Myanmar Mencekam: Kudeta, Internet, Sosial Media
Foto: ABC
Uzone.id- Digitalisasi sudah memengaruhi banyak hal, melebarkan jangkauannya makin luas, bahkan di negara dunia ketiga seperti Myanmar.
Bagaimana urusan sosial politik pun tak lepas dari ancaman dunia cyber yang kini sudah jadi perhatian serius dari pemerintah atau siapapun oknum yang ingin berkuasa di suatu wilayah atau kawasan.
KUdeta militer yang terjadi di Myanmar baru-baru ini pun sampai harus termasuk membatasi juga kegiatan sosial media dan bahkan sampai pemutusan internet yang makin meluas.
Baca juga: Instagram Mau Hilangkan Fitur Kirim Postingan Feed ke Story?
Sebelumnya, pemerintah sementara Myanmar sudah melakukan pemblokiran terhadap Facebook dan WhatsApp.
Pemerintah baru Myanmar berargumen bahwa Facebook berperan dalam menciptakan kondisi tidak stabil.
Untuk memerintahkan pemblokiran ini, pemerintah Myanmar mengacu pada undang-undang telekomunikasi yang membenarkan banyak tindakan untuk kebaikan umum dan negara.
Dilaporkan juga kalau MPT, operator terbesar milik negara di Myanmar, telah memblokir Facebook, WhatsApp, Instagram dan Messenger lainnya.
Juru bicara Facebook mengatakan mereka telah mengetahui bahwa akses ke Facebook saat ini terputus untuk beberapa orang.
Pemblokiran Facebook dilakukan beberapa hari setelah militer Myanmar mengambil alih kepemimpinan dan mengumumkan kondisi darurat selama satu tahun setelah menahan Aung San Suu Kyi dan pemimpin partai National League of Democracy lainnya.
Setelah kudeta, warga di berbagai daerah di Myanmar melaporkan putusnya jaringan internet dan telepon selama beberapa jam. Mereka mengandalkan aplikasi messaging offline seperti Bridgefy untuk berkomunikasi.
Tak cukup dengan membatasi media sosial, para pemimpin militer Myanmar memperluas pembatasan internet dalam upaya untuk membatasi aksi demonstrasi terhadap kudeta mereka.
Kali ini akses internet di Myanmar dimatikan.
Kalau sebelumnya hanya seagaian wilayah, kali ini hampir seluruhnya dan menyisakan hanya 16 persen koneksi internet dari level normal di negara tersebut, dilansir NetBlock.
Sebelumnya warga Myanmar masih bisa mengakali pakai VPN untuk mengakses sejumlah media sosial dan layanan yang diblokir. Namun kini, nyaris semua orang tidak bisa mengakses apapun di internet.
Kementerian Informasi Myanmar mengklaim pada 2 Februari bahwa pendemo memanfaatkan jejaring sosial untuk memicu kegaduhan.
Pihak militer Myanmar yang saat ini berkuasa pun jelas menganggap kalau koneksi internet ditambah media sosial, bisa membuat para pengunjuk rasa berkonrdinasi dan berkomunikasi dan juga menyebarkan propaganda dari dokumentasi peristiwa.
VIDEO: Review Samsung Galaxy A02s Seharga Rp2Juta