icon-category Digilife

Jual WhatsApp ke Facebook, Mantan Bos Menyesal Sekarang

  • 06 May 2022 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Sebuah peribahasa yang memiliki arti setiap tindakan atau perbuatan itu hendaknya dipikirkan dahulu baik-baik sebelum dikerjakan agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.

Peribahasa itu cocok dengan suasana hati Neeraj Arora, mantan Chief Business Officer WhatsApp, yang tiba-tiba saja mengungkapkan penyesalannya aplikasi WhatsApp telah dijual ke Facebook (sekarang bernama Meta) pada tahun 2014.

Saat itu, Facebook membeli WhatsApp dengan nilai tunai dan saham sebesar USD22 miliar atau sekitar Rp318 triliun (kurs Rp14.484 per USD1).

BACA JUGA: Saldo e-Toll Habis, Ini Cara Top-up Flazz, e-Money dan Brizzi Pakai NFC

Dalam sebuah utas di akun Twitter @neerajarora pada 5 Mei 2022, Neeraj mengatakan bahwa pada tahun 2014, dia menjabat Chief Business Officer WhatsApp dan membantu menegosiasikan penjualan WhatsApp ke perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu.

"Hari ini, saya menyesalinya. Di sinilah terjadi kesalahan," tulis Neeraj.

Menurutnya, perusahaan teknologi perlu mengakui ketika mereka melakukan kesalahan.

Dia juga berujar bahwa tidak ada yang tahu pada awalnya jika Facebook akan menjadi monster Frankenstein yang melahap data pengguna dan mengeluarkan uang kotor.

"Kami juga tidak," katanya.

BACA JUGA: Generasi Boomer Masih Cemas Saat Transaksi Online

Neeraj mengatakan, agar ekosistem teknologi berkembang, kita perlu berbicara tentang bagaimana model bisnis yang salah menyebabkan produk, layanan, dan ide yang bermaksud baik menjadi salah.

Melansir Businessinsider.in,  Neeraj mengklaim bahwa tawaran Facebook di tahun 2014 terdengar seperti kemitraan, seperti poin-poin berikut ini:

  • Dukungan penuh untuk enkripsi ujung ke ujung.
  • Tanpa iklan.
  • Kemandirian pada keputusan produk.
  • Kursi dewan untuk Jan Koum (pendiri WhatsApp dan mantan CEO).
  • Kantor di Mountain View.

Arora juga mengatakan jika Facebook telah mengklaim akan dukung misi WhatsApp menawarkan layanan tanpa iklan, game, atau gimmick.

“Tentu saja, bukan itu yang terjadi,” sesal dia.

Skandal Cambridge Analytica jadi bukti di mana jutaan data pribadi pengguna Facebook dikumpulkan oleh Cambridge Analytica tanpa persetujuan pengguna.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini