Home
/
Gadget

Review Oppo Reno8 5G: Performanya Bikin Kagum, Tapi 'Over Price'

Review Oppo Reno8 5G: Performanya Bikin Kagum, Tapi '<i>Over Price</i>'

Muhammad Faisal Hadi Putra04 October 2022
Bagikan :

Uzone.id - Kalau bicara tentang Reno Series dari Oppo, smartphone tersebut biasanya mengandalkan di sektor kamera dengan pengolahan citra berbasis AI (artificial intelligence) yang mumpuni. Buat orang yang mementingkan performance, biasanya dapur pacu yang diusung oleh seri ini terbilang medioker.

Tapi berbeda dengan Oppo Reno8 5G yang saya review ini. Kameranya cakep, performanya juga gegas, serta desainnya pun terbilang premium dan berbeda ketimbang generasi yang terdahulu.

Selama beberapa minggu menggunakan smartphone menengah terbaru dari Oppo ini, saya kagum dengan segala hal yang ditawarkan olehnya. Kendati begitu, ada beberapa ‘cacat’ atau kekurangan yang saya rasakan juga dari Oppo Reno8 5G yang dibanderol Rp7,9 jutaan ini. 

Untuk lebih jelasnya, sebaiknya simak review in-depth Oppo Reno8 5G berikut ini.

Baca juga: Review Map Nusa PUBG Mobile yang Mirip Bali

Desain apik, beda dari sebelumnya

Preview

Mesti diakui, desain Reno Series dari Oppo itu cantik-cantik. Tapi ada kalanya, desain ponsel tersebut terlihat mainstream lantaran menganut desain yang hampir sama dengan ponsel menengah dari brand lainnya.

Kadang, desain di seri Oppo Reno terbaru juga mirip dengan generasi sebelumnya. Contoh saja Oppo Reno5 5G dan Reno6 5G, bak pinang dibelah dua desainnya.

Tapi tidak dengan Oppo Reno8 5G yang saya review ini. Desainnya apik dan berbeda dari sebelumnya. Tampilannya pun premium, apalagi ada hero color Shimmer Gold yang menampilkan banyak banget warna dengan efek gradasi yang cantik.

Yang bikin desainnya terlihat makin elegan, Oppo mengusung konsep unibody, sehingga panel belakang dan bingkainya dibuat menjadi satu kesatuan. Semuanya terlihat seamless, termasuk modul kamera yang seolah menyatu dengan penampang belakang.

Desain ini sedikit mengingatkan saya dengan Find X3 Pro ataupun Find X5 Pro. Bump kamera yang menonjol, tapi terlihat pantas dan menarik perhatian. Bingkai kameranya sendiri berukuran cukup besar, menyimpan dua lingkaran kamera besar dan dua lingkaran kecil untuk kamera makro dan LED flash.

Warna Shimmer Gold dari unit Reno8 5G yang saya review dibuat agar memiliki efek matte yang halus. Walau teksturnya doff dan halus, tapi warna ini sukses memberikan efek kilauan ketika bodinya terkena cahaya.

Preview

Kadang terlihat hijau, sedikit terlihat merah kebiruan, ungu muda, silver, emas yang mewah, banyak sekali warna yang ditampilkan oleh smartphone ini. Saya jadi tak tega menutupi kecantikannya dengan softcase bening cukup murahan yang ada di paket pembelian. 

“Mending pamer saja sekalian,” pikir saya.

Bagian terbaik dari tekstur matte ini adalah, penampang belakang ponsel jadi anti sidik jari. Bebas dari kotor, noda pun tak ingin mendekat. 

Baca juga: Review Acer Aspire Vero NatGeo Edition

Ikut tren kekinian, Oppo Reno8 5G juga mengusung bingkai bodi datar alias flat. Feel-nya seperti memegang iPhone generasi terbaru, tapi dengan harga yang lebih murah ha ha ha

Menggenggam ponsel ini nyaman banget. Walau flat, tapi gak terasa tajam di telapak tangan. Grip-nya pas saja, apalagi bobot smartphone ini memang ringan, yakni 179 gram saja. Belum lagi ketebalannya yang cuma 7,67 mm.

