Bukan 100 Mbps, Segini Rata-rata Speed 5G Telkomsel
Uzone.id - Telkomsel telah meluncurkan layanan 5G pertama di Indonesia akhir Mei lalu namun banyak yang salah kaprah melakukan uji jaringan seadanya. Padahal untuk melakukan tes kecepatan, dibutuhkan perangkat 5G dan kartu SIM yang sudah dibuka jaringan 5G-nya.
Masyarakat cukup antusias dengan hadirnya jaringan telekomunikasi generasi ke-5 ini (5G). Namun karena banyak yang melakukan uji jaringan tanpa persiapan yang matang, banyak yang kemudian kecewa karena hasil kecepatannya rata-rata hanya 100 Mbps. Padahal jika cara mengujinya benar, maka speed akan maksimal di angka 600 Mbps sampai 700 Mbps.
Baca juga: Apa sih Kelebihan 5G Telkomsel?
Uzone.id sempat melakukan uji coba bersama tim network Telkomsel. Kami menguji jaringan di 3 lokasi yang menjadi pertama diselimuti 5G. Tak hanya Gedung Telkomsel Smart Office tapi juga ke Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 dan Kawasan WIdya Chandra Sudirman Center Business District (SCBD).
Dua wilayah pertama, kami berhasil mendapatkan speed di atas 600 Mbps. Bahkan paling tinggi sekitar 672 Mbps. Ini sesuai dengan apa yang diklaim oleh Telkomsel saat peluncuran jika maksimal kecepatan bisa sampai 700 Mbps untuk download. Terminal 3 yang kami sambangi tepat di samping Popup Store GraPARI Telkomsel karena di sanalah lokasi G Node B untuk jaringan 5G disematkan.
Latensi yang dihasilkan sebesar 17ms. Angka ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan latensi 4G yang mencapai 32ms. Dengan latensi rendah tersebut bermain game menjadi tidak nge-lag tentunya, apalagi menonton film dengan format HD.
Sedangkan di kawasan residensial seperti Widya Chandra rata-rata kecepatan 5G Telkomsel di sekitar 200 sampai 300 Mbps. Kecepatan ini akan sama di wilayah residensial lain, seperti Alam Sutra, BSD Serpong, dan Kepala Gading. Kecepatan akan berbeda bergantung jumlah pengguna dan antena yang terpasang. Memang cukup kecil karena antena yang terpasang pun tidak banyak sehingga cakupan yang diselimuti rata-rata 10 persen dari total luas wilayah. Maklum, untuk membeli satu unit G Node B dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, bisa seharga satu unit Pajero.
Baca juga: Tonggak Sejarah 5G di Indonesia
Dalam uji kecepatan ini, kami menggunakan Oppo Reno5 5G yang tentunya sudah di unlock untu bisa menerima jangkauan 5G. Untuk meng-unlock tidak bisa sembarangan mengutak-atik Pengaturan perangkat. Namun harus dilakukan oleh teknisi Oppo itu sendiri. Makanya, meski semua perangkat Oppo Reno5 5G yang beredar sudah 5G ready, tidak serta merta bisa digunakan di jaringan 5G. Harus dibuka di service center Oppo oleh ahlinya.
Selain perangkat yang harus diunlock oleh teknisi perangkat, kartu Telkomsel pun harus diregistrasi 5G. Memang tidak butuh ganti kartu, namun kartu 4G pengguna harus masuk ke dalam white list terlebih dahulu. Artinya, didaftarkan ke GraPARI Telkomsel untuk kemudian dibuka layanan di dalam kartu tersebut. Untuk tahap awal, Telkomsel tidak bisa membuka layanan 5G ke sembarang pengguna. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki pengguna Telkomsel untuk bisa dibuka kartu SIM-nya. Salah satu kriterianya adalah warga yang berada di 6 lokasi 5G yang disebutkan di atas. Pasalnya, registrasi untuk buka layanan 5G akan sia-sia jika jaringan tersebut belum ada di wilayah kita sendiri.
Sejatinya, kecepatan 5G rata-rata bisa mencapai 1 sampai 10 Gbps. Namun dengan catatan, frekuensi yang digunakan di 2,3 GHz lebarnya harus 100 Mhz. Sayangnya, belum ada operator di Indonesia yang memiliki rentang sampai seluas itu. Telkomsel sekalipun. Makanya speed yang dihasilkan tak sampai masuk ke Gbps.
Aturan GSMA menyebut jika frekuensi ideal untuk implementasi 5G baiknya berada di 3,5GHz, 2,6GHz, atau 700 MHz. Sayangnya, spektrum pertama telah dipakai untuk pemanfaatan satelit Telkom demi kemaslahatan umat, sedangkan spektrum 2,6 Ghz digunakan MNC Group untuk penyiaran. Satu-satunya harapan adalah di 700 MHz, yang saat ini masih digunakan untuk layanan TV Digital. Yang terbaru, GSMA memberikan opsi spektrum lain, yakni di 6Ghz.