Langkah kuda Telkom di bisnis satelit
Jika tak ada aral melintang, pada Selasa (7/8) mendatang, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) kembali mencatat sejarah di bisnis satelit.
Pada Selasa (7/8) dini hari waktu Amerika Serikat akan diluncurkan satelit Merah Putih milik Telkom dari Cape Canaveral’s Complex 40 launch pad, Florida oleh roket Falcon 9 Block 5 menuju slot orbitnya 108 derajat Bujur Timur (108 BT).Satelit Merah Putih membawa 60 transponder aktif yang terdiri dari 24 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band yang akan melayani wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, serta 24 transponder C-Band yang akan menjangkau kawasan Asia Selatan.
Telkom Group akan memanfaatkan satelit Merah Putih yang diperkirakan menelan investasi sebesar US$190 juta untuk menyediakan layanan backhaul Internet, telepon dan seluler.
Rinciannya, melayani pelanggan eksisting, memperkuat jaringan terutama di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) dan Indonesia bagian timur, serta membuka pasar luar negeri di Asia Selatan seperti India. (Baca: Satelit Merah Putih)
Ekspansi ke Asia Selatan telah dirintis Telkom dengan mengakuisisi perusahaan satelit Malaysia TS Global Network Sdn Bhd (TSGN) tahun lalu melalui anak usahanya PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin). (Baca: Telin di Satelit)
Telin yang sudah hadir bisnisnya di 10 negara serta networknya di hampir 70 kota di dunia tentu akan makin kompetitif dengan dukungan transponder baru dari satelit Merah Putih.
Satelit Merah Putih akan melengkapi dua satelit yang dimiliki Telkom di angkasa saat ini yakni Telkom-2 dan Telkom-3S.
Satelit Telkom-2 sekarang berjalan dengan skema condosat di slot orbit slot orbit 157 E (bujur timur) untuk mengoptimalkan sisa umurnya.
Telkom-2 diluncurkan roket Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis pada tanggal 16 November 2005. Cakupan satelit ini meliputi Asia Tenggara dan anak benua India.
Satelit Telkom-2 bernilai sekitar US$ 170 juta tugasnya di slot 118 bujur timur digantikan oleh satelit Telkom 3S sejak tahun lalu.
Satelit buatan Orbital Sciences Corporation itu lebih panjang umurnya karena dalam masa peluncuran bisa efektif menggunakan bahan bakar. Satelit ini memiliki kapasitas 24 transponder C-band. (Baca: Satelit Telkom-2)
Sementara Satelit Telkom 3S punya kapasitas 49 transponder, terdiri atas 24 transponder C-Band (24 TPE), 8 transponder extended C-Band (12 TPE), dan 10 transponder Ku-band (13 TPE).
Dibuat oleh Thales Alenia Space (TAS), Perancis. Adapun roket peluncurnya, Ariane 5 ECA VA235, merupakan milik Arianespace yang juga berkantor pusat di Perancis.
Investasi untuk satelit Telkom 3S mencapai sekitar US$ 215 juta mulai dari manufaktur, peluncuran, hingga asuransi. (Baca: Satelit T3S)
Adanya tambahan 60 transponder baru dari satelit Merah Putih menjadikan total Telkom mengelola 133 transponder diluar puluhan transponder milik satelit asing yang disewanya.
Di Indonesia, terdapat beberapa pemain satelit diantaranya Telkom, Indosat, MCI, PSN, dan BRI.
Potensial
Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau akan sulit disambungkan semua dengan serat optik.
Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang menggunakan satelit untuk komunikasi dengan Palapa A pada tahun 1972.
Inilah yang menjadikan peran satelit sangat strategis dalam membangun jalur tol komunikasi dalam rangka mewujudkan nawa cita dan menggiurkan secara bisnis.
Tak pelak, saat ini diperkirakan ada 44 satelit asing menyediakan layanan komunikasi di seluruh Indonesia.
Dari total 250 transponder yang digunakan Indonesia, hanya 110 transponder yang dipasok dari domestik dan sisanya masih sewa dari asing.
Sewa satu transponder di tahun 2005 tarifnya US$1 juta per tahunnya, tetapi sejak 2017 menurun menjadi sekitar US$900 ribu per tahunnya.
Dalam catatan, sejauh ini kontribusi bisnis satelit kepada pendapatan Telkom masih tergolong kecil yaitu 0,6% dari total pendapatan Telkom Grup.
Namun, angka itu tak menyurutkan langkah kuda Telkom dalam menggeluti bisnis ini.
"Karena Indonesia ini butuh satelit untuk komunikasi. Geografi kita tak memungkinkan semua dilayani kabel optik," kisah Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga usai mengatasi kasus anomali satelit Telkom 1 pada 2017 lalu.
Bahkan kala itu Alex mengungkapkan pasca Telkom meluncurkan satelit Telkom 4 pada tahun 2018, setelah itu jika mendapatkan slot orbit, bisa saja diluncurkan satelit Telkom 5, hingga Telkom 6. (Baca: Ambisi Telkom di satelit)
"Kalau kita dapat slot, hingga Telkom 5 itu baru bisa transponder untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Telkom 6 jika kejadian, baru kita sewakan untuk negara lain," pungkasnya.
Sebuah ambisi yang besar sebagai wujud BUMN Hadir untuk Negeri
@IndoTelko