Deretan Perempuan di Jajaran Pimpinan Startup Indonesia
Indonesia memiliki 992 startup pada 2018. Sebagian dari perusahaan rintisan ini bergerak di bidang ekonomi kreatif. Di industri ini, jumlah pekerja perempuan melebihi laki-laki. Bahkan beberapa perempuan menduduki posisi pimpinan di startup.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyampaikan, pekerja perempuan di industri ekonomi kreatif mencapai 56,04% pada 2017. Padahal porsi pekerja perempuan secara nasional hanya 38,35% pada periode yang sama.Data ini ia sampaikan dalam rangka memperingati Hari Kartini, yang jatuh pada hari ini (21/4). “Semoga di era digital ini sudah tidak ada lagi pendapat kolot yang sudah usang. Dorong bangsa ini ke depan, bukan ditarik-tarik ke belakang,” ujar dia lewat akun Instagram-nya @triawanmunaf, Minggu (21/4).
Salah satu perempuan yang menduduki jajaran pimpinan startup bidang ekonomi kreatif adalah Diajeng Lestari. Perempuan kelahiran Bekasi, 17 Januari 1986 ini merupakan Chief Executive Officer (CEO) Hijup.com. Diajeng terinspirasi untuk membuat usahanya sendiri, ketika mengambil kelas ‘Management of Change’ dengan Rhenald Kasali sebagai pengajarnya.
Perjalanan Diajeng dalam berbisnis tidaklah mudah, karena banyaknya pesaing di industri fesyen muslim. Namun, menurutnya, para pesaing justru menguntungkan bagi usahanya. Sebab, produk halal semakin dikenal sehingga tercipta pasar-pasar baru. "Tantangannya adalah menciptakan efisiensi dan efektivitas dengan membangun value chain," ujarnya, pada Oktober 2018 lalu.
(Baca: Kolaborasi, Kunci Bisnis Halal di Era Digital)
Istri CEO Bukalapak Achmad Zaky ini menyampaikan, produktivitas industri fesyen muslim di Indonesia saat ini kalah dibanding Tiongkok. Salah satu penyebabnya adalah pembiayaan dan bahan baku. Untuk itu, ekosistem menjadi elemen penting agar industri ini bisa tumbuh. "Kolaborasi bukan hanya di pebisnis fesyen muslim, tapi seluruh pelaku di industri halal ini untuk menjangkau pasar," katanya.
Selain Diajeng, Alamanda Shantika menempati posisi penting di startup. Mantan Vice President of Technology Gojek ini mendirikan startup pendidikan, Binar Academy. Perusahaan ini menyediakan berbagai program pendidikan terkait teknologi informasi, dari yang gratis hingga bernilai belasan juta rupiah per paketnya.
Hingga akhir 2018, Binar Academy mencatat ada sekitar 12 ribu pendaftar program gratis. Untuk menutup biaya operasional, Binar Academy membuat program berbayar yang disebut Binar Plus dan Binar Masterclass. Setidaknya ada tiga jurusan yang tersedia yakni software engineer, product designer, dan product manager.
(Baca: Binar Academy, Startup Pendidikan Besutan Mantan Petinggi Gojek)
Tak hanya itu, perempuan Indonesia ada yang menduduki jabatan penting di startup berstatus Hectocorn atau memiliki valuasi lebih dari US$ 100 miliar. Dia adalah Sri Widowati yang menjabat sebagai Country Director Facebook Indonesia sejak Maret 2016.
Hanya, Sri mengundurkan diri dari Facebook pada 28 Maret 2019 lalu. Kini, Sri direkrut Unilever untuk menjabat Chief Digital Transformation and Growth Officer. Jabatan ini muncul untuk pertama kalinya setelah 86 tahun Unilever beroperasi di Indonesia.
(Baca: Unilever Resmi Tunjuk Mantan Bos Facebook jadi Direksi Bidang Digital)
Di bidang kuliner, perempuan yang menjabat posisi penting di startup seperti Shinta Nurfauziah, Cynthia Tenggara, dan Sarita Sutedja. Shinta merupakan CEO Lemonilo. Perusahaan ini bergerak di bidang e-commerce yang menyediakan bahan baku makanan sehat dan alami. Untuk menyediakan layanannya, Lemonilo memiliki tim food analyst.
Cynthia merupakan pendiri Berrykitchen. Perusahaan ini menyediakan layanan katering secara online. Lalu, ada Sarita yang mendirikan PT Citra Rasa Prima (CRP) Group. Perusahaan ini merupakan induk usaha dari Warunk Upnormal, yang memiliki 97 gerai di Indonesia.
(Baca: Terkendala Modal, Wirausaha Perempuan Sulit Berkembang)
Masih ada perempuan-perempuan lainnya yang menjabat posisi pimpinan di startup, seperti pendiri Reblood Leonika Sari dan Hanifah Ambadar yang mendirikan Female Daily. Ada juga Carline Darjanto dan Ria Sarwono sebagai pendiri Cotton Ink. Lalu, ada co-founder Qerja Veronika Linardi, serta pendiri financial technology (fintech) pembayaran Doku, Nabilah Alsagoff.