Motor Listrik Subsidi Gak Laku Gegara Urusan Baterai?
Motor listrik Gesits Raya E (Foto: Brian)
Uzone.id - Motor listrik subsidi masih kurang diminati oleh masyarakat di Indonesia. Kepala Staff Presiden Moeldoko pun menyebutkan terdapat beberapa penyebab, salah satunya dari segi spesifikasi yang ditawarkan oleh pabrikan.
Minat motor listrik subsidi yang sangat minim diawali dengan persyaratan yang terlalu rumit pada saat diterapkan pada Maret 2023 lalu. Kemudian pemerintah membuat kebijakan baru yang membuat persyaratan membeli motor listrik subsidi menjadi semakin mudah pada Agustus 2023.Sayangnya, meskipun persyaratan sudah dibuat lebih mudah namun peminat motor listrik subsidi masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari data SISAPIRa (Sistem Informasi Pemberian bantuan Pembelian Kendaraan Listrik Roda Dua).
Dalam situs SISAPIRa tercatat motor listrik subsidi yang terjual hanya mencapai 11.532 unit sepanjang 2023 kemarin. Angka tersebut masih sangat jauh dari kuota yang ditetapkan pemerintah sebanyak 200 ribu unit.
Meskipun peminatnya cukup rendah, namun pemerintah tetap memberikan kuota motor listrik subsidi untuk tahun 2024 ini.
Berdasarkan data SISAPIRa, hingga saat ini Kamis, (22/2) pukul 10.30 tercatat proses pendaftaran sudah mencapai 8.750, sedangkan yang terverifikasi mencapai 6.687. Sayangnya dari jumlah tersebut belum ada yang tersalurkan ke masyarakat.
Sejauh ini dari kuota 600.000 yang tercantum di situs SISAPIRa, masih tersedia 584.774 unit motor listrik subsidi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Dari data tersebut, Moeldoko pun menyebutkan beberapa masalah yang menyebabkan motor listrik subsidi minim serapan. Menurutnya salah satu masalahnya terdapat pada spesifikasi, terutama kemampuan baterai.
“Tapi bisa dipahami karena sepeda motor yang sekarang itu tidak menjawab karena sepeda motor yang ada sekarang itu belum menjawab isu bagi konsumen khususnya baterai,” ujarnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Menurut Moeldoko, saat ini masyarakat banyak yang mempertanyakan jarak tempuh motor listrik. Sedangkan produk motor listrik di pasaran memiliki daya jelajah rata-rata 50-60 kilometer saja.
"Jadi kalau Tangerang ke Jakarta orang masih mikir-mikir. Kedua baterai masih mahal, isu yang ketiga charging. Chargingnya masih lama, karena 2-6 jam kan. Tiga isu ini yang membuat teman-teman kita belum mau beralih," jelasnya.
Moeldoko melanjutkan jika masalah di atas sudah terjawab harapannya mampu meningkatkan peminat motor listrik di Indonesia. Harga menurutnya juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen.
"Kalau tiga isu ini bisa terjawab, jarak lebih jauh, charging lebih sebentar, kemudian harga lebih murah, orang-orang pasti akan bergeser. Kalau isu soal kebakaran sih udah enggak ada lagi, isu air juga terjawab," pungkasnya.