Review Asus ProArt PZ13: Lebih Cocok Disebut Tablet AI
Uzone.id - “Ini laptop apa tablet sih?” Satu pertanyaan yang muncul dalam benak saat menggunakan Asus ProArt PZ13. Wajar kami menanyakan hal tersebut, lantaran dari form factor, performa, hingga ketahanan baterainya, bahkan lebih oke ketimbang tablet Android kebanyakan yang pernah kami gunakan.
Asus ProArt PZ13 adalah laptop Windows lainnya yang diboyong Asus dengan prosesor Snapdragon. Tapi, jenis SoC (system on chip) yang disematkan bukan versi Elite, melainkan Snapdragon X Elite.Kami telah menggunakan Asus ProArt PZ13 sebagai laptop utama untuk bekerja, dan sejujurnya kami mendapatkan beberapa kesan yang positif dari laptop AI Asus ini yang dibanderol dengan harga Rp26.999.000 di Indonesia, berikut review lengkap kami.
Laptop ‘rasa’ tablet, kemana jack audio 3,5mm?
Gunakan Asus ProArt PZ13, seperti menenteng tablet tapi dengan sistem operasi Windows 11. Laptop ini memang dirancang Asus sebagai perangkat 2-in-1, jadi kalian bisa menggunakannya sebagai tablet atau untuk laptop yang menunjang kegiatan kalian sebagai kreator konten.
Keyboard-nya mirip seperti casing keyboard di tablet Android, jadinya berfungsi ganda sebagai casing pelindung dan penyangga perangkat. Keyboard-nya juga dilengkapi touchpad dengan area yang tak kalah besar dari laptop mainstream di pasaran.
Casing-nya dibuat estetik oleh Asus, desainnya diberikan lapisan hijau dengan tekstur lumayan keset dan terasa tebal. Aman untuk melindungi laptop saat menentengnya atau ketika memasukkannya ke dalam tas. Tepat di sisi kirinya, ada slot untuk mencantolkan stylus biar ga gampang hilang.
Cuma ada sedikit kekurangan buat kami yang seringnya bekerja tidak selalu di atas meja saja. Kadang, kalau penat selalu di ruangan, kami cari angin segar di luar, tentu saja sambil bawa laptop.
Kalau gak ada meja, otomatis kerjaan dilanjut dengan laptop di atas pangkuan. Inilah yang sulit untuk model laptop seperti Asus ProArt PZ13. Lantaran keyboard-nya yang tidak stabil, agak sulit bekerja jadinya, meskipun bukan hal yang tidak mungkin.
Bicara dimensi, Asus ProArt PZ13 dibuat ramping dengan bobot yang beneran kurang dari 1kg. Sudah kaya tablet Android saja laptop ini, bahkan ukurannya hanya sedikit lebih besar dari Samsung Galaxy Tab S10+.
Ketebalan bodinya hanya 0,9 cm dengan bobot cuma 850 gram (untuk laptopnya saja tanpa keyboard). Dan dalam paket pembelian, kalian bakal dapetin casing keyboard, ada juga stylus untuk menunjang pekerjaan para kreator konten, entah menggambar atau menuangkan idenya dalam sebuah catatan.
Gak ada keluhan untuk membawanya ke mana saja, rasanya seperti membawa tablet Android saja tapi dengan fitur yang lebih lengkap. Terlebih, Asus ProArt PZ13 sudah mengantongi rating IP52 tahan percikan air dan debu, serta mendapatkan sertifikasi ketahanan MIL-STD 810H.
Terkait ketersediaan port, ini jadi kekurangan terbesar dari Asus ProArt PZ13. Dear Asus, gak semua orang nyaman pakai TWS atau headset wireless tau!
Aneh, sangat aneh ada laptop malah tidak disertai dengan jack audio 3,5mm pada bodinya. Sementara untuk port lain, ada dua port USB-C 4.0 yang bisa digunakan untuk mengisi daya ataupun untuk memindahkan data.
Buat fotografer atau videografer, daripada pakai USB-C, bisa memanfaatkan pembaca kartu SD Express 7.0. Sementara opsi konektivitas, kalian bisa mengandalkan Bluetooth 5.4 dan WiFi 7.
Layar OLED yang memukau
Namanya juga laptop buat kreator, sisi visual harus maksimal kan? Gak ada keluhan sama sekali dengan kualitas layar laptop ini, asyik dan nyaman buat mata, meski harus kerja menatapnya berjam-jam.
Laptop ini mengusung layar OLED seluas 13,3 inci dengan aspek rasio 16:10 yang sepenuhnya responsif terhadap sentuhan. Rasio layar terhadap bodinya mencapai 87 persen, ya setipis itu memang bezel Asus ProArt PZ13.
