Q1 2020, Serangan DDoS Naik 278 Persen
Uzone.id - Serangan DDoS, yang biasanya digunakan untuk melumpuhkan sebuah situs internet, dikabarkan semakin membabi buta. Pada kuartal pertama tahun ini saja kenaikannya mencapai lebih dari 278 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Laporan dari Nexusguard menyebut jika pada kuartal pertama tahun ini, jumlah serangan DDoS naik 278 persen dibanding kuartal pertama 2019. Namun jika dibanding kuartal sebelumnya, yakni di akhir 2019, peningkatannya sampai 542 persen.Para peneliti mengaitkan peningkatan tajam DDoS ini dengan upaya jahat selama pandemi COVID-19, yang menyebabkan gangguan layanan bagi perusahaan besar dan individu. Kabarnya, jenis vektor serangan paling popular melibatkan penggunaan protokol datagram pengguna (UDP) untuk menutupi kegiatan berbahaya lainnya.
Penggunaan UDP ini diperkirakan berkontribusi sekitar 75 persen dari total serangan DDoS di kuartal ini. Namun ada juga upaya 90 persen menggunakan serangan single vector, dibandingkan serangan multi-vector yang sebelumnya cukup popular.
Baca juga: 7 Perbedaan Samsung S20+ BTS Edition dengan yang Biasa
Serangan bit-and-pieces juga terus menyusup ke deteksi berbasis ambang batas tradisional. Serangan-serangan ini dihasilkan dari dosis lalu lintas junk traffic ke nomor IP yang besar, yang dapat menyumbat target ketika penumpukan terjadi di IP yang berbeda.
Laporan dari Nexusguard juga menyebut jika dunia harus mulai berhati-hati dengan yang namanya serangan 'ínvisible killer', Serangan ini memiliki berbagai karakter, mulai dari ukuran sekira 1Gbps dan 5Gbps, kemudian berlangsung sekitar 15 menit dan mampu menghasilkan 200 kali serangan per hari.
Jumlah serangan dari invisible killer ini mencapai 67,12 persen. Kurangnya jumlah konsentrasi dan gejala yang relatif diabaikan membuat akses diberikan secara tidak sengaja ke jaringan situs web dan layanan online, sehingga bisa menyebabkan kekacauan.
"Kami percaya jika serangan invisible killer ini bukanlah kasus yang terisolasi, namun tren nya terus meningkat dan tidak bisa dihentikan. Resikonya, insfrastuktur internet jadi kebanjiran serangan besar," ujar Juniman Kasman, CTO Nexusguard, dikutip dari betanews.com, Selasa, 7 Juli 2020.
Kasmen pun menyarankan agar penyedia layanan Internet mengambil inisiatif untuk mengatasi lalu lintas yang mencurigakan - terlepas dari ukuran atau kuantitas.
"Ini sangat penting untuk memastikan pelanggan tidak mengalami serangan mengejutkan dari DDoS," ujarnya.