Mengenal ‘Metarisk’, Ancaman Keamanan di Alam Metaverse
Uzone.id– Dunia Metaverse (masih) menjadi topik cukup panas saat ini. Semakin banyak perusahaan berusaha untuk menaklukkan Metaverse menggunakan berbagai format integrasi. Tapi, pernah nggak sih terpikirkan kalau alam yang serba virtual ini pastinya diintai oleh banyak risiko dan ancaman keamanan di dalamnya?
Di mata perusahaan keamanan siber, Kaspersky, Metaverse dapat berguna bagi pengguna untuk bermain dan menghabiskan waktu di ruang virtual.
Pada saat yang sama, bisnis juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan ruang digital. Salah satu opsi yang paling jelas adalah meningkatkan pengalaman pelatihan dan edukasi bagi karyawan.
Metaverse dan teknologi imersif dapat mempercepat e-skill perusahaan dan lainnya berkat konsep interaktif baru dalam VR, AR, dan Mixed reality yang memungkinkan orang untuk belajar lebih cepat, menyimpan informasi dengan lebih baik, dan menikmati prosesnya.
Menurut perkiraan Aimprosoft, dalam beberapa tahun ke depan, pasar e-learning diperkirakan akan tumbuh secara signifikan dari USD185,26 miliar pada tahun 2020 menjadi USD388,23 miliar pada tahun 2026.
Baca juga: Pandemi dan Metaverse: Indonesia Butuh Perubahan Internet Berkualitas
Nah, semua kompleksitas terkait teknologi baru ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah ada implikasi keamanan siber dan privasi. Namun, kita dapat memandang dengan perspektif yang sama.
Pengguna kemungkinan masih memiliki isu terkait pengambilalihan akun, yang dapat menyebabkan pencurian identitas dan penipuan. Masih dengan cara yang sama seperti penjahat siber memperoleh akses ke korespondensi pribadi atau perusahaan jika mereka meretas akun email melalui phishing, malware, atau isian kredensial, ditambah mereka juga bisa mendapatkan akses ke data pribadi yang disimpan di platform Metaverse pilihan kita.
Beberapa hal mungkin berubah menjadi berbeda.
Salah satu janji Metaverse adalah interoperabilitas. Misalnya, rumah yang kita beli di Decentraland dan sepasang sepatu kets virtual mewah dari OpenSea akan bisa diakses di semua platform, termasuk yang kita gunakan untuk pergi bekerja di kantor virtual.
Hal ini menciptakan satu titik celah dan memberi tekanan yang lebih terhadap kebutuhan lebih besar dalam melindungi akun kita.
Masalah lain adalah bahwa interoperabilitas ini dapat didasarkan pada blockchain, seperti Ethereum dan dapat menempatkan lebih banyak tanggung jawab pada pengguna untuk menjaga identitas dan properti digital mereka tetap aman karena blockchain saat ini, menurut definisi, tidak memiliki otoritas pusat.
Ini tandanya jika avatar NFT mewah kita dicuri, platform tidak dapat membantu kita, seperti nasib Todd Kramer, seorang pemilik galeri seni yang kehilangan semua token NFT Bored Apes di OpenSea.
Ditambah, menautkan identitas (dan akses ke data pribadi) ke dompet blockchain, yang sekaligus tempat penyimpanan uang dan properti digital kita, berarti penjahat dunia maya akan lebih bersemangat untuk mengaksesnya.
“Pada akhirnya, pertanyaan tentang kepercayaan pada platform itu sangat penting. Banyak perusahaan sudah menggunakan cloud sebagai infrastruktur utama mereka dan telah mendistribusikan tenaga kerja mereka sesuai dengan itu, sehingga memindahkan kantor ke dunia VR tidak akan menjadi hal yang mengejutkan – walaupun teknologi masih memerlukan peningkatan pesat untuk mewujudkan gagasan berada di VR selama 8 jam sehari tidak membosankan,” ungkap Sandra Lee selaku Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Ia melanjutkan, “mereka yang operasinya melibatkan penanganan data pribadi atau informasi rahasia mungkin ingin terus mengandalkan solusi lokal dan enggan mengekspos identitas karyawan mereka di blockchain.”
