Kominfo Ingatkan Pretexting, Penipuan Bermodus Social Engineering
Ilustrasi (Foto: Bermix Studio / Unsplash)
Uzone.id- Banyak metode penipuan yang menggunakan rekayasa sosial untuk menipu daya manusia melalui emosinya, salah satunya adalah pretexting.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap modus pretexting. Pelaku bisa berpura-pura menjadi pegawai bank dan meminta data diri melalui telepon atau SMS penipuan hadiah demi mendapatkan data pribadi kita, seperti dilansirUzone.iddari akun Instagram @kemenkominfo, milik Kominfo.
Untuk mencegah penipuan pretexting, Kominfo meminta masyarakat melakukan tiga cara.
- Masyarakat diminta "fokus dan tidak mudah percaya apabila memperoleh telepon dan pesan yang mengatasnamakan pihak tertentu."
- Tidak memberikan data pribadi apa pun yang diminta oleh.
- Mencatat nomor dan pesan serta mengkonfirmasikan melalui nomor pihak yang resmi.
BACA JUGA: Spotify Hapus Ratusan Lagu K-Pop di Seluruh Dunia Jadi Trending Topic
Apa itu Aduan Konten?
Untuk menangani penipuan di daring, Kominfo sudah membuka pengaduan yang bisa kamu akses lewat situs aduankonten.id.
Situs aduankonten.id merupakan fasilitas pengaduan konten negatif baik berupa situs/website, URL, akun media sosial, aplikasi mobile, dan software yang memenuhi kriteria sebagai Informasi dan/atau Dokumen Elektronik bermuatan negatif sesuai peraturan perundang-undangan.
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pengaduan konten negatif dengan cara mendaftarkan diri, mengunggah tautan (link) serta screenshot situs atau konten yang dilaporkan disertai alasan, dan memantau proses penanganan yang dilakuan oleh Tim Aduan Konten.
Apa itu Pretexting?
Melansir CSO Online, pretexting adalah bentuk rekayasa sosial di mana penyerang mencoba meyakinkan korban untuk memberikan informasi berharga atau akses ke layanan atau sistem.
Fitur yang membedakan dari jenis serangan ini adalah bahwa penipu muncul dengan cerita - atau dalih - untuk menipu korban.
Dalih tersebut umumnya membuat penyerang berperan sebagai seseorang yang memiliki hak untuk mengakses informasi yang dicari, atau yag bisa menggunakan informasi tersebut untuk membantu korba.
Pretexting punya sejarah yang cukup panjang. Di Inggris, di mana itu juga dikenal sebagai blagging, itu adalah alat yang telah digunakan jurnalis tabloid selama bertahun-tahun untuk mendapatkan akses ke hal yang tidak senonoh tentang tentang selebriti dan politisi.
Namun, sekarang biasanya dipakai oleh penipu yang menargetkan individu dan perusahaan swasta untuk mencoba mendapatkan akses ke akun keuangan dan data pribadi mereka.
Orang yang berpura-pura bisa menggunakan segala bentuk komunikasi, termasuk email, teks dan panggilan telepon suara untuk melakukan perdagangan mereka.
VIDEO Galaxy S21 Review, Ponsel Terbaik Tahun 2021