Resolusi layarnya tembus 3K (2880 x 1800 piksel) dengan refresh rate yang memang masih 60Hz. Yang benar-benar menonjol dari layarnya adalah akurasi warna yang tinggi 100% DCI-P3, serta sudah disertifikasi PANTONE dan HDR True Black 500.
Layarnya dibiarkan apa adanya, mengkilap dan tak diberikan lapisan anti-pantulan. Secara pandangan memang oke, terutama saat memakainya di lingkungan indoor. Beda cerita bila di outdoor dengan tingkat cahaya yang terik, sedikit kurang nyaman karena pantulan objek di depan layar terlihat cukup jelas.
Di samping itu, Asus juga memperhatikan kenyamanan mata pengguna. Pabrikan asal Taiwan ini melengkapi ProArt PZ13 dengan fitur pengurangan cahaya biru serta bersertifikat TÜV Rheinland dan SGS Eye Care.
Ada beberapa fitur khusus layar yang disediakan Asus ProArt PZ13, membuktikan kalau laptop ini memang dibuat untuk kreator.
Laptop ini punya aplikasi namanya ProArt Creator Hub. Aplikasi ini seperti versi singkatnya dari aplikasi MyAsus, dimana fokusnya hanya memaksimalkan kualitas layar dari Asus ProArt PZ13.
Aplikasi ini punya fitur Color Calibration, ada juga Color Control untuk menyesuaikan mode warna yang tampil di layar. Ada empat Color Camut yang bisa dipilih, Native atau standar dengan warna vivid, sRGB, DCI-P3, dan Display P3.
sRGB merupakan gamut warna standar yang paling umum dan banyak digunakan. Sedangkan DCI-P3 adalah ruang warna yang dikembangkan untuk industri perfilman digital oleh Digital Cinema Initiatives (DCI). Standar ini memiliki cakupan warna yang lebih luas dibanding sRGB.
Terakhir, Display P3 menggabungkan cakupan warna luas DCI-P3 dengan karakteristik gamma dari sRGB, sehingga lebih kompatibel dengan konten web, cocok juga untuk ponsel maupun laptop dengan kualitas layar yang tinggi.
Bukan cuma mode warnanya, temperatur warna bisa diotak-atik, dari Normal, Vivid, Manual, dan Eye Care yang mereduksi cahaya warna biru.
Yang menarik, ada fitur Color Management. Di sini, kalian bisa membuat palet warna sendiri, baik dari foto atau gambar kemudian diunggah ke aplikasi, atau dengan melihat warna-warna yang tampil di layar laptop dengan opsi Screen Color Picker.
Palet warna yang kalian cari via Color Management langsung dideskripsikan sesuai dengan standar PANTONE. Bukan cuma itu, kalian juga bisa melihat-lihat palet warna menggunakan fitur Explore Colors yang menyediakan pilihan dari Asus Color Trend, Asus Palette, dan PANTONE Digital Color Library.
Sedikit bahas ke sektor audio, ada sepasang speaker yang diletakkan di sisi kiri-kanan bodi laptop yang kualitasnya sudah disertifikasi oleh Harman/Kardon. Seperti tablet, di sebelah kanan bodi ada tombol dedicated untuk mengatur besaran volume.
Soal kualitasnya, suaranya lantang namun masih standar. Tak ada efek bass, hanya sekadar ‘asal kencang’ saja.
Performa andal, baterai luar biasa awet
Asus ProArt PZ13 sudah sesuai dengan standar Copilot+ PC dari Microsoft. Semuanya berkat prosesor Qualcomm Snapdragon X Plus X1P 42 dengan 8 core dan kecepatan hingga 3,4 GHz.
Snapdragon X Plus punya neural processing unit (NPU) Qualcomm Hexagon dengan kinerja AI sampai 45 TOPS (trillion operations per second). Kalau klaimnya Asus, kinerja ini sudah lebih dari cukup untuk menunjang berbagai tugas kreatif, seperti pengolahan media dan grafis.
Grafisnya ditangani oleh GPU Qualcomm Adreno. Jangan khawatir soal pengolahan grafis, Asus bahkan menyertakan tiga aplikasi kreatif, yang telah dipasang adalah StoryCube dan CapCut, sementara yang siap kalian install adalah Adobe Creative Cloud.
StoryCube mirip seperti Google Photos versi desktop dengan kemampuan full version layaknya pengguna premium. StoryCube seperti galeri yang lebih pintar dengan pemrosesan AI secara on-device. Pengguna bisa memasukkan aset berupa foto dan video yang akan disortir secara otomatis oleh AI.
