Meneropong Prospek Digitalisasi Warung selama Pandemi
(Foto ilustrasi: Mehrad Vosoughi / Unsplash)
Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)Uzone.id -- Tak cuma UMKM, warung kelontong juga menjadi sasaran e-commerce agar bisa bergerak di ranah digital. Ada platform Mitra Bukalapak, aplikasi Mitra Tokopedia, layanan GoToko dari Gojek, bahkan sampai layanan e-wallet Dana yang digandeng BGR Logistics melalui aplikasi Warung Pangan.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa terdapat 3,5 juta warung di Indonesia yang memberikan dampak besar bagi perekonomian nasional. Digitalisasi warung ini diharapkan dapat memperluas skala bisnis dan meningkatkan akses persediaan barang.
Pandemi ini di satu sisi memang meningkatkan transaksi melalui kanal online. Meskipun demikian, ternyata pelaku ritel offline termasuk warung juga secara umum mengalami peningkatan, khususnya yang bergerak di segmen kebutuhan dasar.
Hal ini disebabkan konsumen membutuhkan kebutuhan dasar --termasuk di dalamnya bahan makanan dan minuman, sabun cuci dan semacamnya-- secara cepat. Dengan pandemi, masyarakat secara umum mengurangi aktivitas di tempat yang dikunjungi oleh terlalu banyak orang.
Baca juga: Tantangan UMKM Go Digital
Kondisi ini melahirkan hyperlocal economy, yakni bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan melalui kanal yang sedekat mungkin dengan dirinya. Di sinilah warung dapat menjadi jawaban akan kebutuhan ini.
Untuk memberikan layanan digitalisasi warung dengan optimal, saya menganalisis tiga hal yang perlu disiapkan oleh penyedia layanan sebagai berikut:
1. Supply chain yang lebih optimal
Kebanyakan pemilik dan pengguna warung adalah segmen yang cukup peka terhadap harga. Oleh karena itu, apabila penyedia layanan mampu menghadirkan produk-produk yang dipasok oleh warung dengan harga yang bersaing, besar kemungkinan semakin banyak warung yang tertarik.
Terlebih, apabila penyedia layanan juga menghadirkan fitur-fitur yang memudahkan seperti pengiriman di hari yang sama, pengiriman dengan biaya murah atau tanpa biaya, dan sebagainya.
2. Produk baru yang dapat dijual oleh warung
Semakin banyak produk yang dijual oleh warung, tentu semakin besar peluang warung tersebut dikunjungi oleh pengguna. Namun, keterbatasan ukuran warung menyebabkan keterbatasan jumlah SKU barang fisik yang dapat dijual oleh warung.
Dalam hal ini, penyedia layanan dapat menawarkan produk-produk non fisik yang dapat dijual di warung, seperti pulsa, token listrik, tagihan listrik, dan sebagainya. Produk non fisik ini merupakan sarana bagi warung untuk dapat meningkatkan penjualan mereka dengan tanpa memerlukan capex.
Baca juga: Peraih Gelar Unicorn Selanjutnya: Startup Edukasi atau Kesehatan?
3. Pendanaan
Hampir semua pemilik warung adalah UMKM yang berarti bahwa mereka memiliki masalah di bidang permodalan. Penyedia layanan yang dapat memberikan solusi permodalan bagi pemilik warung akan semakin dilirik oleh warung, khususnya yang memiliki biaya dan persyaratan yang seminimal mungkin.
Ke depan, warung akan menjadi sarana interaksi yang menghubungkan kegiatan online dan offline bagi masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu, penting bagi pelaku teknologi yang menyasar segmen tersebut untuk melihat bagaimana mereka dapat mengambil peran dalam ekosistem besar ini.
Selamat berkunjung kembali ke warung!