Logee Dorong Digitalisasi Ekspor-Impor di Terminal Peti Kemas Pelabuhan
Uzone.id – Telkom Indonesia melalui startup binaannya, Logee, terus konsisten dalam memajukan ekosistem digital logistik, salah satunya pelabuhan. Apa langkah strategis selanjutnya yang dilakukan Logee?
Sebagai platform B2B one-stop service solution, Logee mengkolaborasikan pemilik barang atau Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) di Terminal Peti Kemas, dengan menyediakan layanan untuk pengurusan gate pass kontainer ekspor dan impor hingga pencarian armada secara digital ditambah fitur lengkap visibility dashboard hingga digital gate pass yang bisa didapatkan oleh driver.Direktur Digital Bisnis Telkom, Fajrin Rasyid mengatakan bahwa upaya perusahaan dalam mengakselerasi ekosistem digital logistik khususnya di pelabuhan saat ini telah mengubah proses konvensional menjadi digital secara paperless dengan proses yang lebih sederhana dan transparan untuk mengurangi cost operational logistics PPJK.
“Saat ini, Logee telah terintegrasi dengan Terminal Peti Kemas NPCT1 (New Priok Container Terminal One), TPK KOJA, National Logistic Ecosystem (NLE), dan yang terbaru yaitu JICT (PT Jakarta International Container Terminal),” ujar Fajrin dalam keterangan resminya yang diterima Uzone.id.
Baca juga: Logee Operasikan Gudang di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur
Ia melanjutkan, “dengan digitalisasi, pemerintah berharap biaya logistik bisa ditekan hingga 17 persen pada tahun 2024 mendatang. Telkom sebagai BUMN dengan fokus penguatan digital, memiliki tanggung jawab untuk mengakselerasi ekosistem digital ini.”
Pengurusan gate pass di pelabuhan sudah menjadi kegiatan operasional sehari-hari oleh Pemilik Barang atau PPJK. Pemanfaatan teknologi juga sudah merambah di terminal pelabuhan dikarenakan sudah menggunakan Terminal Operating System (TOS).
Meski begitu, pemesanan truk untuk pengiriman kontainer masih cenderung sulit dan lambat, karena pemilik harus menghubungi pemilik truk satu per satu untuk memastikan ketersediaan. Terlebih lagi, ketika kontainer sudah diangkut di dalam truk, pemilik barang tidak dapat memantau lokasi truk secara real-time.
Pengalaman serupa dirasakan oleh Direktur PT Adhika Maju Mandiri, Yosua Suryadhika. Menurutnya, industri logistik dan kepelabuhan di Indonesia merupakan sektor bisnis yang memiliki banyak potensi namun dalam aktivitasnya masih begitu kompleks.
“Sebagai pelaku logistik khususnya ekspor dan impor barang, saya merasakan sekali rumitnya proses pengiriman kontainer. Pengurusan gate pass juga memerlukan upaya lebih di mana masih harus membuka beberapa sistem billing Terminal Peti Kemas yang berbeda dan apabila ada masalah dokumen harus datang langsung ke TPK,” ungkap Yosua.
Baca juga: Telkom University Juara Innovillage, Bikin Inovasi Digital buat Petani
Ia menyambung, “setelah menggunakan Logee sejak Agustus 2021 permasalahan ini bisa teratasi. Logee mampu mengefisiensikan hingga 50 persen proses operasional ekspor dan impor harian, seperti pengurusan storage dan order truck.”
Sebagai tambahan, Head of Digital Vertical Ecosystem Logistic, Natal Iman Ginting, mengatakan bahwa terintegrasinya Logee dengan terminal besar di Tanjung Priok dan JICT menjadi akselerasi terciptanya ekosistem digital di sektor kepelabuhan dan logistik, agar ongkos dan proses pengiriman bisa lebih hemat serta efisien.
“Integrasi ekosistem logistik sangat penting untuk mencapai efisiensi di rantai pasok logistik itu sendiri. Lingkup logistik ini adalah sebuah ekosistem, yang artinya melibatkan banyak hal dengan berbagai pihak. Mulai dari Perusahaan Pelayaran, Bea Cukai, Terminal Peti Kemas hingga Depo. Logee mengefisiensikan proses tersebut,” ujar Natal.
Seperti diketahui, Logee diinisiasi untuk dapat memberikan solusi terkait ekspor-impor untuk menjadi lebih efektif dan efisien melalui pemanfaatan teknologi digital.
Ekosistem digital yang dihadirkan oleh Logee juga sejalan dengan cita-cita pemerintah untuk menurunkan biaya logistik nasional, yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Penataan Ekonomi Logistik Nasional. Saat ini, biaya logistik di Indonesia saat ini mencapai 26 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dengan rata-rata biaya logistik di negara sekitar sebesar 13 persen.