Pengkategorian ini dibagi berdasarkan geotag (Map View) dan timeline (Timeline View). Menariknya, kalian bisa melihat konten berdasarkan wajah seseorang atau skenario pengambilan gambarnya, seperti Pets, Sea, Surfing, dan sebagainya.
Ada juga fitur Memories yang akan membuat video-video pendek berdasarkan konten yang simpan. Video ini bisa disimpan, lalu dibagikan ke media sosial bila memungkinkan.
CapCut juga sudah terpasang di Asus ProArt PZ13. Menariknya, bila kalian login via Creative Land di ProArt Creator Hub, kalian berhak dapatkan akses 6 bulan gratis untuk CapCut Pro. Sedangkan Adobe Creative Cloud, kalian bisa dapatkan free trial selama 3 bulan.
Kembali lagi ke dapur pacu, Asus ProArt PZ13 dilengkapi dengan RAM LPDDR5X 16 GB dan penyimpanan berjenis M.2 NVMe PCIe 4.0 SSD sebesar 1 TB. Kalau kapasitas penyimpanan kurang, bisa memanfaatkan port USB-C untuk transfer data ke memori eksternal.
Dari pengalaman kami menggunakannya, Asus ProArt PZ13 kasih performa yang cepat dan lancar dalam membuka aplikasi maupun melakukan banyak tugas sekaligus, tak ada masalah berarti pada kinerjanya selama kami memakai laptop ini.
Dan yang paling membuat kami salut adalah ketahanan daya baterainya yang luar biasa. Laptop ini ditenagai baterai 70 WHr yang menawarkan masa pakai baterai sangat lama. Jujur, daya tahan baterainya bahkan lebih panjang dari laptop Android yang pernah kami coba.
Dari pengujian kami dengan pemakaian normal untuk bekerja, baterainya bisa bertahan lebih dari 21 jam. Kapan lagi ada laptop Windows bisa bertahan selama itu dalam sekali ngecas?
Dan bicara tentang pengisian dayanya, menggunakan adaptor GaN 65W, ngecas sampai penuh butuh waktu sekitar 2 jam saja.
Berikut ini beberapa benchmark yang kami lakukan dengan Asus ProArt PZ13:
- Geekbench AI (CPU Quantized Score): 4.520 poin
- Geekbench AI (NPU Quantized Score): 17.486 poin
- Cinebench R23 (Multi Core - Test Stability): 6.037 poin
- Cinebench R23 (Multi Core - Test Throttling): 5.756 poin
- Cinebench R23 (Multi Core - Single Run): 5.963 poin
- 3DMark Steel Nomad Light Stress Test: 1.162 poin (best loop), 1.140 poin (worst loop), 98,1 persen (frame rate stability).
Terakhir, dengan syarat Copilot+ PC yang sudah dipenuhi, kinerja AI di laptop ini memang terasa sat set. Sebagian besar dikerjakan oleh NPU, makanya wajar baterainya awet sekali.
Semisal membuka Copilot dengan menekan tombol dedicated di sebelah kanan tombol Space. Buat ilustrasi gambar, membuat musik, apapun itu, dilakukan dengan sangat cepat. Beberapa task bahkan bisa dikerjakan secara on-device, terbukti saat kami memutuskan koneksi WiFi untuk laptop ini.
Bukan cuma Copilot, beragam fitur AI bawaan Microsoft berjalan dengan lancar, seperti Windows Studio Effects, Live Captions, dan fitur paling menarik, Cocreator yang bisa kalian temukan di aplikasi Paint.
Kesimpulan
Asus ProArt PZ13 menawarkan pengalaman unik bagi pengguna (khususnya kreator) yang menginginkan portabilitas dan performa yang bisa diandalkan dalam satu perangkat. Dengan desain 2-in-1, laptop ini memiliki bentuk yang sangat ringkas dan bobot yang ringan kurang dari 1 kg, sehingga lebih terasa menggunakan tablet dengan experience Windows 11 sepenuhnya.
Performanya cepat dan bisa diandalkan, terlebih daya tahan baterainya yang luar biasa awet dengan ketahanan lebih dari 21 jam berdasarkan pemakaian kami. Dan untuk kreator, layar OLED 3K dengan akurasi warna yang tinggi serta dukungan fitur-fitur di ProArt Creator Hub, dapat menunjang aktivitas kreatif mereka.
Meski memang, sejumlah kekurangan yang kami rasakan bisa jadi pertimbangan kalian juga. Seperti stabilitas keyboard saat digunakan di pangkuan, yang mungkin menyulitkan kalian yang sering bekerja di luar ruang tanpa meja. Jumlah port yang terbatas juga perlu diperhatikan, bahkan tak ada jack audio 3,5mm lumayan fatal buat kami.