icon-category Auto

Ketika Pertalite Jadi Naik Harga, Haruskah Tetap Dibeli? Kami Sih Ogah!

  • 23 Aug 2022 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Bahan bakar minyak masih jadi salah satu komoditas terpenting di peradaban manusia, ditengah mulai massifnya transisi kendaraan elektrifikasi. Dan harga jual masih jadi titik paling sensitif dari bahan bakar minyak.

Indonesia salah satunya, yang masih banyak berharap pada bahan bakar murah. Semurah Pertalite, yang sialnya diisukan makin panas untuk juga mengalami kenaikan harga, menyusul kakaknya Pertamax.

Kami tidak akan berbicara secara luas soal pemanfaatan Pertalite bagi masyarakat luas, kami hanya membatasi pemanfaatan Pertalite pada kendaraan bermotor daily use, alias kendaraan pribadi.

Baca juga: Penjualan Daihatsu Meroket, Sigra jadi Model Terlaris

Nah, ketika memang benar nantinya harga Pertalite mengalami kenaikan, muncul pertanyaan besar; masih tetap harus dibeli kah? 

Jawaban kami adalah tidak!

Kenapa kami merasa tidak harus membeli Pertalite, bahkan ketika harganya masih murah? Apalagi kalau nanti makin mahal. Membeli Pertalite untuk kendaraan pribadi jadi seperti membuang-buang energi minyak tersebut.

Seharusnya semua sepakat, punya kendaraan pribadi di Indonesia itu mahal. Mahal bukan cuma harga jual kendaraannya saja. Mahal karena mobil sekelas Suzuki Spresso yang dibanderol Rp150 jutaan kini dianggap ‘mobil murah’.

Biaya kepemilikan kendaraan pribadi pun mahal. Biaya service, dan beli bahan bakar yang kini pun makin mahal, tapi ternyata gak semua harga BBM yang mahal itu diikuti dengan peningkatan kualitas.

Ya, kami berbicara soal kualitas dari Pertalite. Memang ketimbang Premium, Pertalite sedikit lebih baik, tapi tetap saja, untuk kendaraan-kendaraan modern, spesifikasi Pertalite sudah tidak memenuhi standar.

Bahkan, mobil-mobil LCGC mengharuskan pemiliknya menggunakan BBM minimal RON 92 sekelas Pertamax, dan kalau tetap menggunakan BBM di bawah itu dan terjadi kerusakan, maka tidak akan ditanggung garansi, alias garansinya hangus.

Baca juga: Testimoni Wanita Karir yang Kepincut All New Honda BR-V

Sehingga, banyak yang bilang, Pertalite hanya menang murahnya aja, dan yang penting mesin punya bahan bakar untuk melajukan kendaraan. Urusan performa dan kesehatan mesin? Ah, nanti dulu.

Kalau melihat spesifikasi di website resmi Pertamina, Pertalite hanya cocok untuk mesin-meisn dengan kompresi 9:1 10:1, sementara kebanyakan kendaraan-kendaraan kekinian punya kompresi di atas itu.

Bahan bakar yang tidak sesuai rekomendasi menyebabkan penumpukkan karbon di ruang bakar, yang ditandai dengan gejala mesin ngelitik dan penurunan performa serta boros konsumsi bahan bakarnya.

Jadi, ketika kendaraan pribadi ngotot menggunakan Pertalite, yang sebentar lagi bisa jadi harganya makin mahal, dan tetap di beli, itu sama aja kalian gak mencintai kendaraannya sendiri.

Karena sekali lagi, punya kendaraan pribadi itu mahal. Sudah mahal, diisi bahan bakar mahal yang kualitas serta spesifikasinya gak sesuai standar. Kami sih ogah!

Dan ketika kami menjawab tidak perlu lagi membeli Pertalite apalagi ketika harganya semakin mahal, lalu rela keluar uang lebih banyak untuk membeli BBM di atas Pertalite? Jawabannya pasti yess.

Setiap liter bahan bakar berkualitas yang masuk ke ruang mesin dan menikmati sensasi performa kendaraan yang fit, itu jadi salah satu kebahagiaan tersendiri, meski harus di bayar mahal. 

Atau kenapa gak sekalian aja beralih ke kendaraan listrik? Waduh, ini bakal panjang lagi bahasannya. Tapi kalian boleh menantikan ulasan selanjutnya dari kami, seputaran peluang kendaraan listrik di saat BBM terlalu mahal.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini