Thisable, Startup yang Bantu Difabel Masuk Dunia Kerja
Difabel tak berarti tidak mampu bekerja. Namun, banyak orang yang punya keterbatasan fisik tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja dalam suatu perusahaan.
Kegagalan bekerja sempat menjadi pengalaman Angkie Yudisti - seorang tuna rungu yang memiliki gelar master dalam bidang komunikasi. Penolakan dari sebuah perusahaan itu kemudian membuat Angkie terinspirasi untuk membantu para difabel."Saya berusaha sangat keras mendorong para disabilitas untuk mendapatkan kesempatan yang sama," katanya dalam forum Smart Citizen Day di Jakarta, Kamis (28/3).
Angkie membentuk Thisable Enterprises, sebuah perusahaan dengan misi sosial sejak tahun 2011. Thisable berupaya untuk memberdayakan penyandang cacat atau disabilitas supaya mendapatkan akses pekerjaan yang layak dan mampu menjadi bagian dari perekonomian di Indonesia.
(Baca: Sokong Perekonomian Keluarga, Perempuan Difabel Rintis Bisnis Kuliner)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), sebanyak 8,56% dari total penduduk 255,18 juta merupakan kaum difabel. Sehingga, terdapat sekitar 21,84 juta orang adalah penyandang disabilitas.
Menurut Angki yang menempuh pendidikan di London School of Public Relations (LSPR), sekitar 40% dari jumlah disabilitas tidak memiliki pekerjaan. Artinya, 8,73 juta difabel adalah pengangguran. "Kepercayaan orang pada disabilitas minim," ujarnya.
Dia mengaku, keberlangsungan perusahaan selama enam tahun pertama sangat sulit. Sebagai pemimpin perempuan penyedia jasa khusus disabilitas, Angki tidak memiliki acuan. Apalagi, Thisable ingin para pekerja mendapatkan kesetaraan sesuai dengan standar profesional.
Menurutnya, salah satu cara untuk bertahan adalah konsistensi dan kolaborasi. Dia menekankan tugas pemimpin tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga fokus kepada dampak sosial. Sehingga, ketika ada kesempatan, Thisable mampu menyesuaikan program untuk terus maju sebagai sebuah entitas usaha.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tahun 2017, Go-Jek lewat usaha Go-Life membuka diri untuk merekrut para disabilitas yang ada di Thisable. "Kalau tidak coba, kapan lagi, bisa semakin banyak jumlah pengangguran," kata Angki.
(Baca: Pisah dari Go-Jek, Go-Life Rambah 24 Kota)
Kedua pihak pun melakukan uji coba kepada 4 disabilitas dalam layanan jasa Go-Life, yaitu Go-Massage, Go-Glam, Go-Auto, dan Go-Clean. Salah satu aspek penunjang keberhasilannya adalah konsumen tidak bisa memilih orang yang bekerja dalam Go-Life.
Sebanyak 500 orang yang memiliki disabilitas mulai masuk ke Go-Life di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Banten (Jabodetabek). Keberhasilan itu pun dibuntuti oleh peningkatan permintaan di kota lain. Angki mengungkapkan, sudah ada 2.800 orang di Thisable yang siap untuk kerja.
Selain itu, Thisable tengah menyiapkan aplikasi untuk para disabilitas. Sebab, masih banyak keluarga yang punya anggota lain yang difabel tidak mendapatkan informasi secara maksimal. "Sekarang aplikasinya sedang pengembangan," ujar Angki.
Dia juga mengaku sering mendapat kritik lantaran dianggap mencari keuntungan dari kaum difabel. Namun, organisasi dalam perusahaan bakal memberikan kesetaraan kepada disabilitas secara profesional. Dia pun menegaskan, jika pegawai sukses, pemimpin perusahaan pasti sukses.
(Baca: Di Balik Hologram Kampanye Jokowi)
Angki memberi contoh, ada seorang mitra disabilitas Thisable yang mengambil pesanan pijat dan urut dari layanan Go-Massage. Dalam waktu 3 tahun, orang itu mampu membeli rumah dari penghasilan sendiri. Sehingga, Thisable merasa solusi perusahaan kepada mitranya adalah win-win solution.