Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan di Asia Tenggara
Ilustrasi (Foto: Austin Distel/Unsplash)
Uzone.id- Dalam laporan Digital Civility Index (DCI) terbaru yang dirilis Microsoft, netizen Indonesia dinyatakan paling tidak sopan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN setelah merosot delapan poin dan menjadi 76 poin.
Anehnya, remaja tidak memberikan kontribusi (positif atau negatif) terhadap skor Indonesia di 2020. Merosotnya DCI Indonesia sepenuhnya didorong oleh orang dewasa, menambahkan 16 poin.
Tiga risiko daring terbesar adalah hoaks danscam(+13), ujaran kebencian (+5) dan diskriminasi (-2), yang merupakan pola yang bisa dilihat di wilayah Indonesia.
Meskipun demikian, masih ada penurunan signifikan soal "rasa sakit" hingga 15 poin.
BACA JUGA:Video Dayana Menghilang dari YouTube Fiki Naki
Empat dari 10 orang mengatakan kesopanan di media sosial lebih baik selama pandemi Covid-19, berkat rasa kebersamaan yang lebih besar dan menyaksikan orang membantu sesamanya.
Namun, hampir lima dari 10 orang yang terlibat dalam insiden perundungan, dengan 19 persen responden mengatakan jika mereka jadi sasaran perundungan.
Dalam kasus ini, kaum milenial lah yang paling terpukul.
Laporan ini mencakup 16.000 responden di 32 negara, mengukur kualitas interaksi daring yang dialami orang-orang pada tahun 2020.
Sistem penilainan berkisar dari nol hingga 1000, dengan skor yang lebih rendah setara dengan paparan risiko online yang lebih rendah, sehingga menghasilkan tingkat kesopanan online yang lebih tinggi.
Singapura paling sopan
Singapura jadi negara paling sopan di Asia Tenggara dengan 59 poin. Negara ini menempati urutan keempat secara global untuk kesopanan di media sosial.
Singapura naik empat peringkat dalam studi terbaru (saat ini masuk tahun kelima), menampati peringkat empat, yang sebelumnya dipegang Malaysia.
Di Singapura, peningkatan DCI sebagian besar dipimpin oleh remaja, menyumbang -7 poin, dan orang dewasa menyumbang -1 poin.
Hal itu juga mengakibatkan penurunan "rasa sakit" yang signifikan yang disebabkan oleh interaksi daring negatif, sebesar -6 persen.
Sebanyak 54 persen responden mengatakan bahwa mereka membela diri atau berhenti sebelum membalas seseorang yang tidak mereka setujui.
Namun, tiga risiko online teratas yang dihadapi warga Singapura adalah hoaks dan scam (+4), ujaran kebencian (-2), dan diskriminasi (-1).
Terkait perundungan, 20 persen responden mengatakan jika mereka jadi target perundungan, sementara 34 persen mengatakan jika mereka terlibat dalam insiden perundungan.
Secara keseluruhan, kaum milenial yang paling terpukul dalam kasus ini, tepatnya 14 persen dari mereka.
Tiga dari 10 warga Singapura berpendapat jika kesopanan di media sosial semakin memburuk selama Covid-19 karena penyebaran berita palsu dan informasi yang menyesatkan.
Survei ini juga melibatkan orang dewasa dari negara Belanda, Inggris dan AS, di mana masing-masing menempati tiga teratas. (Mashable)
VIDEO Unboxing Redmi 9T Seharga Rp2,39 Juta