Membahas tiap sisinya, di bagian atas terdapat mikrofon sekunder. Di bawah, ada slot kartu SIM tanpa dukungan microSD, mikrofon lagi, port USB-C dan speaker. Di kanan ada tombol power dengan aksen garis hijau, sementara di kiri disematkan tombol volume.

Layar dan audio jadi kelemahan

Preview

Cukup disayangkan saja, smartphone Rp7,9 jutaan tapi desain layar depannya terasa seperti ponsel Rp3 jutaan. Bezel bawahnya tebal banget, heran sih kok Oppo malah menurunkan standar smartphone menengah atasnya dengan ‘dagu layar’ setebal ini.

Belum lagi spesifikasi layarnya yang tak seperti smartphone Rp8 juta pada umumnya. AMOLED, oke memang bagus apalagi dengan ukuran 6,43 inci. Resolusinya pun Full HD+, oke itu pun terbilang baik.

Cuma, layarnya gak mendukung HDR10 atau HDR10+, refresh rate cuma 90Hz dan tidak adaptif, serta dilindungi oleh Gorilla Glass 5 saja. Menurut saya, itu sebuah kekurangan, lantaran ponsel lain di rentang harga ini menyuguhkan sesuatu yang lebih baik lagi.

Berita baiknya, keluaran warna panel AMOLED ini memang bagus, ini harus diakui. Dengan intensitas cahaya maksimal sampai 800 nits, pakai ponsel ini di bawah sinar matahari yang terik juga masih kelihatan dengan baik.

Ditambah, layarnya pun mendukung under-display fingerprint. Ada plus minus-nya memang, tapi buat saya, seharusnya ponsel Rp7,9 jutaan tak semestinya menawarkan fitur layar yang terbatas seperti ini.

Belum lagi sektor audionya, standar banget. Sudah konfigurasinya mono, keluaran suaranya pun medioker. Kalau volume diset menengah, kualitasnya oke lah. Tapi kalau kencang, boro-boro nendang, suaranya malah terasa hambar.

Baca juga: Review Vivo X80 Pro

ColorOS 12 minim bloatware, UX bikin nyaman

Preview

ColorOS dari Oppo itu menjadi salah satu OS Android (di luar Google) yang bagus, selain One UI buatan Samsung. Di Reno8 5G, Oppo menjejalkan ColorOS 12 berbasis Android 12 yang menawarkan UX (user experience) yang enak banget.

Transisi antar menu, mengakses app drawer, scrolling dan sebagainya begitu mulus. OS ini juga minim bloatware mengganggu. Kalaupun ada, aplikasi tak terpakai tersebut bisa dihapus dengan mudahnya.

ColorOS 12 adalah tentang personalisasi. Di OS ini, saya bisa dengan bebas menyesuaikan tampilan ponsel sesuka hati. Mulai dari warna dan aksen tombolnya, membuat wallpaper sendiri, menampilkan always on display yang beragam, dan sebagainya.

Yang menarik mungkin membuat wallpaper berdasarkan warna dari foto di galeri. AI pada smartphone akan memindai kombinasi warna dari foto yang kalian pilih, kemudian memberikan rekomendasi wallpaper untuk dipasang di halaman utama. Keren ya?

Oppo tetap menghadirkan fitur utama dari Android 12 juga, yakni sistem keamanan. Terdapat Privacy Dashboard, memungkinkan kalian untuk memantau aplikasi apa saja yang mengakses izin sensitif, seperti kamera, lokasi dan mikrofon.

Kalian juga bisa mematikannya dengan mudah, jadi aman dan tak merasa dimata-matai oleh sistem Android.

Baca juga: Review Samsung Galaxy Z Flip4

Upgrade dengan MediaTek Dimensity 1300

Preview

Upgrade signifikan ketimbang dua generasi sebelumnya, Oppo membekali Reno8 5G dengan Dimensity 1300. Prosesor ini masuk ke kelas high-end, karena punya clock-speed mencapai 3 GHz pada prime-core.

