Qualcomm, Oppo dan Xiaomi Bakal Untung Berkat Konflik AS-Huawei
(Foto: dok. Bloomberg)
Uzone.id -- Sikap Amerika Serikat yang insecure terhadap keberadaan Huawei semakin dibuktikan dengan keputusan untuk memperluas larangannya agar Huawei tidak bisa mengakses chipset buatan AS. Selain prediksi bahwa MediaTek akan kena dampak negatif, ada juga yang mengatakan Qualcomm dan brand ponsel pintar lain justru akan ‘menang banyak’.Pemerintah AS mengatakan, tidak akan ada perusahaan global yang diperbolehkan menjual komponen semikonduktor yang menggunakan software dari AS atau peralatan tanpa lisensi selama Huawei terlibat di dalam bisnis tersebut.
Gara-gara hal tersebut, bisnis jaringan 5G dan ponsel pintar dari Huawei tentunya akan terganggu. Tak cuma itu, produsen chipset MediaTek diprediksi menjadi korban pertama karena selama ini telah membantu brand ponsel pintar China yang ingin melengkapi produknya dengan solusi chip mudah dipakai.
Huawei bahkan berencana menggunakan chipset MediaTek sebagai pengganti Kirin. Konflik ini sampai bikin saham MediaTek turun sekitar 10 persen di bursa pada Selasa (18/8).
Baca juga: Saking Insecure-nya, AS Bakal Blokir 38 Perusahaan Terafiliasi dengan Huawei
Di sisi lain, ada juga analis yang memprediksi produsen chip Qualcomm serta brand ponsel pintar pesaing Huawei justru bakal ‘menang banyak’ dari konflik ini.
Edison Lee dari perusahaan investasi mengatakan, Oppo, Vivo, hingga Xiaomi akan menghasilkan pangsa pasar global lebih banyak. Di saat yang bersamaan, Qualcomm juga akan kena pengaruh positif karena tiga brand China tersebut bakal semakin bergantung terhadap Qualcomm yang berasal dari AS.
Baca juga: Pengguna Ponsel Huawei Terancam Gak Bisa Update Android?
Qualcomm sendiri merupakan pesaing dari MediaTek yang berasal dari Taiwan.
Hal yang sama juga diutarakan oleh analis Sanjeev Rana mengenai keberadaan Samsung dan SK Hynix selaku pemanufaktur chip yang juga memasok chip memori untuk Huawei.
“Dari pemahaman kami, semua pasokan chip termasuk chip memori kepada Huawei akan tunduk kepada regulasi baru AS. Kami bisa saja berharap pasar ponsel pintar bisa kembali seimbang karena pangsa pasar Huawei yang bisa diambil alih brand atau perusahaan lain, sehingga permintaan terhadap chip memori bisa netral,” tutur Sanjeev seperti dikutip dari Ars Technica.