PenetrasiFixed Broadbanddi Indonesia Masih di Bawah Malaysia

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(Ilustrasi/Unsplash)

Uzone.id-- Jaringan internet di Indonesia melalui perangkat mobile, atau yang biasa disebut dengan istilahmobile broadbandjauh lebih tinggi dibandingfixed broadband,atau koneksi yang terhubung melalui kabel LAN dan WiFi. Koneksifixed broadbanddi Indonesia masih rendah, bahkan di bawah Malaysia.

Dari pemaparan CEO & President Director PT Link Net Marlo Budiman, penetrasifixed broadbanddi Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, apalagi China.

“Pada tahun 2019, penetrasinya itu baru 12 persen. Prediksi penetrasifixed broadbandpada 2024 pertumbuhannya gak banyak, cuma mencapai 17 persen saja. Kita masih ketinggalan jauh dengan Malaysia, negara tetangga sendiri,” ungkap Marlo saat acara webinar bertajuk ‘Telecommunication Industry Perspective’ pada Jumat (4/9).

Dari hasil yang ia paparkan, tercatat penetrasi Malaysia pada 2019 sudah berada di angka 38 persen dan prediksi pertumbuhan pada 2024 mencapai 57 persen.

Baca juga:Jaringan Broadband Telkomsel Siap Dukung Proses Belajar Jarak Jauh

Tak hanya Malaysia, Thailand juga telah memiliki penetrasifixed broadbandsebanyak 44 persen sejak 2019 dan akan mengalami pertumbuhan menjadi 48 persen pada 2024. Sementara Vietnam penetrasifixed broadband-nya berada di angka 58 persen sejak tahun lalu, dan angkanya akan terus bertambah sampai 67 persen 4 tahun yang akan datang.

“Apalagi jika membandingkan dengan China, kita jauh sekali. Saat ini saja mereka sudah 92 persen penetrasinya, dan 2024 prediksinya bisa mencapai 98 persen,” lanjut Marlo.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum MASTEL Kristiono turut menjelaskan tentang kondisimobile broadbanddi Indonesia yang begitu pesat pertumbuhannya danfixed broadbandyang masih minim.

“Penetrasi antarafixeddanmobileini gak seimbang. Jelas banget indonesia masih kurang dalam perluasan dan pemerataanfixed broadband. Kuartal dua 2019 jumlah penggunamobile broadbanditu 259.518 juta user, di periode yang sama tahun ini, angkanya sudah menyentuh 261.837 juta user,” terang Kristiono.

Baca juga:Indosat Sediakan Kuota 30GB Harga Rp1 untuk Siswa Belajar Online

Dia melanjutkan, sementara untuk pertumbuhanfixed broadbandsecara tahunan yang dilihat dari kuartal dua 2019 dan 2020, jumlahnya tidak begitu signifikan.

“Penggunafixed broadbandkuartal dua 2019 itu 7 juta user, atau rumah. Pada periode tahun ini, jumlahnya baru 8,96 juta user,” imbuh Kristiono.

Melihat kondisi seperti ini, Marlo menambahkan, pihak industri berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih banyak terkait proses penyebaranfixed broadbanddi Indonesia.

“Minimal soal perizinan, agar lebih dimudahkan untuk penyebaranfixed broadbandini di daerah yang belum terjamah. Kami juga berharap sesama perusahaan ISP [Internet Service Provider] agar menjalin kerja sama lebih intens lagi, serta tak lupa peran asosiasi juga untuk terus berkolaborasi dengan kami, demi penetrasi yang lebih gencar,” tutup Marlo.