Kepuasan E-Government Indonesia Ke-77 Dunia, 2 Hal Ini jadi Tantangan

pada 6 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id –Saat ini, setidaknya ada 27 ribu aplikasi layanan publik yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pusat maupun di daerah. Sayangnya, jumlah aplikasi ini dianggap terlalu banyak, oleh karena itu Jokowi beberapa waktu lalu meminta untuk menyatukan aplikasi-aplikasi tersebut dalam sebuah platform bernama INA Digital.

Selain jumlah yang terlalu banyak, kehadiran 27 ribu aplikasi atau platform digital di lingkungan pemerintah juga mempersulit dan memperlambat pelayanan masyarakat, dan salah satu hal yang menjadi tolak ukur adalah kepuasan masyarakat.

Dalam sebuah survey yang diterbitkan oleh PBB bertajuk “United Nations (UN) E-Government Survey 2022” yang diadakan 2 tahun sekali, Indonesia masih berada di peringkat rendah dalam hal kepuasan masyarakat.

Dalam survey E-Government PBB di tahun 2022 lalu, Indonesia tercatat berada di ranking ke-77 dari 193 negara dalam hal kepuasan masyarakat pada layanan publik. Masyarakat secara umum tidak puas dengan keseluruhan kualitas dari layanan e-government yang saat ini sudah ada.

 

 

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, apalagi saat ini SPBE menjadi salah satu yang didorong oleh pemerintah, belum lagi smart city dengan prinsip e-government juga terus digaungkan.

Melihat masih rendahnya peringkat Indonesia dalam kepuasan masyarakat terhadap layanan publik pemerintahan, Chief Product Officer GovTech Edu, Prayudi Utomo menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa tingkat kepuasan pengguna terbilang rendah.

“Salah satu faktornya adalah, jika ada masalah dengan suatu project, ya sudah fokus (permasalahannya) kesitu. Belum melihat dari keseluruhan atau secarauser centrisbagaimana proses pengembangan teknologi bisa menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Prayudi kepadaUzone.id dalam acara Tech in Asia Product Development Conference, Selasa, (26/06).

Faktor selanjutnya adalah sistem otonomi daerah yang menjadi tantangan dalam mengimplementasikan teknologi dalam skala nasional. Setiap otonomi daerah memiliki proses dan aplikasi sendiri untuk mengatur kinerja wilayah. 

“Misalnya, ketika kami meluncurkan fitur Manajemen Talenta di Platform Merdeka Mengajar, salah satu tantangannya adalah setiap pemerintah daerah telah memiliki proses dan aplikasinya sendiri untuk mengatur kinerja guru di wilayahnya, sehingga mengakibatkan penolakan untuk menggunakan aplikasi kami yang terintegrasi,” tambah Prayudi.

Untuk menyelesaikan tantangan ini, Prayudi mencoba memperbaikinya lewat beberapa platform yang dihadirkan oleh GovTech Edu bersama dengan pemerintah.

Bekerja sama dengan Kemendikbud, GovTech Edu lewat platform Kampus Merdeka, Raport Pendidikan, Merdeka Mengajar dan lainnya terus aktif terlibat dalam pemetaan ide untuk memastikan pengembangan produk teknologi tetap sejalan serta meyakinkan pemerintah untuk melakukan perubahan yang sistemik dalam jangka panjang.

 

 

“Kami aktif terlibat sejak awal proses perumusan dan pemetaan ide untuk memastikan pengembangan produk teknologi tetap sejalan dengan objective pemerintah lewat rapat rutin bersama tim kementerian di berbagai level setiap minggu atau dua minggu,” tambah Prayudi.

Selanjutnya,GovTech Edu juga menghadirkan tim yang bekerja erat bersama pemerintah pusat dan daerah dalam setiap tahapan untuk melihat kebutuhan strategi produk yang perlu diterapkan berdasarkan kondisi di lapangan. 

“Hal ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara regulasi top-down dan solusi secara bottom-up, dan pada akhirnya menghasilkan produk yang dengan baik menerjemahkan kebijakan, serta relevan bagi pengguna,” jelas Prayudi.

Prayudi juga mengklaim bahwa pihaknya terus bekerja sama untuk menekankan pentingnya pola pikir yang berpusat  pada pengguna (user-centric), guna menciptakan solusi yang menjawab kebutuhan pengguna dengan tepat. 

“Kami memiliki tiga komponen utama dalam proses pengembangan produk, yaitu discovery, delivery, dan distribution. Dengan proses ini, kami melakukan  evolusi produk dengan menggunakan umpan balik dan wawasan pengguna sebagai pondasi pengembangan produk kami,” jelasnya.