Pro dan Kontra Netizen Soal Indonesia yang Gabung BRICS
Uzone.id -Baru-baru ini, Indonesia masuk ke dalam aliansi kerja sama ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Pro dan kontra pun muncul di media sosial, netizen saling melemparkan diskusi terkait masuknya Indonesia sebagai negara mitra aliansiBRICS.
Di X (dulunya Twitter), kata kunci ‘BRICS’ masuk ke jajarantrending topic. Setidaknya ada lebih dari 400 ribu kicauan diunggah oleh netizen.
Banyaknetizenyang mendukung bergabungnya Indonesia ke dalam aliansi BRICS. Hal ini bisa menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia di kancah internasional.
“Bergabung dengan BRICS bukan berarti Indonesia memilih kubu, tapi memperkuat posisi sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang, dengan komitmen memajukan ketahanan pangan, energi, dan kemiskinan di Global South. Indonesia akan terus berperan aktif di berbagai forum, termasuk G20 dan G7,” tulis akun resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)@kemlu_RI.
“Setuju Indonesia BRICS, agar jejaring kemitraan kerjasama dengan negara atau organisasi lainnya untuk memperkuat fondasi ekonomi Indonesia sendiri,” tulis@insanisyah1.
“Kalau untuk pemikiran sementara, dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota BRICS tentu merupakan langkah yang bagus dalam melawan dominasi mata uang US Dollar. Dalam sisi politik, ada kemungkinan terkena diskriminasi kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa khususnya Amerika. Produk asing khususnya China juga akan semakin mudah memasuki pasar Indonesia dan berdampak pada matinya pelaku usaha tanah air,” tulis@sufisijawara.
“Bergabungnya Indonesia dengan BRICS bisa menjadi langkah strategis yang memberikan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi di panggung internasional, terutama di antara negara-negara berkembang. Namun, kita juga harus kritis terhadap tantangan yang mungkin dihadapi, seperti menjaga kedaulatan kebijakan ekonomi dan memastikan keseimbangan antara kepentingan domestik dan aliansi global. Semoga langkah ini dipikirkan dengan matang, demi kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan ekonomi nasional," tulis@masbadar.
“Bergabung dengan BRICS itu artinya kita pny lebih bnyk opsi kerja sama ekonomi tanpa harus terlalu bergantung sama Barat. Dgn prinsip bebas-aktif, kita bisa tetap netral, ambil manfaat dari kedua sisi, dan pastinya lebih fleksibel dalam menghadapi situasi global yang makin rumit,” tulis@sannciiss.
Pihak-pihak yang kontra Indonesia masuk BRICS pun tak sedikit. Banyak yang khawatir, masuknya Indonesia ke BRICS dapat merusak hubungan diplomatis yang terjalin dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
“Reputasi Indonesia sebagai pemimpin Global South yang bisa mengritik Barat maupun China-Rusia akan pudar, karena Barat bisa melihat ini sebagai pemihakan Indonesia. Dengan reputational damage macam itu, status Indonesia yang akan terancam,” sebut akun@RadityoDharpaPdalam utasnya di X.
“Seharusnya justru Indonesia hanya datang di pertemuan BRICS, terlibat dalam diskusi, namun tidak perlu mengajukan diri sebagai anggota. Jaga jarak politik dengan semua pihak, namun bekerjasama ekonomi dengan semua,” sambungnya kembali.
“jangan dilupakan juga pak politik luar negeri Indonesia yang non-blok, masuk bricks sama aja dengan gabung ke blok timur, pake nama apapun siapapun tahu kalau bricks itu gak beda dengan blok timur, oposisinya Nato, mau ikutan konflik antar blok dunia pak?” tulis akun@484nX.
“big no. pada akhirnya, BRICS akan berorientasi ke arah politik, bukan hanya sekadar kerjasama ekonomi. Putin sendiri yang bilang kalo BRICS ini bentuk nyata dari dunia yang multipolar. nah masalahnya, dgn Indonesia bergabung, berarti hilang sudah marwah politik bebas aktif kita,” tulis@hxxawvr.
"BRICS pada akhirnya bersifat politis. Saya pikir ada lebih banyak manfaat dalam mempertahankan prinsip non alignment terutama krn politik internasional lagi panas. lebih baik bikin strategi gmn caranya memaksimalkan keuntungan kita melalui bersikap netral," kata@_lonewolfffs.
Masuknya Indonesia ke dalam BRICS diumumkan langsung oleh akun X (dulunya Twitter) mereka @BRICSinfo.
“Baru saja: BRICS secara resmi menambahkan 13 negara baru ke dalam aliansi sebagai negara mitra (bukan anggota penuh)," tulis akun BRICS.
Selain Indonesia, ada Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Malaysia, Nigeria, Thailand, Turki, Uganda, Uzbekistan, dan Vietnam.
Dalam keterangan resminya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menjelaskan bahwa masuknya Indonesia sebagai anggota BRICS merupakan wujud dari politik luar negeri yang bebas dan aktif.
"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum," ujar Menlu Sugiono dalam keterangan pers pada Jumat (25/10/2024).
Sugiono turut memaparkan tiga langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dengan negara-negara Global South.
Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang, termasuk penyediaan ruang kebijakan yang memadai. Ia pun menekankan bahwa negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka kepada negara berkembang.
Kemudian, mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Dan terakhir, menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritar di antara negara-negara Global South.
"Kita lihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South. Namun, kita juga melanjutkan keterlibatan atau engagement kita di forum-forum lain, sekaligus juga terus melanjutkan diskusi dengan negara maju," pungkasnya.