Mengenal Penyebab Disfungsi Ereksi pada Laki-Laki

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Kamu pernah mendengar tentang disfungsi ereksi? Ya, disfungsi ereksi merupakan gangguan seksual yang paling banyak dikeluhkan—setelah ejakulasi dini—oleh pria berusia 40-80 tahun di seluruh dunia.

Berdasarkan penelitianThe Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors(GSSAB) di 29 negara termasuk Indonesia, jumlah penderita disfungsi ereksi terbesar ada di Asia Tenggara (28,1 persen), Asia Timur (27,1 persen) dan Eropa Utara (13,3 persen).

Menurut Dr. Nugroho Setiawan, Sp. And, dokter spesialis andrologi dari RSUP Fatmawati, disfungsi ereksi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk karena gejala penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, depresi, dan gejala saluran kemih bawah.

Baca:Ingin Bahagia? Kamu Hanya Perlu Banyak Bersyukur

"Penyakit ginjal kronis, multiple sclerosis, penyakit Peyronie, dan cedera yang berhubungan dengan perawatan terhadap kanker prostat merupakan beberapa penyakit dan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi,” ujarnya lebih lanjut dalam edukasi media bertemaSadari Penyebab dan Risiko Disfungsi Ereksidi Jakarta, beberapa waktu lalu.

Gangguan seksual yang satu ini juga dapat terjadi lantaran kondisi fisik, seperti kerusakan saraf, arteri, otot polos, dan jaringan ikat di penis.

"Disfungsi ereksi juga bisa menjadi efek samping dari beberapa pengobatan seperti anti-hipertensi, antihistamin, antidepresan, penenang, penekan nafsu makan dan obat-obatan saluran kemih,” kata Nugroho.

Selain itu, faktor fisik dan psikologis juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Stres dan masalah hubungan personal adalah beberapa penyebab psikologis yang dapat memicu dan memperburuk disfungsi ereksi.

Baca:5 Kiat Lindungi Diri dari Penyakit Selama di Pesawat

Nugroho mengatakan bahwa ereksi merupakan respons terhadap rangsangan seksual.

”Jadi yang normal itu ereksi bisa berlangsung di mana saja dan kapan saja. Ini menunjukkan bahwa tubuhnya sehat. Jika mengalami disfungsi ereksi, artinya tubuh pria itu tidak sehat,” ujarnya.

Sayangnya, dari 948 laki-laki dan 992 perempuan yang aktif secara seksual dan melaporkan mengalami disfungsi seksual, 45 persen di antaranya tidak mencari bantuan atau saran.

Demikian menurut survei (2004) tentang bagaimana masyarakat perkotaan negara-negara di Asia mencari bantuan medis. Lantas, hanya 21 persen yang mencari perawatan medis.

Penelitian serupa pada tahun 2011 menegaskan bahwa faktor sosial budaya, agama, dan ekonomi mencegah pasien untuk berkonsultasi dengan dokter.

Padahal, Nugroho menekankan bahwa komunikasi antara dokter dan pasien memegang kunci penting dalam pengobatan disfungsi ereksi.