Tips Mujarab Saat Startup Pitching Agar Dilirik Investor
Ilustrasi: Uzone.id/Vescha Permata Sari
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.
Uzone.id — Isu resesi bikin banyak orang was-was, tak terkecuali lanskap startup di Indonesia. Lalu, apa yang harus dilakukan para founder yang baru saja mau memulai pendekatan alias PDKT ke investor, ya?Proses pitching di depan calon investor potensial bisa dibilang menjadi momen penuh adrenalin. Pelaku startup harus ‘menjual’ startupnya agar dianggap layak mendapat kucuran dana.
Bahkan, tak cuma persoalan prospek layanan dan bisnisnya saja, banyak investor yang mempertimbangkan soal kedisiplinan dari pemain startup mengenai tahapan yang harus diambil untuk terus tumbuh.
Pitching ke calon investor memang gampang-gampang susah. Selain hal teknis seperti data yang diperlukan, hal non teknis seperti selera juga mesti dipertimbangkan. Mari kita bedah satu per satu.
Baca juga: Kolaborasi di Era Digital Demi Capai The Biggest Pond!
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam pitching kepada investor adalah presentasi atau deck kita minimal memuat hal-hal berikut: masalah yang ingin dipecahkan, solusi yang ditawarkan, serta gambaran ke depan.
Masalah yang ingin dipecahkan memuat isu yang dihadapi calon pelanggan kita, serta data terkait dengan isu ini. Misalnya, berapa banyak calon pelanggan yang disasar, atau berapa besar pasar yang disasar (dalam miliar/triliun rupiah).
Solusi yang ditawarkan memuat produk yang sudah kita kembangkan, jika memungkinkan berupa traction yang sudah terjadi - berapa banyak pengguna yang sudah kita miliki.
Sementara itu, gambaran ke depan memuat proyeksi produk dan keuangan yang kita rencanakan, termasuk gambaran kebutuhan dana yang kita butuhkan.
Nah, biasanya kita juga memperkenalkan profil dari diri kita dan co-founder kita, disertai latar belakang keahlian dan alasan yang mendasari mengapa kita ingin mendirikan startup kita.
Bagaimana dengan aspek nonteknis? Jangan lupa untuk kita juga melakukan “due diligence” atau mencari tahu soal si investor, termasuk di dalamnya selera investasi, latar belakang investor, tesis investasi, kisaran nilai investasi, dan sebagainya.
Baca juga: Perlunya Startup Terbiasa dengan Strategi Bootstrapping
Hal ini penting karena sebaik apapun pitching kita, kalau kita bertemu investor yang tidak match, tidak akan terjadi investasi. Misalnya, kita membutuhkan dana Rp2 miliar, sedangkan investor yang kita miliki ternyata memiliki kebijakan investasi minimal Rp10 miliar, tidak akan ketemu.
Terakhir, kadang kita bertemu investor tanpa sengaja – misalnya di suatu event atau meeting. Nah, dalam kondisi seperti ini, kita ingin menyampaikan soal startup kita tetapi waktu sangat terbatas - seringkali di bawah 1 menit.
Oleh karena itu, muncul istilah elevator pitch bagaimana kita menyampaikan pitch untuk disampaikan dalam waktu kurang dari 1 menit – analog dengan waktu di dalam lift/elevator.
Oleh karena itu, cobalah rangkum startup kita ke dalam 2-3 kalimat yang ringkas namun sangat tajam yang dapat membuat sang investor terpana. Selamat mencoba!