MediaTek Dimensity 1300 terdiri dari tiga kluster CPU, yakni 1-core 3 GHz Cortex-A78, 3-core 2,6 GHz Cortex-A78 dan 4-core 2 GHz Cortex-A55. GPU atau kartu grafisnya adalah Mali-G77 MC9, dan Dimensity 1300 dibuat menggunakan arsitektur 6nm dari TSMC.

RAM-nya 8 GB berjenis LPDDR4X, gak nyangka sebenarnya smartphone di harga segini masih saja pakai jenis RAM yang sudah ‘ketinggalan zaman’. Untungnya, RAM ini bisa ditambah secara virtual hingga 5 GB.

Memori penyimpanannya berjenis UFS 3.1 yang lebih cepat dari UFS 2.2. Kapasitasnya 256 GB, jauh lebih dari cukup untuk menyimpan foto, video, game, file dan sebagainya.

Berikut ini dua pengujian yang dilakukan menggunakan AnTuTu Benchmark versi 9 dan PCMark generasi terbaru:

Preview
Preview

Catatan menarik dari pengujian menggunakan PCMark. Grafik menunjukkan kalau kinerja Oppo Reno8 5G terbilang stabil, tapi tidak berjalan pada prime core-nya. Hampir semua simulasi stagnan pada level 80 persen.

Dari situ, kami berasumsi kalau ColorOS 12 memang mengatur MediaTek Dimensity 1300 agar berkerja seefektif mungkin supaya daya tahan baterainya tidak terlalu boros. 

Daya tahan baterai panjang, ngecas kencang

Prosesor MediaTek Dimensity 1300 yang stabil dan efisien ini dipadukan dengan baterai 4.500 mAh. Perpaduan tersebut otomatis bikin battery life Oppo Reno8 5G begitu panjang.

Gak sampai 24 jam memang, tapi selama saya memakainya, Reno8 5G bisa digunakan selama jam kerja untuk sekali pengisian daya. Jadi ngecas pagi, digunakan terus sampai malam pun, ponsel ini masih bertahan dengan baik.

Baca juga: Review Xiaomi 12 Lite

Smartphone ini juga didukung oleh fast charging super cepat, namanya SuperVOOC 80W. Adaptor charger-nya pun disertakan dalam paket pembelian, jadi kalian tinggal colok dan tunggu proses charging selesai dalam beberapa menit.

Dari pengujian, butuh 40 menitan untuk mengisi baterai smartphone sampai benar-benar penuh. Impresif tentu saja, apalagi dengan daya tahan baterai yang panjang.

Ultrawide dan makro cuma gimmick

Preview

Jujur nih, buat saya mendingan satu kamera belakang saja deh yang ditawarkan oleh Oppo Reno8 5G, daripada memasukan konfigurasi tiga kamera, dimana dua kameranya terasa gimmick dan biasa saja.

Kamera utama smartphone ini flagship level karena menggunakan sensor Sony IMX766 50MP yang kita tau, kualitasnya oke punya. Kamera ini memang belum disertai OIS atau optical image stabilization, tapi dengan EIS saja atau electronic image stabilization, sudah cukup kok.

Belum lagi sensor Sony IMX766 sudah mendukung Omni-directional PDAF untuk pemotretan yang lebih gercep karena pengenalan fokus yang sangat cepat.

Nah dua kamera lainnya, terasa medioker saja. Kamera ultrawide 8MP dan kamera makro yang fixed-focus 2MP. Konfigurasi yang gak semestinya ada pada smartphone Rp7,9 jutaan. 

Coba saja ada kamera telephoto yang lebih proper atau bisa saja menggunakan konfigurasi yang ada, tapi setidaknya kamera makro mendukung autofocus

Sementara di depan, Oppo Reno8 5G mengusung kamera 32MP dengan sensor Sony IMX709. Sensor ini berjenis RGBW, dan memang dibuat eksklusif untuk perangkat Oppo saja.

