Mastel: Adopsi 5G Tak Perlu Terburu-buru, Bisa Mulai dari Kawasan Industri

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Uzone.id- Meski banyak negara telah mulai mengimplementasikan 5G, Indonesia masih belum. Menanggapi hal ini, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menemukan fakta bahwa implementasi 5G di Indonesia tak perlu terburu-buru.

Hal ini diungkap dalam temuan Mastel yang dipaparkan dalam Dialog Mastel Menuju 2021. Dalam temuan tersebut, salah satunya adalah bahwa operator lokal tidak perlu gegabah untuk turut serta melakukan penggelaran 5G secara masif.

"Dikarenakan butuh sumber daya yang cukup besar, sehingga 2021, perlu dipertimbangkan untuk penggelaran dalam area dan ruang lingkup yang terbatas. Misalnya, kawasan industri terlebih dahulu, sembari mengembangkan ekosistem nasional infrastruktur 5G secara sharing dan open," ujar Teguh Prasetya, Ketua Bidang Industri 4.0 Mastel, Kamis, 10 Desember 2020.

Baca juga: Xiaomi Fokus Jadi Produsen IoT Pemimpin Global

Teguh menyebut, setidaknya ada 11 temuan yang disimpulkan Mastel terkait dengan kondisi teknologi dan telekomunikasi Indonesia tahun ini dan dampaknya di tahun depan. Selain soal 5G, Mastel juga menemukan lonjakan konsumsi data berbanding terbalik dengan harga jualnya.

"Öleh karena itu, operator mesti mewaspadai beban investasi agar bisa terus beroperasi secara berkelanjutan. Tahun depan, diprediksi bisnis telekomunikasi di Indonesia masih tumbuh 5,3 persen," Papar Teguh.

Temuan lainnya adalah terkait pasar potensial di luar Jawa. Ada lebih dari 70 juta penduduk di Indonesia yang belum bisa mengakses internet. Sebagian dari mereka berada di luar Pulau Jawa yang sebagian masih menggunakan jaringan 2G hingga tak ada jaringan sama sekali.

"Ini menjadi pasar potensial untuk bisa digarap di tahun 2021 secara lebih serius, meski diperlukan skema yang pas karena wilayah ini mungkin saja memenuhi kriteria wilayah USO," kata Teguh.

Baca juga: Daftar Cashback Huawei, Sampai P40 Pro Juga Ada

Temuan lainnya yang dipaparkan Mastel antara lain

  1. Infrastruktur Sharing perlu ditingkatkan karena bisa menghemat Opex dan Capex sampai 40 persen
  2. Peningkatan aktivitas online selama pandemi diprediksi bakal terus berlanjut di 2021. Aktivitas belanja online, yang sebelum pandemi didominasi kebutuhan sekunder, saat ini bergeser ke kebutuhan primer. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semata, tetap juga untuk kesenangan.
  3. Membuka lapak di ecommerce menjadi salah satu kunci bagi UMKM mengatasi pandemi. Pada 2021, diprediksi akan semakin banyak pelaku usaha yang memanfaatkan channel ini mengingat saat ini baru 2 juta UMKM yang memanfaatkannya, dari total 55 juta UMKM di Indonesia.
  4. Perangkat Internet of Thimgs (IoT) kian banyak dimanfaatkan di masa pandemi. Tren teknologi perangkat berbasis IoT diperkirakan hingga 2022 CAGR mencapai 159 persen per tahun dengan besaran Rp355 triliun.
  5. Sepanjang 2020. banyak investasi yang terhambat akibat pandemi. Tahun 2021 menjadi momen krusial untuk kembali mengejar target penggelaran fixed broadband di Indonesia dengan target 15-17 persen dari total jumlah rumah tangga di Indonesia.
  6. Selama bertahun-tahun, industri perangkat dalam negeri tertekan oleh brand asing. Kebijakan TKDN perlu evaluasi, dan strategi pelaksanaannya perlu terus disesuaikan agar ekosistem industri perangkat digital nasional bisa ditumbuhkembangkan melalui pelaku bisnis lokal, sehingga potensi 2021 sebesar 30 juta perangkat baru akan berdampak besar untuk kemajuan ekosistem industri perangkat digital nasional.
  7. Aktivitas digital membuat kebutuhan data center di Indonesia berkembang pesat. Diperkirakan 2021 akan tunbuh 120 persen. Kendati demikian, industri cloud computing lokal justru menghadapi persaingan ketat dari para pemain asing sehingga patut dikembangkan kolaborasi global yang menguntungkan para pihak.
  8. UU Cipta kerja menjadi sinyal penting dari pemerimtah untuk mendorong dan melindungi industri telekomunikasi. Mulai dari infrastruktur sharing, adanya penetapan tarif batas atas dan bawah paket data, peran serta pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung, mendorong penggelaran jaringan telekomunikasi serta analog Switch Off, maksimal 2 tahun, bakala membawa perubahan besar di sektor industri ICT Indonesia di tahun 2021.

Oleh karena itu, Teguh memaparkan bahwa Mastel memiliki saran dan rekomendasi untuk perbaikan industri di masa mendatang. Beberapa saran dan rekomendasi Mastel adalah,

1. Membentuk sinergi dan harmoni antara pemerintah dengan dunia usaha agar terbangun ekosistem industri dan tata kelola pemanfaatan teknologi ICT untuk transformasi digital dan mendorong recovery pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih pesat.

2. Satu di antara langkah nyata adalah memuat langkah nyata rencana investasi penggelaran jaringan ICT oleh para pelaku industri dalam dokumen RPJMN, dengan sumber pendanaan swasta maupun APBN, oleh Bappenas dan Kemenko Perekonomian.

3. Indonesia perlu memiliki strategi kemitraan global dengan para raksasa teknologi, baik platform, apps maupun OTT sebagai upaya memperkuat posisi Indonesia dalam kerangka ekonomi digital yang sesuai dengan potensi pasar Indonesia.

4. Indonesia perlu melakukan penataan kembali topologi jaringan internet Indonesia, termasuk internet international gateway dan DC/DRC, pembagian peran bagi BAKTI dan para penyelenggara ICT.

5. Kebutuhan SDM Digital serta pola pemenuhan kebutuhannya perlu disusun di setiap sektor dengan jenjang kompetensi yang relevan, beserta rencana program pembinaan dan pembiayaannya.