Selain Indonesia, Aplikasi Temu Juga Bikin Rusuh di Thailand dan AS

pada 2 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id —Indonesia saat ini sedang bekerja keras untuk menghalau kehadiran aplikasi e-commerce milik Panduoduo, Temu. Mulai dari tak menyetujui izin operasional hingga memblokir transaksi dan aplikasi di Play Store dan App Store.

Alasannya? Karena Temu dianggap akan membahayakan keberadaan UMKM lokal saat ini.

“Ada satu lagi aplikasidigital cross-borderyang saya kira akan masuk ke kita, dan lebih dahsyat daripada TikTok. Karena ini menghubungkanfactorylaludirectkepada konsumen," kata Teten Masduki, Menkop UKM bulan Juli lalu.

Aplikasi ini menyediakan layanan e-commerce yang menghubungkan pembeli langsung dengan pabrik tanpa ada perantara dengan harga yang lebih. Saat ini, aplikasi ini sudah bekerja sama dengan 80 pabrik di China dan produk-produk ini bisa langsung dikirim ke seluruh konsumen di dunia.

Temu adalah salah satu aplikasi paling populer di Amerika Serikat tahun lalu, bahkan sampai menggeser popularitas TikTok kala itu. Tapi, bukan berarti aplikasi ini banyak digemari dan tak punya masalah.

 

 

Di Amerika Serikat, Temu menghadapi berbagai masalah dan bahkan dituntut oleh pemerintah setempat. Salah satunya terkait keamanan data pengguna, tuduhan tenaga kerja paksa, eksploitasi perdagangan, bahaya produk hingga pencurian kekayaan intelektual.

Para pelanggan juga menghadapi berbagai masalah seperti paket yang tak terkirim, biaya tambahan tak jelas, kesalahan pesanan, dan customer service yang tak responsif.

Melansir dariTime Magazine, Temu telah menerima lebih dari 30 keluhan keBetter Business Bureau, dan memiliki peringkat pelanggan BBB kurang dari 1,5 dari 5 bintang.

“Mereka membuat janji-janji pengiriman, dan orang-orang tidak mendapatkan barang mereka pada waktu yang seharusnya," kata Melanie McGovern, direktur hubungan masyarakat dan media sosial BBB.

Selain itu, Amerika Serikat juga membuat aturan baru untuk memperketat operasional Temu di negara mereka dengan cara mencegah penyalahgunaan aturan pengiriman barang impor. 

Pemerintah Biden akan menerapkan tarif pada pengiriman dari luar negeri dengan harga tertentu serta pemeriksaan lebih ketat.

Di bawah aturan yang diusulkan, AS akan mencegah perusahaan-perusahaan untuk mengklaim aturan ‘pengecualian de minimis’ pada barang-barang impor dengan harga dibawah USD800 yang berlaku untuk produk-produk dari China, baja, dan aluminium, serta mesin cuci dan panel surya. 

Di Eropa, Temu juga mengalami berbagai masalah. Beberapa pihak konsumen di Eropa menuduh aplikasi belanja asal Tiongkok, Temu, menggunakan "teknik manipulatif" yang memaksa pengguna untuk membelanjakan lebih banyak uang di platform mereka, selain itu Temu juga disebut melanggar undang-undang teknologi Uni Eropa lainnya. 

 

 

Jerman juga menuntut Temu terkait taktik manipulasi mereka yang sering menampilkan notifikasi palsu “Cepatlah! Lebih dari 126 orang memiliki barang ini di keranjang belanja mereka” sehingga mendorong mereka untuk berbelanja secara impulsif.

Korea Selatan dan Thailand juga melakukan langkah serupa, yaitu memperketat pengawasan pada platform ini. 

Japan Times melaporkan bahwa Korea Selatan juga melakukan investigasi pada platform ini. Pihak berwenang negara tersebut menemukan barang-barang yang mengandung timbal dengan kadar 11 kali lebih banyak dari yang telah ditentukan, yang mana ini akan membahayakan penggunanya.

MelansirSCMP,Kamis, (10/10), pihak berwenang Thailand juga memperketat peraturan pada situs belanja murah Temu untuk melindungi pedagang lokal dari masuknya produk China dengan harga murah dandirectke konsumen.

Melihat banyaknya problem yang timbul di platform Temu baik itu bagi pengguna dan industri perdagangan, tak heran kalau saat ini Kementerian Kominfo, Kementerian Perdagangan hingga Kementerian Koperasi dan UKM kompak menjegal kehadiran e-commerce milik Panduoduo di Indonesia ini.