Test Ride Moto Guzzi V7 Stone Special Edition: Sebuas Apa Tenaganya?
Moto Guzzi V7 Stone Special Edition (Foto: Uzone.id)
Uzone.id - Moto Guzzi V7 Stone Special Edition secara resmi diluncurkan oleh PT Piaggio Indonesia beberapa waktu lalu. Motor yang dijual seharga Rp539,5 juta untuk on the road DKI Jakarta ini langsung bisa dicicipi mengelilingi pusat perbelanjaan Pondok Indah Mall (PIM) 2.
Dengan harga setengah miliar, kira-kira bagaimana rasa berkendara motor bergaya retro yang satu ini?Sebelum membahas impresinya, Moto Guzzi V7 Stone Special Edition ini mendapatkan beberapa ubahan. Dari segi tampilan terdapat aksen-aksen merah seperti pada head mesin, tangki, hingga cover bodi sampingnya.
Dari segi performa, Moto Guzzi V7 Stone Special Edition masih menggunakan mesin V-Twin, 2-katup per silinder, 853 cc, berpendingin udara. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 63 dk di 6.700 rpm dan torsi 75 Nm di 4.900 rpm.
Tenaga yang dihasilkan disebutkan lebih besar 1,5 dk dan torsinya lebih besar 2 Nm dari versi standarnya.
Ubahan tenaga ini dikarenakan terdapat setelan khusus pada bagian Electronic Control Unit (ECU) dan knalpot racing dari ARROW sebagai komponen standar.
Desain retro berteknologi modern
Tidak heran, Moto Guzzi memang memiliki ciri khas motor retro yang juga ditampilkan pada V7 Stone Special Edition ini. Mulai dari lampu yang serba bulat, komposisi tangki bentuk teardrop, cover bodi samping, hingga ke spatbor belakangnya.
Meski tampilannya retro, motor ini dibekali teknologi modern seperti lampu LED dari depan, belakang, dan sein. Kemudian di bagian kemudi dibekali panel instrumen digital yang menambah kesan modern.
Secara garis desain keseluruhan, versi Special Edition ini tidak berbeda dari model standarnya. Pipa knalpot yang menjulur di kiri dan kanan juga memberikan kesan gahar tersendiri khas V7 Stone.
Posisi berkendara khas scrambler
Duduk di atas Moto Guzzi V7 Stone Special Edition yang memiliki gaya scrambler ini sebenarnya mirip seperti menunggangi naked bike. Posisi duduk yang cukup tegak, posisi kaki yang cukup santai, dan setang telanjang menjadi ciri khas sebuah scrambler.
Awalnya cukup khawatir dengan posisi kaki berada cukup dekat dengan head mesin V-Twin yang menjulur ke samping. Tapi tenang, posisi kaki tidak sampai menyentuh yang pastinya aman saat dikendarai.
Karena cukup dekat, rasa panas dari mesin sedikit terasa di bagian kaki pengendara. Untungnya panas mesin dari Moto Guzzi V7 Stone Special Edition tidak seperti Ducati yang cukup bikin tidak nyaman.
Sisanya jok dirasa cukup empuk dan setang juga cukup lebar, memberikan kendali atas motor yang mudah dan nyaman.
Impresi berkendara: mesin 850 cc barunya cukup agresif
Impresi pertama kali geber Moto Guzzi V7 Stone Special Edition langsung dikejutkan dengan mesin V-Twin kesampingnya. Pasalnya setiap membuka gas dalam kondisi diam, motor ikut goyang ke samping akibat hentakan mesin yang besar.
Namun saat dibawa jalan, ternyata putaran mesin tidak terlalu berpengaruh terhadap keseimbangan motor. Moto Guzzi V7 Stone Special Edition ini masih bisa diajak berseluncur di atas aspal layaknya motor pada umumnya.
Soal tenaganya, di putaran bawah terasa cukup buas dan terasa jambakan yang besar. Karena lokasi test ride yang terbatas hanya sekitaran PIM 2 saja, membuat motor ini tak perlu berpindah transmisi ke percepata kedua.
Cukup pakai gigi 1 saja, sudah bisa diajak berjalan hingga kecepatan 60 km/jam. Namun memang jika ingin tarikan yang lebih halus, disarankan pindah ke gigi 2.
Penggunaan knalpot ARROW juga memberikan sensasi gahar tersendiri bagi motor ini. Meskipun suaranya tidak terlalu besar, namun masih cukup untuk memberikan nuansa racing.
Karena lokasi test ride terbatas, jadinya pengetesan tenaga dari Moto Guzzi V7 Stone Special Edition yang memiliki mesin 850 cc menjadi kurang optimal.
Selebihnya seperti pengereman, tentunya tidak usah diragukan lagi, mengingat kaliper depan telah menggunakan Brembo membuat deselerasi semakin responsif.
Pengendalian juga dirasa cukup mudah, meskipun masih menggunakan suspensi depan teleskopik. Karena diameter tabung yang besar, membuat manuver saat berbelok dirasa masih stabil.
Bantingan kaki-kaki juga dirasa cukup empuk, hanya saja bagian depan terasa lebih kaku dari belakang. Mungkin dikarenakan penggunaan ukuran pelek yang lebih besar, membuat sedikit perbedaan antara kedua suspensinya.