Daya Pikat Perusahaan Digital RI yang Tak Pernah Luntur Meski Pandemi
Uzone.id- Tidak dipungkiri, pandemi bagaikan berkat terselubung bagi beberapa sektor usaha, terutama bagi perusahaan berbasis teknologi. Tak heran, pemerintah kemudian justru memajukan target 100 persen penetrasi internet ke desa-desa menjadi 10 tahun lebih cepat. Saking diprediksi semakin tangguh, perusahaan digital RI pun malah mendapatkan banyak 'perhatian' dari para investor, lokal maupun asing.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan jika target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sekitar 5 sampai 5,3 persen. Disampaikan Aries Indanarto, Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas BKPM, sampai dengan September 2020, nilai realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang usaha Telekomunikasi dan ICT mencapai angka Rp21 triliun (kontribusi sekitar 67 persen) dengan Singapura sebagai negara kontributor terbesar.
“Target investasi pada 2020 sebesar Rp817,2 triliun. Sampai September sudah terealisasi 74,8 persen dengan kontribusi PMA sekitar 49,3 persen. Target investasi sampai 2024 total Rp4.983,2 triliun,” ujar Aries dalam sebuah kesempatan.
Baca Juga:Tokopedia Dorong Lebih Banyak Perempuan Terjun ke Dunia Teknologi
Ini artinya, pemerintah pun optimistis jika perusahaan digital di Indonesia akan 'tetap terlihat cantik' di mata para investor asing dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam data internal, tercatat setidaknya ada 8 perusahaan digital RI yang sempat mendapatkan pendanaan untuk memperkuat bisnis mereka di masa pandemi ini. Mulai dari Kopi Kenangan, Gojek, PasarPolis, Mangkokku, dan yang terbaru Tokopedia.
Berdasarkan laporan ‘e-Conomy SEA’ yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company belum lama ini, ekonomi internet Indonesia secara keseluruhan diperkirakan bernilai 44 miliar USD (GMV) pada 2020. Ada beberapa sektor yang menunjukkan performa terbaik, sepertie-commerceyang naik 54 persen dari USD21 miliar pada 2019 menjadi USD32 miliar pada 2020.
Tidak heran jika kemudian Tokopedia pun menjadi salah satu yang mendapatkan kucuran dana dari Google dan Temasek pada pertengahan November kemarin. Bagaimana tidak? E-commercemerupakan sektor yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat pandemi memaksa mereka untuk tetap di rumah dan memenuhi segala kebutuhan dari rumah. Di sinilah transformasi digital terlihat cepat dan menjadi penting bagi seluruh lapisan masyarakat.
CEO & Founder Tokopedia, William Tanuwijaya menyadari hal ini. Dalam postingan di Instagramnya, dia mengakui tak pernah melihat periode transformasi digital terjadi secepat dan sepenting saat ini. Dia menyebutkan, investasi yang masuk ke dalam perusahaannya akan membuat Tokopedia menjadi perusahaan yang lebih kuat lagi.
Baca juga: Big Data di Tokopedia, Bak 'Mak Comblang' Antara Penjual dan Pembeli
“Kami percaya, kerja sama ini (dengan Google dan Temasek sebagai pemegang saham) bisa mendorong terwujudnya cita-cita Tokopedia untuk menjadi perusahaan yang kuat dan berkelanjutan, agar dapat terus mengakselerasi transformasi digital dan melakukan pemerataan ekonomi melalui teknologi di Indonesia,” kata William.
Peneliti INDEF, Nailul Huda tidak memungkiri jika perusahaan digital tanah air memiliki potensi yang sangat besar. Investor asing juga memiliki dampak yang cukup besar dalam keberlanjutan dan pengembangan bisnis perusahaan. Artinya, tak hanya uang yang akan mereka berikan ke perusahaan Indonesia tapi jugatransfer knowledge, kesempatan untuk mendunia, sampai integrasi teknologi.
Ditambahkan Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira para investor dan perusahaan yang disuntik dana juga bisa melakukan integrasi teknologi.
“Jadi teknologi apa yang bisa diadopsi dari perusahaan lain yang didanai, itu bisa langsung salingcrossing, seperti AI (Artificial Intelligence) dan lainnya,” kata Bhima dalam wawancara via telepon.
Di samping itu, pengalaman dari investor menjadi hal penting untuk dipelajari olehstartup.“Pengalaman juga penting. Mungkin di negara lain pernah gagal, atau ada yang sukses caranya bagaimana, itu bisa menjadilesson learnedbagi startup lokal,” imbuhnya.
Yang terpenting, mengutip pernyataan Aries dari BKPM, investasi asing mampu memberikan peningkatan yang signifikan dalam hal penyerapan jumlah tenaga kerja baru. Data yang diungkap, sepanjang Januari-September 2020, total ada 2.799 tenaga kerja baru yang terserap di industri telekomunikasi dan ICT. Tidak menutup kemungkinan jika ini merupakan salah satu pemicu meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia ke depannya.
Lalu apakah mendapatkan investasi asing lantas membuat perusahaan Indonesia tak lagi nasionalis? Tidak demikian menurut kacamata ekonomi. Bhima menuturkan, investasi dari asing diterima dengan berbagai pertimbangan, salah satunya adalah karena ingin perusahaan tumbuh lebih cepat.
Di sisi lain, tambah Nailul, jumlah investor dalam negeri masih kecil dibanding asing. Jika pun ada, jumlahnya sedikit dan dana yang mereka miliki pun terbatas.
“Bisa dihitung kan, investor dari dalam negeri yang berminat di perusahaan digital itu pasti bisa dihitung jari, sebut saja Djarum, Astra, Telkom. Jumlahnya kecil dibandingkan dengan investor dari luar negeri seperti Softbank, Tencent, Google, Microsoft. Mereka sangatconcernterhadap perusahaan digital,” kata Nailul.
Ketertarikan investor asing terhadap perusahaan Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Bahkan untuk lebih menarik minat mereka, pemerintah saat ini sedang menggodok Daftar Prioritas Investasi pengganti Daftar Negative Investasi, melalui tangan BKPM.
Dipaparkan Aries, nantinya DPI ini akan membuat daftar usaha apa saja yang bisa mendapatkan prioritas investasi. Beberapa kriteria di antaranya adalah berorientasi ekspor,padat karya, padat modal,high-techdan berbasis digital. Ini merupakan kriteria yang dimiliki oleh perusahaane-commercemacam Tokopedia.
“Diharapkan dengan adanya daftar prioritas investasi ini akan menarik investasi yang bukan hanya besar, tapi juga berkualitas dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan,” ujar Aries.
Sehingga diharapkan target investasi sampai 2024 total Rp4.983,2 triliun bisa terealisasi.