Review: Siap-siap Terhibur oleh Aksi ‘Wiro Sableng 212’
Spoiler-free.
Uzone.id-- Setelah sekian lama digembar-gemborkan, akhirnya film tentang Wiro Sableng yang begitu melegenda hadir di bioskop tanah air. Judulnya lumayan panjang, yakni ‘Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212’.
Karakter Wiro Sableng dari komik bikinan Bastian Tito ini sebetulnya sudah sangat dekat dengan masyarakat. Selain pernah diadaptasi ke dalam film beberapa dekade lalu dengan Tony Hidayat sebagai lakon Wiro Sableng. Kemudian, masyarakat juga dapat menyaksikan akting Herning Sukendro sebagai Wiro di serial televisi.
Wiro yang begitu konyol, kelakuannya mengocok perut, serta jago silat ini juga disajikan di dalam film ‘Wiro Sableng 212’. Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini bercerita tentang Wiro Sableng (Vino G. Bastian) yang dilatih berbagai jurus silat oleh gurunya, Sinto Gendeng (Ruth Marini).
Suatu hari, Wiro ditugaskan oleh Sinto untuk mencari mantan muridnya yang membangkang nan bengis, Mahesa Birawa (Yayan Ruhian). Di perjalanan, dia bertemu dengan beberapa teman baru, Anggini (Sherina Munaf) dan Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarizi) yang akhirnya bersama-sama berpetualangan di dalam misi yang jauh lebih besar dari sekadar menangkap Mahesa: menjadi pendekar sejati yang dapat mengontrol kekuatan dan melindungi orang lain.
Baca juga:Review: 'Mile 22' Bak Bencana, Iko Uwais Murni Jadi Daya Tariknya
Mari kita bedah secara singkat apa yang membuat film ini begitu menghibur.
Pertama, tentu saja pembawaan karakter.
Nggak bisa dipungkiri, karakter Sinto Gendeng yang ‘gila’ namun super jago ini berperan penting sejak awal film. Dia berperan besar bagi pertumbuhan Wiro, serta kelakuan Wiro sendiri.
Gue pribadi salut banget dengan akting Ruth Marini yang begitu apik memerankan Sinto. Mulai dari mimik wajah yang memang sudah tua namun nggak terlihat maksain sok ditua-tuain, suaranya yang keren, dan aktingnya yang kocak namun dalam.
Chemistryalias koneksi Sinto dengan Wiro di dalam film juga terasa alami, layaknya melihat hubungan kedekatan antara cucu dan nenek pada umumnya saja.
Lalu, mari bahas Vino. Si anak pencetus komik kolosal Wiro Sableng.He-he, ralat. Si karakter utama film ini maksudnya.
Terlepas kisah ini dibuat oleh bapaknya sendiri, Vino layak diberi pujian atas penjiwaannya dalam memerankan sosok Wiro yangsableng. Gue memang nggak berekspektasi apa-apa, tapi gue akui Vino berhasil.
Nggak bisa dipungkiri, ada beberapa dialog yang masih terasa “Vino banget” dari cara dia menyampaikan suatu kalimat. Tapi sisanya, sulit untuk menyatakan lakonnya sebagai Wiro mengecewakan, karena sejatinya dia tetap sanggup menghibur penonton.
Namun satu hal yang menarik, tapi bisa saja hal ini nggak dirasakan oleh orang lain. Ada beberapa momen ketika melihat Vino berakting sebagai Wiro, gue kerap merasakan karakter Wiro yang kekanak-kanakan ketimbangsableng.Mungkin perasaan gue aja kali, ya.
Di film ini, gue pun salut dengan Yayan Ruhian yang berperan sebagaivillain. Dia memang sering banget melakoni karakter jahat, tapi apa boleh buat, di film ini pun dia tetap tampil memukau dan kejam seperti biasanya. Nggak diragukan lagi lah, ya.
Lalu, ada Sherina yang berperan sebagai Anggini. Tampaknya karakter Anggini memang sengaja dibikin adem,cool, dan nggak suka bercanda. Jadi, bisa dibilang Anggini ini selalu bisa berpikir dengan kepala dingin jika ada bahaya mengintai. Berantemnya juga jago, lho.
Kedua, kocak!
Sebenarnya hal ini sudah terwakili dari karakter Wiro. Tapi ternyata humor semakin diperkuat berkat kehadiran Bujang Gila Tapak Sakti. Aktor pendatang baru Fariz Alfarizi memerankannya dengan apik. Suaranya yang agak melengking, celetukan yang mengocok perut, serta keahlian silat yang unik ini membuat karakternya akan melekat di ingatan.
Ketiga, efek visual keren.
Film yang diproduksi oleh Lifelike Pictures yang bekerjasama dengan Fox International Production ini dielu-elukan dapat mengangkat derajat sinema Indonesia dari sisi teknis dan efek visual mumpuni.
Sejak film dimulai, semuanya digarap dengan baik mulai dari latar hingga efek visual yang menyertai tiap adegan berantem atau saat mengeluarkan jurus silat andalan tiap karakter. Meski di sejumlah adegan tertentu ada efek yang terasa kasar dan nggak terlalu halus, sisanya tetap keren, kok!Bangga akutu.
Dari beberapa keunggulan dan keseruan yang disajikan ‘Wiro Sableng 212’ ini, ada beberapa hal yang masih menjadi kekurangan.
Dengan durasi sekitar 2 jam, plot bergerak cukup cepat dengan alur maju. Sebenarnya nyaris nggak ada momen membosankan, namun terkadang di sejumlah adegan berantem terasa kuranggreget. Koreografi adegan berantemnya nggak terlaluwowaja kali, ya… Kurang detail namun tetap bisa dinikmati.
Lalu, film ini sebetulnya dibanjiri oleh aktor dan aktris papan atas seperti Lukman Sardi, Dwi Sasono, Happy Salma, Marsha Timothy, hingga Marcella Zalianty. Mungkin karena terbatas waktu dan ingin dibikin serba padat, deretan karakter ini nggak terlalu mendalam diperkenalkan. Sesaat kita bisa menerka karakter masing-masing dari dialog dan aksi yang dilakukan, sisanyascreen timemereka nggak terlalu lama. Namun, hal baiknya, peran mereka terbilang krusial semua.
Terakhir, percakapan yang digunakan terasa campur-aduk. Untuk sejumlah karakter, mereka dapat mewakili suasana abad ke-16 -- bahasa baku yang agak kaku. Namun, untuk Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti mereka cenderung hadir dengan gaya bahasazaman now. Mungkin supaya nuansa komedinya lebih kental dan dapat disukai oleh anak-anak muda kali, ya?
Well, kesimpulannya film ini menghibur dan sanggup membuatmu tertawa. Kapan lagi nonton film lokal dengan sinematografi dan efek visual keren? Ngomong-ngomong, jangan samakan Wiro Sableng dengan Thor ya, mentang-mentang sama-sama bawa senjata kapak...
'Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212' sudah tayang di jaringan bisokop Cinema XXI, CGV Blitz, dan Cinemaxx.