Prediksi Pengamat Jika XL Axiata Jadi Akuisisi Operator di RI

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(Ilustrasi/Unsplash)

Uzone.id-- Bagi industri telekomunikasi di Indonesia untuk memiliki rencana konsolidasi nyatanya sudah menjadi langkah yang dinilai lumrah. Bahkan dinantikan oleh sejumlah pihak.

Rencana yang saat ini diakui Axiata di Malaysia mengenai akuisisi unit bisnis XL Axiata di Indonesia agar dapat mengakuisisi salah satu perusahaan operator seluler seperti Indosat Ooredoo, Smartfren Telecom, atau Hutchison Tri sedang dalam tahap diskusi dengan semua pihak.

Telkomsel selaku anak usaha dari PT Telkom sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di Indonesia tentu tidak termasuk ke dalam daftar “kandidat” perusahaan operator yang berpotensi merger dengan XL Axiata.

Lantas, kira-kira perusahaan telekomunikasi mana yang cocok untuk ‘dicaplok’ XL Axiata?

Baca juga:XL Bakal 'Caplok' Salah Satu Operator di Indonesia Tahun Ini?

“Soal perusahaan mana, yang jelas konsolidasi jadi penting karena kebutuhan frekuensi,” kata Executive Director Indonesia ICT Institute Heru Sutadi saat dihubungi Uzone.id melalui sambungan WhatsApp, Rabu (27/5).

Dia menyambung, “idealnya mungkin hanya ada Telkomsel dan non Telkomsel. Atau Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat. Sementara operator yang lain, koalisi dengan pemain tersebut.”

Sejauh ini, pihak XL Axiata yang bermarkas di Jakarta enggan memberikan tanggapan terkait rencana Axiata tersebut. Sementara Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) justru berharap konsolidasi dapat segera terwujud dalam waktu dekat.

Sebagai pengamat telekomunikasi, Heru juga berharap persaingan industri telekomunikasi di Indonesia bisa lebih sehat jika adanya konsolidasi.

Baca juga:XL Bungkam Soal Akuisisi Operator, ATSI Gimana?

“Kita saatnya equal level playing field dijalankan, adil bagi semua pemain. Tidak ada dibedakan antara perusahaan BUMN atau anak BUMN dengan bukan BUMN. Ini semua agar inovasi yang bermanfaat bagi pengguna terus mengalir dan persaingan jadi lebih sehat,” imbuh Heru.

Selebihnya, Heru meyakini peran pemerintah juga penting dalam mendorong industri ini ke arah lebih sederhana sesuai ukuran pasar dengan dua sampai tiga pemain saja.

“Hal itu karena dominasi Telkomsel semakin kuat, dan bisnis infrastruktur kurang menggairahkan dibanding bisnis aplikasi. Di luar Telkomsel, pasti operator berkeinginan konsolidasi,” ujarnya.

Dari pengamatan Heru, industri telekomunikasi yang menyediakan infrastruktur koneksi dan jaringan harus terus bergerak dan berkembang mengikuti perkembangan aplikasi digital yang berjalan di atas jaringan dan tetap dapat menghasilkan pendapatan tinggi.

“Konsolidasi itu harus didorong juga dengan insentif. Seperti, frekuensi hasil merger tidak diambil pemerintah, ada kemudahan adopsi teknologi baru, dan lainnya,” tutupnya.