icon-category Digilife

Facebook Redam Aksi Boikot, Beberkan Upaya Tekan Hate Speech

  • 29 Jun 2020 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Facebook mendapatkan tekanan luar biasa untuk platform media sosialnya itu. Para pengiklan mulai melakukan boikot, tak mau lagi beriklan, karena Facebook dianggap gagal menekan angka 'hate speech' di platformnya dan malah mendapatkan keuntungan dari situ.

Sejumlah pengiklan yang berasal dari perusahaan ternama telah menandatangani kesepakatan untuk menghentikan maraknya hate speech atau ujaran kebencian di media sosial. Beberapa di antaranya adalah Verizon, Unilever, sampai Starbucks. Protes itu disebut kampanye #StopHateForProfit.

Namun dalam sebuah wawancara dengan televisi CNN, Vice President for Public Affairs Facebook, NIck Clegg mengatakan bahwa aksi tersebut cukup berdampak buruk pada Facebook. Dia pun menegaskan bahwa Facebook tak mendapatkan keuntungan apapun dari ujaran kebencian itu.

Baca juga: Giliran Starbuck Ikutan Boikot Facebook

"Kami sama sekali tak mendapatkan apapun untuk mentolerir ujaran kebencian yang ada di Facebook. Kami tak menyukainya (ujaran kebencian), pengguna tak menyukainya, dan pengiklan pun sangat tak menyukainya. Kami mendapatkan manfaat dari hubungan positif manusia, bukan kebencian," ujar Clegg, dilansir melalui CNN Business.

Kemudian dalam kesempatan yang sama, Clegg menegaskan jika Facebook telah melakukan banyak hal untuk menekan ujaran kebencian di platformnya. Beberapa di antaranya adalah upaya untuk menghapus lebih dari tiga juta konten hate speech di seluruh dunia.

"Hal itu dilakukan setiap bulan. Bahkan 90 persen dari konten-konten tersebut di take down sebelum dilaporkan," ujar Clegg.

Diketahui, boikot yang dilakukan oleh sejumlah brand ini berasal dari kampanye online bertajuk “Stop Hate for Profit” yang menggema di Amerika Serikat.

Pada dasarnya, kampanye tersebut mengajak para brand internasional yang terbiasa mengeluarkan anggaran untuk beriklan di media sosial besar, khususnya Facebook, agar menunda aktivitas beriklan pada Juli mendatang. Secara halusnya, mereka meminta solidaritas para brand agar tidak beriklan di Facebook.

Baca juga: Unilever Turut Boikot Pasang Iklan di Facebook, Ada Apa?

Para aktivis merasa Facebook sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan platform raksasa, belum cukup bijak dalam menyikapi peristiwa rasisme yang terjadi di AS.

Mereka [Facebook] membiarkan hasutan terhadap kekerasan yang melawan para demonstran yang berjuang demi keadilan isu rasial di Amerika setelah kasus George Floyd, Breonna Taylor, Tony McDade, Ahmaud Arbery, Rayshard Brooks, dan masih banyak lagi,” tulis situs stophateforprofit.org.

Dari sini, Facebook dianggap menutup mata terhadap penindasan yang dialami para pejuang keadilan sosial dan rasial di AS.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini