegang saham di GoTo, salah satunya Telkom Indonesia. Dengan bergabungnya perusahaan dalam ekosistem GoTo, diharapkan bisa memperluas kolaborasi dan kerjasama strategis yang semakin meningkatkanvalue-addedbagi kedua belah pihak.
Sejak melantai di bursa, kinerja harga saham GoTo terbilang dinamis naik dan turun di bawah harga IPO. Sehingga untuk sementara waktu, nilai investasi sejumlah perusahaan di GoTo ikut terpengaruh, seperti yang dialami Telkom dan juga Astra.
Namun, jika melirik pergerakan saham perusahaan hingga hari ini, GoTo termasuk saham yang sangat atraktif.
Tercatat pada 20 Mei 2022 saham GoTo ditutup pada angka Rp304 per lembar, naik dibandingkan pembukaan awal di angka Rp280. Jika tren ini mampu bertahan dan terus naik, maka prospekgainatau cuan kembali muncul.
Baca juga: Telkom Diramal Terus Tumbuh hingga Akhir 2022
Pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai bahwa investasi yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan terhadap GoTo, kiranya perlu memisahkan antara investasi dalam bentuk penyertaan terhadap bisnis dan investasi dalam bentuk non bisnis.
Menurut Reza, investasi yang terkait dengan bisnis bisa diilustrasikan seseorang ikut berinvestasi dalam bisnis perusahaan tersebut. Artinya, dia tidak terlalu melihat apakah harga saham di pasar naik atau turun.
Hal ini seperti dilakukan Telkom, di mana melihat potensi masa depan dan kolaborasi untuk meningkatkan nilai perusahaan.
"Yang penting, perusahaan yang dipilih untuk diinvestasikan masih berjalan dan terus mengembangkan bisnisnya.Concern-nya adalah kepada kelangsungan bisnis dan pengembangan maupun ekspansi bisnis yang dilakukan," ucap Reza, dari pernyataannya yang diterimaUzone.id.
Sementara, kalau investasi non bisnis, lebih melihat ke hasil atau return jangka pendek yang bisa diambil. Ada target return yang hendak dicapai.
Alhasil, perusahaan atau seseorang yang berinvestasi tidak perlu tahu bagaimana bisnis yang dijalankan atau bagaimana cara mereka untuk mengembangkan maupun ekspansi bisnis.
"Yang diperhatikan ialah apakah saham tersebut naik atau turun karena berpengaruh pada hasil investasinya," ucap Reza.
Baca juga: Upgrade Kualitas Anak Bangsa, Telkom Digitalisasi Pendidikan di Tarutung
Nah, Reza menekankan kalau perusahaan yang berinvestasi di GoTo bukan melihat kenaikan harga saham dalam jangka pendek tapi bisnis jangka panjangnya.
Dalam hal ini Telkom, investasi ini lebih terkait dengan potensi di masa depan, di mana sisi kolaborasi yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak menjadi prioritas.
Harapannya, sama-sama mengerek kinerja dan memberi manfaat luas kepada masyarakat.
"Dengan melihat gaya investasi yang mereka lakukan, seperti Telkom, saya melihatnya lebih memperhatikan going concern dari bisnis yang dilakukan dan bagaimana ekosistem bisnis mereka bisa bertumbuh. Dan orientasi mereka tentunya ialah jangka panjang, bukan hitungan harian atau mingguan," tutup Reza.
Karena itu, perusahaan yang berinvestasi di perusahaan lain, biasanya lebih memiliki horison jangka panjang. Seperti terbukanya peluang pengembangan bisnis yang bertujuan untuk menciptakan sumber pendapatan baru sekaligus juga menaikkan nilai perusahaan di masa depan.