Tarif Internet di Indonesia Kelewat Murah?
Uzone.id– Maraknya kompetisi antar penyedia layanan internet berpengaruh pada anjloknya tarif data yang dipasang di Indonesia. Mereka berlomba-lomba menjadikan harga sebagai instrumen utama dalam menggaet pelanggan.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif Angga menyampaikan bahwa tarif internet yang dipasang di Indonesia terlampau mendekati batas wajar untuk sebuah harga.
“Untuk harga, rata-rata provider jaringan itu main di Rp200 ribu sampai Rp250 ribu. Bahkan ada yang di bawahnya. Menurut saya itu harga yang mendekatibottomdari harga itu sendiri,” jelas Arif dalam acara Diskusi Media ‘Perang Tarif Internet: Mungkinkah Menular ke Penyedia Fixed Broadband?’ pada Selasa (25/10).
Menurut Arif, murahnya tarif internet tersebut bisa sangat berpengaruh pada kualitas kecepatan jaringan internetnya.
Dalam kesempatan yang sama, CEOSelularUday Rayana menjelaskan seharusnya para penyedia jasa fixed broadband tidak semata-mata mengandalkan tarif murah sebagai instrumen utama dalam menarik pelanggan.
Baca juga: Kapan IndiHome 'Dipinang' Telkomsel?
Pasalnya, tarif murah hanya akan menjadikan industri strategis ini menjadi tidak sehat. Terlebih, pembangunan infrastruktur penyediaan akses internet sendiri juga bukanlah hal yang murah. Sejumlah pemerintah daerah bahkan memungut tarif kepada penyedia jasa internet yang akan membangun infrastruktur jaringan.
IndiHome, sebagai salah satu pelaku penyedia layanan fixed broadband di Indonesia juga menyatakan bahwa saat ini mereka lebih berfokus pada kualitas pelanggan ketimbang persaingan harga.
“Jadi kami gak lagi bermain dipricing, tapi lebih ke kualitas yang dirasakan pelanggan,” ujar Vice President Marketing Management Telkom, E. Kurniawan .
Seperti diketahui, dari data yang dihimpun APJII pada 2022 menunjukkan sebanyak 210 juta orang Indonesia merupakan pengguna internet, di mana 14,5 persennya mengaku memiliki fasilitas fixed broadband.
Baca juga: Berbanggalah Warga Bekasi, Internet Kalian Tercepat Se-Indonesia
Hal ini menunjukkan potensi bisnis fixed broadband masih besar. Begitu juga persaingan antar para penyedia layanan internet fixed broadband juga semakin ketat.
Sedangkan dari hasil survei APJII, IndiHome menjadi operator fixed broadband yang paling banyak digunakan (67,54 persen). Kemudian peringkat kedua ditempati First Media (3,88 persen) dan diikuti oleh beberapa pemain lainnya seperti MNC Vision (2,88 persen), IConnect (2,24 persen), BizNet (1,54 persen), dan Oxygen (1,04 persen).
Bentuk peningkatan kualitas yang dilakukan IndiHome sendiri selama ini berupa program High Speed Same Price (HSSP) dimana pelanggan di atas 12 bulan akan mendapatkan peningkatan kecepatan internet tanpa biaya tambahan. Untuk jumlah pelanggan yang mendapat HSSP sendiri tercatat mencapai 2,9 juta per April 2022.