Jika Metaverse benar-benar menjadi paradigma baru, ada sejumlah tindakan dasar yang dapat memitigasi ancaman. Berikut di antaranya:
- Selalu indungi akun dengan menggunakan pengelola kata sandi dan 2FA
- Gunakan solusi keamanan siber yang andal untuk mencegah serangan malware dan phishing
- Mengedukasi diri sendiri dan karyawan tentang praktik keamanan siber terbaik dan terbaru.
Jika sudah menggunakan mata uang kripto, investasikan dalam dompet hardware dan menjaga keamanan kripto dengan cara sebagai berikut:
- Waspada terhadap email dan pesan yang meminta pembayaran atau ancaman untuk memblokir akun, atau, sebaliknya, seperti menawarkan skema untuk mendapatkan uang secara cepat.
- Perhatikan alamat pengirim. Jika nama perusahaan salah dieja, atau domainnya hanya sekumpulan karakter acak, itu hampir pasti scam.
- Perlakukan data dan kredensial yang digunakan untuk mengakses akun dan uang dengan sangat hati-hati.
- Pelajari cara kerja sistem keamanan cryptowallet, informasi apa yang mungkin diperlukan, dan apa yang tidak boleh kita bagikan dengan siapa pun.
“Tentu saja, Metaverse masih jauh dari kenyataan yang solid, tetapi ketika itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak semua merek dapat tumbuh di pasar yang kompetitif ini. Seperti orang yang mengendalikannya, avatar akan memiliki waktu, kesempatan, dan energi yang terbatas untuk berinteraksi dengan perusahaan. perusahaan yang berharap bisa berkembang di Metaverse perlu menjelajahi seluruh batasan dan mempertaruhkan taruhan mereka sebelum tidak ada lagi dunia virtual yang tersisa untuk ditaklukkan,” Tambah Lee.
Baca juga: Semua Orang Akan Hidup di Metaverse, Seolah Dunia Nyata Gak Indah Lagi
Seperti yang kita ketahui, hidup di tahun 2022, rasanya kurang ‘nendang’ kalau nggak ada upaya untuk menyelami Metaverse. Kita bisa lihat brand fashion ternama, Gucci sampai menciptakan dunianya sendiri di metaverse Sandbox. Brand mewah ini telah mengumumkan bahwa mereka akan membeli tanah virtual di The Sandbox untuk mulai membangun dunianya di platform.
Pada saat yang sama, restoran NFT pertama, the Flyfish Club, dibuka di New York. Pelanggan harus membeli kartu keanggotaan NFT untuk masuk ke dalamnya.
Jumlah tempat di klubnya juga terbatas, yaitu pemilik telah mengeluarkan 2,7 ribu token, menyediakan entri untuk anggota reguler dan 385 token untuk tamu tingkat atas. Keanggotaan permanen akan dikenakan biaya sebesar 2,5 Ethereum, atau sedikit di atas USD8.000, di mana para tamu dapat mengakses bar koktail, restoran, dan acara pribadi.
Belum lagi SoftBank Group Corp. menginvestasikan sebesar USD150 juta di platform metaverse Korea Selatan yang telah mengumpulkan banyak pengguna wanita muda dengan menjual item high-fashion untuk avatar 3D.
Mengingat tingkat promosi sensasionalnya, pasti akan ada efek ekonomi yang tak terelakkan. Menurut perkiraan VR dan AR PWC, teknologi Metaverse dapat berdampak pada 23 juta pekerjaan pada tahun 2030.
Hal ini, pada gilirannya, dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar USD1,92 triliun. Salah satu alasannya adalah bahwa teknologi yang digunakan di Metaverse dapat meminimalisir kesenjangan antara teori dan praktik.