Kelebihan dan Kekurangan Toyota Calya Menurut Driver Taksi Online

pada 2 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Sebut saja Neni (bukan nama sebenarnya) sudah lima tahun mengandalkan Toyota Calya transmisi otomatis sebagai kendaraan untuk mencari mata pencaharian sebagai driver taksi online.

Calya yang dia beli tahun 2017 lalu melalui skema kredit. Sehingga mobil tersebut benar-benar dipekerjakan dengan keras agar ibu ini bisa membayar cicilan setiap bulannya.

"Saya mengambil kredit sejak 5 tahun lalu. Nanti bulan besok (Agustus) sudah ganti pelat nomor," kata Neni kepada kami yang sedang duduk manis di jok penumpang belakang.

Sengaja kami bertanya-tanya kepada Neni yang kepo dengan Toyota Sigra selama dijadikan armada taksi online selama 5 tahun.

BACA JUGA:Alasan Kenapa Toyota Calya Facelift Lebih Agresif

Setelah melihat odometer, Neni menginformasikan Calya miliknya sudah berjalan sejauh 179 ribuan km.

Menurutnya, selama 5 tahun ini tak pernah ada masalah kerusakan pada Calya-nya. Baik itu di bagian mesin atau kaki-kakinya. Cuma, belum lama ini kompresor AC rusak sehingga harus diganti baru.

"Kalau kata bengkelnya sih wajar rusak karena sudah 5 tahun umurnya," tutur Neni yang sudah berusia setengah baya ini.

Lalu, apa sih kiat Neni yang bikin mesin dan kaki-kakinya Calya ini awet meskipun tiap hari dipakai narik penumpang?

"Kalau jaga kaki-kaki, pokoknya kalau ada lubang atau polisi tidur jangan dihajar. Mercy aja kalau ada polisi tidur dihajar ya hancur (kaki-kakinya)," kata dia.

Kemudian, agar mesinnya awet, Neni menyarankan jangan sampai telat ganti oli.

Untuk Calya-nya, Neni mengaku ganti oli setiap 7.000 km. Meskipun pihak Toyota menyarankan setiap 10.000 km ganti oli.

BACA JUGA:Daihatsu Sigra Facelift Resmi Meluncur, Ini Harga Lengkapnya

"Kan saya pakai tiap hari. Belum kena macet-macetnya. Makanya mending tiap 7.000 km aja," ungkapnya.

Selain itu, Neni sangat menjaga kebersihan mesin kembaran Daihatsu Sigra ini dengan mengisi Pertamax (RON 92), yang memang sesuai anjuran dari pabrik.

"Saya pakai pertamax, dulu sebelum naik pakai Shell. Yang penting oktannya harus 92," katanya.

Sekedar informasi, bensin jenis Pertamax yang dijual di SPBU Pertamina dijual mulai Rp12.500 per liter di Indonesia. Sedangkan SPBU Shell menjual bensin jenis Super (RON 92) dijual Rp18.500 per liter 

Dia juga menghimbau agar pemilik mobil LCGC ini jangan memaksakan mobilnya diisi bensin murah, seperti Premium dan Pertalite karena untuk jangka panjang akan berakibat buruk pada mesin.

"Jangan dipaksain yang murah-murah aja (pakai Premium dan Pertalite), entar tunggu bom waktu. Kayak kita hidup sehat, itu sama dengan perawatan. Ttu kan jadi baik buat kita," kata Neni.

Meskipun mesin dan kaki-kaki Calya tahan banting, namun ada kelemahannya juga.

Neni mengaku kalau Calya tidak kuat di tanjakan, seperti ketika dia ajak ke Puncak, Bogor.

"Tapinya susah nanjak kalo dibawa ke puncak. Empat orang aja berat, apalagi 6 orang suspensinya turun," tutupnya.

Kami pun akhirnya sampai di titik tujuan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Perjalanan dari Summarecon Mall tak terasa jauh karena perjalanan siang hari belum 'bentrok' dengan kemacetan bikin sesak.