Soal Prostitusi: “Kalian Semua Suci, Kami Penuh Busa,EhDosa!
Foto: Ilustrasi - Shutterstock
Uzone.id- Masih ingat gak penggalan lagu;“Kalian semua suci, kami penuh dosa,”yang dipopulerkan Awkarin?
Nah, akhir-akhir ini kalimat itu mendadak selalu terngiang-ngiang, apalagi kalaungeliatkondisi di Tanah Air tercintaquIndonesia ini.
Gausah dehngomongin politik yangudahterlalu sering memain-mainkan busa, maksudnya, memain-mainkan sabun,tuh kansalah lagi, memain-mainkan nilai ‘kesucian’ sambil membusakan atau ‘mendosakan orang lain.
Basigaes, sebasi kasus prostitusi online yang makin kesini malah jadi hiburan publik ditengah tabunya seksualitas di negara ini.
Baru-baru ini, pak Polisi yang seharusnya jauh lebih ngerti hukum ya, terus mengembangkan kasus prostitusi online yang melibatkan artis papan atas VA.
Baca juga:Pernyataan Komnas Perempuan Soal Prostitusi Online
Kirain cukup sampai di VA dan selanjutnya tinggal membongkar kartel lendirnya, mucikarinya, bahkan kalau perlu pemesannya, bukan malah mempertontonkan para perempuan sebagi objek yang secara instan pasti dianggap sebagai biang keladinya. Padahal mereka (saksi) korban lho, bayangkan korban!
Kok, malah korban yang diekspos gila-gilaan sih pak polisi? Biar numpang tenar ya? Atau itu tekanan dari media-media, terutama reporter lapangannya yang dituntut untuk selalu menaikkan rating dan traffic pembaca dan penontonnya?
Coba, seorang Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, dengan asiknya membeberkan nama terang dari artis dan model yang terekam data digital hasil penyidikan dari dua tersangka mucikari ES dan TN.
Pak, bapak humas lho, masak perlu belajar lagi jadi Public Relation? Identitas korban dipamerkan, sementara mucikarinya malah pakai inisial, jujur, gagal paham kami pak!
Sayangnya gue gak ngerti hukum dan gak tau apa-apa soal Hak Asasi Manusia, siapa tau para aktifis dan pegiat HAM yang baca artikel ini bisa angkat suara juga menyoal fenomena ajaib ini.
Efek dominonya gak kecil lho, sebab dengan status masih saksi—korban pula, mereka-mereka itu belum terbukti bersalah, dan kita tau bagaimana respon dan opini publik menganggapi informasi tersebut?
“Kalian semua suci, kami penuh dosa,” adalah ungkapan kepasrahan yang tepat dilayangkan oleh para saksi korban untuk para oknum-oknum sok suci tersebut.
Masalah prostitusi bukan baru sekarang ini marak terjadi, ini sudah berlangsung berabad-abad, bahkan sejak zaman purba barangkali. Kalau sekarang pakai uang dan aplikasi, barangkali dulu masih pakai sistem barter, tapi intinya sama aja.
Selama ada lelaki dan perempuan, dan kemampuan serta kemauan dan keberanian untuk melakukannya, ‘basic insting’ binatang yang bernama manusia pasti akan selalu melakukannya.
Baca juga:Saat Jadi Mucikari, Robbie Abbas Kumpulkan Ratusan Juta dengan Mudah
Ini cerita lama, cerita zaman purba..
Jadi, sebagai orang atau instansi yang jelas punya kewenangan serta akses terkait dengan informasi apapun soal prostitusi, baiknya bijak dalam menyebar informasi tersebut.
Soal nama, ini susah dibersihkan kalau udah tercemar. Gausah lah sampai publik tau dan dibuat penasaran dengan informasi sepotong-potong, cukup internal penyidik aja yang tau, kecuali nanti sudah dipersidangan—itu pun masih bisa pakai opsi sidang tertutup.
Sekali lagi, gue gagal paham sama strategi ini. Hendaknya urusan seksualitas ya urusan pribadi masing-masing. Selama dia punya kemampuan secara finansial dan objeknya juga menyetujui dengan sadar dan tanpa paksaan—tapi bayaran, ya apa salahnya?
Ingat! Jakarta pernah dibangun dari hasil prostitusi.
Jadi, gak perlu lah menertawakan mereka yang terkait kasus prostitusi ini. Memangnya sebagai lelaki kalau punya uang gak berseri gak mau mencicipi sensasi kayak begitu? Atau sebagai perempuan, kalau ternyata cuma itu satu-satunya cara untuk bertahan hidup, ya apa yang salah? Kecuali kita semua memang benar-benar suci..
Dan barangkali, ditengah dunia serba digital yang membuat orang-orang mendadak lebih pintar dan keblinger kesuciannya ini, menjajakan fisik bakal lebih mulia daripada menjajakan pikiran dan ide yang cuma sekedar dibayar bulanan yang tidak seberapa.
Baca juga:Era Digital, Ketika Ketukan jari Memandu Tamasya Syahwat
Seperti quotes di novel Supernova garapan Dee Lestari yang dengan apik merangkai sebuah kalimat menyoal sebuah pelacuran yang dilakukan salah satu tokohnya Diva:
“Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya. Bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina?”
Atau lagunya sang legend Titiek Puspa berjudul “Kupu-Kupu Malam” yang salah satu potongan liriknya kayak begini;
“Dosakah yang dia kerjakan
Sucikah mereka yang datang?”
Dan kalau mau lebih kekinian ya balik lagi ke judul di atas; “Kalian semua suci, kami penuh busa, eh dosa!”