TikTokers Ungkap Algoritma TikTok Berlaku Rasis
Ilustrasi (Foto: Aaron Weiss / Unsplash)
Uzone.id - TikTok telah meminta maaf atas video viral yang dibagikan oleh kreator konten Ziggi Tyler (23) yang menunjukkan adanya bias rasial dalam algoritme aplikasi tersebut.Frase seperti "Black Lives Matter" dan "orang kulit hitam" diblokir dari Creator Marketplace-nya, sementara "supremasi kulit putih" tidak.
Video diposting pada 6 Juli oleh Ziggi Tyler, komedian populer dengan 375 ribu pengikut.
Creator Marketplace, yang diluncurkan TikTok pada akhir 2019, merupakan platform khusus undangan yang menghubungkan pemegang akun dan influencer TikTok populer.
Dalam rekaman, Ziggi menunjukkan di layarnya sendiri kalau frase seperti "mendukung keunggulan hitam" dan "pro hitam" tampaknya ditandai oleh TikTok, sementara frase seperti "mendukung keunggulan putih" dan "pro putih" tidak.
"Mereka adalah kata sifat yang sama," kata Ziggi dalam video tersebut.
BACA JUGA: Bukalapak IPO, Segini Harga Saham yang Ditawarkan ke Masyarakat
@ziggityler ##greenscreenvideo This is so much worse… ##fypシ ##fyp ##wrong ##justice
♬ original sound - Ziggi Tyler
Dia juga memposting video TikTok sebagai tindak lanjut. Video tersebut telah dilihat 1,1 juta kali, menunjukkan bahwa frase seperti "Saya seorang neo Nazi" dan "Saya seorang anti-semit" tidak ditandai di Creator Marketplace.
Sementara frase seperti "Saya seorang pria kulit hitam" ditandai.
Juru bicara TikTok telah merespon algoritma platform tersebut telah bias rasial. Dia mengatakan bahwa "Perlindungan TikTok Creator Marketplace kami, yang menandai frase yang biasanya dikaitkan dengan ujaran kebencian, salah diatur untuk menandai frase tanpa memperhatikan urutan kata.
Kami menyadari dan meminta maaf atas betapa frustasinya hal ini.
Pengalaman, dan tim kami bekerja cepat untuk memperbaiki kesalahan signifikan ini. Jelasnya, Black Lives Matter tidak melanggar kebijakan kami dan saat ini punya lebih dari 27 miliar tampilan di platform kami."
Ini bukan pertama kalinya algoritma TikTok menimbulkan kontroversi di kalangan komunitas yang terpinggirkan. Pada bulan Mei, sebuah eksperimen oleh Media Matters, pengawas media nirlaba, menemukan bahwa algoritme TikTok mempromosikan konten homofobik dan transfobik kepada pemirsa. (Insider)