Tur Eksklusif di Kantor Zeiss: Lebih dari Sekadar Lensa Kamera
Oberkochen, Jerman, Uzone.id - Buat sebagian besar orang, mungkin Zeiss dikenal sebagai perusahaan yang menciptakan lensa untuk kamera profesional. Tapi sebenarnya, lebih dari itu. Gak percaya?
Jadi, tim Uzone.id diundang oleh Vivo Indonesia dan juga Zeiss ke Oberkochen, Jerman, untuk berkunjung langsung ke kantor pusat Zeiss di sana. Kali pertama bertandang ke Oberkochen, satu kata yang pas untuk kota yang berjarak 200 km dari Munich ini, yakni tenang.Ngobrol-ngobrol dengan tour guide yang mendampingi rombongan kami, Oberkochen merupakan kota yang penduduknya mayoritas bekerja atau pensiunan Zeiss. Kota ini terbilang sangat sepi, bahkan di atas jam 8 malam pun nyaris tak ada aktivitas atau kendaraan yang berlalu lalang.
Kembali ke Zeiss HQ, tim Uzone.id beserta rombongan dari beberapa media dan kreator dari Indonesia mendapat treatment spesial dari pihak Zeiss. Bagaimana tidak, selain diberi kesempatan untuk keliling di museum Zeiss, kami juga bisa melihat langsung proses research and development (R&D) perusahaan ini dari dekat.
Di Museum Zeiss, kami didampingi oleh Kurt Becker. Ia adalah fisikawan sekaligus pensiunan dari Zeiss yang kini bekerja sebagai tour guide di museum Zeiss.
"Saya dulunya seorang scientist di sini, bekerja sejak tahun 1986. Saya pensiun, namun saya percaya dengan Zeiss, saya diterima di sini," katanya.
Ia mengajak dan menjelaskan secara detail bagaimana sejarah perjalanan Zeiss yang berdiri sejak tahun 1846. Katanya, di awal berdirinya perusahaan, produk pertama yang diciptakan Carl Zeiss adalah mikroskop yang ia kembangkan bersama fisikawan Ernst Abbe.
Berawal dari mikroskop itulah, kini Zeiss menjadi perusahaan besar yang tidak hanya fokus pada pengembangan lensa untuk kamera saja. Sejumlah besar produk optik yang ada, seperti binokular, teknologi medis, metrologi, litografi, hingga manufaktur, teknologi Zeiss turut andil di sana.
"Di sini dipajang produk dan inovasi Zeiss. Perusahaan tidak hanya dikenal sebagai penyedia lensa kamera saja," terangnya.
Dari museum Zeiss, tim Uzone.id diajak untuk mengunjungi gedung R&D dari Zeiss. Kami tak menyangka, perusahaan tidak merahasiakan proses penelitian dan pengembangan yang mereka lakukan.
"Kalian secara eksklusif diizinkan merekam di sini," ucap Senior Director of Operations Zeiss, Josef Kohnle.
Kami diperlihatkan beberapa tahapan pembuatan bodi lensa yang ternyata masih dilakukan secara handmade. Josef menyebut, perusahaan tak mementingkan volume pengiriman, melainkan pada kualitas produk yang dihasilkan.
"Itulah kenapa beberapa tahapan masih handmade, dikombinasikan dengan mesin juga agar presisi," jelas Josef.
Salah satu pekerja di sana memperlihatkan bagaimana ia mewarnai bodi lensa untuk indikator titik fokus. Ia membubuhkan warna kuning terang secara perlahan, dan ini dilakukan tanpa bantuan mesin!
"Warna kuning ini agar kelihatan jelas saat gelap," terang Josef.
Berikutnya, Josef menunjukkan bagaimana Zeiss membuat lensa yang super presisi. Hal ini untuk memastikan lensanya dapat diandalkan untuk mengabadikan berbagai situasi secara maksimal.
"Lensa kamera yang dibuat Zeiss menerima tiga piala Oscar dalam kategori Science and Engineering," klaimnya.
Piala prestisius tersebut diraih Zeiss pada tahun 1987, 1999, dan 2012. Selain memperlihatkan pialanya yang mentereng, Josef juga (secara berhati-hati) memamerkan salah satu lensa termahal Zeiss yang dibanderol EUR45.000 atau lebih dari Rp760 juta.
"Hati-hati memegangnya. Kalian bisa merasakan langsung bagaimana kualitas lensa kami yang premium," pungkas Josef.
Hanya satu sektor R&D yang tak diizinkan untuk direkam oleh Zeiss, yakni Vivo Zeiss Imaging Lab. Di laboratorium ini, Vivo dengan Zeiss berkolaborasi melakukan berbagai pengujian untuk memenuhi standar pencitraan yang paling bagus dan konsisten.
Oliver Schindelbeck selaku Senior Smartphone Technology Manager untuk Zeiss Consumer Products menyebut, ada banyak pengujian yang dilakukan untuk mengetes satu modil kamera.
Katanya, setiap modul kamera melewati setidaknya 16 ribu pengujian. Pengujian tersebut mencakup refleksi cahaya, titik fokus, skin tone, backlight, efek bokeh dan sebagainya.
"Itu baru satu modul kamera, lebih banyak pengujian lagi bila sebuah ponsel punya 2-3 modul kamera," pungkasnya.
Menutup tur di Zeiss HQ, kami pun diajak makan siang di ruangan kantin para karyawan Zeiss. Sungguh, memberikan pengalaman baru bagi kami, sekaligus mendapatkan informasi baru bahwa Zeiss tak cuma mengembangkan lensa untuk kamera saja.