Bagaimana hasilnya?

Sony IMX766 yang berpadu dengan sistem kamera Oppo memang gak gagal. Kualitasnya apik, detail gambarnya tajam, warnanya vivid dan terlihat hidup. Memotret di indoor atau saat cahaya tak mendukung juga sama baiknya, minim noise dengan detail yang tajam dan menakjubkan.

Kamera ultrawide tak terlalu impresif. Warnanya oke, tapi soal detail masih kurang memuaskan. Apalagi kalau ambil gambar di indoor atau saat remang-remang, wah noise di mana-mana dan bikin kualitas gambar menurun jauh.

Kamera makro tanpa fixed focus itu memang bikin ribet. Sudah memotret objek kecil saja sudah sulit, ditambah mengatur fokus yang tricky, makin malas saja memotret makro. Perlu tripod kalau tangan kalian gemetar saat mengambil subjek dari jarak dekat.

Mending kalau gambarnya bagus, di bawah standar banget malah. Kontrasnya rendah, detailnya kurang, warnanya hancur, ya bagaimanapun kamera ini memang tak seharusnya ada di Reno8 5G.

No debat kalau soal selfie, Oppo memang jagoannya. Kamera selfie ini dapat memotret dengan baik, walau saya mencoba selfie dengan lensa menantang cahaya matahari. 

Baca juga: Review Infinix Note 12

Kamera dan AI dengan sangat baik bisa mempertahankan rentang dinamis pada gambar, detail pada wajah tetap terlihat baik, minim noise dan latar belakang pun digambarkan dengan cukup ciamik.

Soal video, smartphone ini bisa merekam video 4K pada 30 FPS atau Full HD pada 60 FPS. Kalau merekam dengan mengaktifkan stabilisasi, maka hasilnya akan di-cropping sehingga seperti stabil.

Namun sayangnya, kualitasnya akan menurun. Jadi saya sarankan untuk tak menggunakan opsi stabilisasi, toh kualitasnya sudah bagus juga kok.

Hasil foto:

Hasil kamera Oppo Reno8 5G

Layak dibeli?

Preview

Desain yang eye-catching, elegan dan beda dari lainnya, performa andal terutama untuk gaming, daya tahan baterai panjang dengan fast charging cepat, serta kamera utama 50MP yang mengagumkan, merupakan sederet kelebihan yang ditawarkan Oppo Reno8 5G yang saya review.

Tapi sayang, beberapa hal yang seharusnya tak diusung oleh smartphone harga Rp7,9 jutaan malah tetap disertakan di sini. Jujur, ini yang bikin saya ragu untuk merekomendasikan Reno8 5G sebagai smartphone yang mesti dipilih.

Layar AMOLED memang keren, tapi gak ada HDR10 apalagi HDR10+, refresh rate masih saja 90Hz, ditambah bezel yang tebal dan gak dilapisi Gorilla Glass terbaru seperti Victus. Gak lebih seperti smartphone Rp3 jutaan yang berusaha terlihat mewah.

Speaker-nya juga masih mono. Bikin kecewa pula keluaran suaranya, saya lebih seringnya pakai TWS atau headset USB-C saja untuk mendorong kualitas suara agar sesuai harapan. 

Kamera selain sensor utama dan selfie juga tak impresif. Saya pun sampai dibuat heran, ini Oppo beneran ngejual ponsel ini di harga Rp7,9 juta?

Lantas, worth-it atau enggak sih? Tergantung kebutuhan sebenarnya. Oppo Reno8 5G gak buruk-buruk amat, kualitasnya oke kok. Cuma disayangkan, beberapa hal yang malah bikin smartphone ini terasa over price

Jika saja smartphone ini dijual dengan harga lebih murah, saya yakin Reno8 5G keluar menjadi salah satu smartphone kelas menengah yang menonjol dibanding kompetitor lainnya, terutama segmen yang mengunggulkan desain dan kamera.

populerRelated Article