Big Data di Tokopedia, Bak ‘Mak Comblang’ Antara Penjual dan Pembeli
(Ilustrasi foto: Campaign Creators / Unsplash)
Uzone.id -- Peran big data sebagai harta karun berupa kumpulan data memang menjadi aspek berharga bagi perusahaan, terutama yang berkecimpung di industri teknologi. Dari riset Statista, data global terus tumbuh secara eksponensial, sampai-sampai pertumbuhan pasar big data skala dunia mencapai USD49 miliar atau setara Rp713 triliun.Sementara dalam laporan Data Age untuk Seagate, IDC memperkirakan ukuran data global akan mencapai 175 zettabyte pada 2025. Di Indonesia pun, tren big data diklaim kian positif setiap tahunnya seiring dengan berkembangnya industri digital dan bertumbuhnya pemain di industri teknologi di Tanah Air.
Salah satu perusahaan teknologi Indonesia Tokopedia juga memaksimalkan peran big data bagai matchmaker alias ‘mak comblang’ antara para penjual dan pembeli.
Tokopedia sebagai penyedia perusahaan teknologi dengan platform marketplace tentunya harus memperhatikan dua hal, penjual (seller) dan pembeli (buyer). Kedua proses antara bagaimana membuat penjualan dari para seller lebih optimal dan mempertemukan kebutuhan serta memaksimalkan pengalaman para konsumen harus berjalan secara seimbang.
Baca juga: Teknologi Jadi Roda Penggerak Pemerataan Ekonomi Indonesia
Dari paparan Data Analyst Tokopedia, Erika Hutapea, big data sendiri memiliki peran penting dalam mewujudkan dua hal tersebut di Tokopedia. Kumpulan olahan data yang relevan dengan tiap penjual diharapkan dapat semakin menunjang penjualan.
“Pemanfaatan big data ini secara umumnya itu membantu penjual untuk menentukan produk mana yang perlu di-boost, sehingga dapat memaksimalkan penjualan,” tutur Erika saat berbincang dengan Uzone.id.
Dia melanjutkan, “Salah satu fitur yang dimanfaatkan penjual di Tokopedia adalah TopAds. Lewat TopAds, penjual bisa mengaktifkan fitur Iklan Otomatis di mana penjual tidak perlu repot untuk mengatur iklan. Penjual cukup memasukkan bujet dan periode iklan, dan iklan mereka bisa langsung aktif. Menurut data internal kami, 80% penjual baru mendapatkan order pertama mereka dari TopAds,” ujarnya.
Dia melanjutkan, “Peran big data di sini menyuguhkan data yang biasanya terdiri dari user behavior, harga, hingga tren produk yang sedang diincar konsumen. Jadi, penjual akan dimudahkan untuk menentukan hal apa saja yang perlu dipromosikan sesuai bujet yang dimiliki.”
TopAds memang menjadi fitur yang ditujukan kepada para penjual agar mereka dapat mempromosikan produk tepat sasaran, serta meningkatkan eksposur terhadap produk jualan dan toko. Biayanya terbilang terjangkau, mulai dari Rp250, Rp300, dan Rp350 tergantung kategori produk yang dijual.
Peran analis seperti Erika sendiri pun susah-susah gampang, karena dari sekian banyak data yang dapat dikumpulkan, timnya tetap harus memilih, memilah, dan mengolah data yang sekiranya penting dan relevan untuk kebutuhan penjual guna optimalisasi penjualan.
Biasanya, dari pihak data analyst akan memberikan rekomendasi tentang tren selama 7 hari terakhir, keyword atau kata kunci yang paling sering dicari, kategori produk apa yang performanya bagus, dan sebagainya.
“Semakin banyak data, semakin banyak yang bisa dilihat, tapi dari sisi olahan big data itu sendiri, kita harus tahu objektif apa yang mau dilihat, karena tidak semua hal harus atau perlu kita lihat. Dengan semakin banyaknya penjual dan pembeli di Tokopedia, kita harus memastikan bahwa penjual bisa memperoleh insight yang diperlukan untuk penjualan mereka dan pembeli pun bisa menemukan apa yang mereka butuhkan di Tokopedia,” jelas Erika.
Jadi matchmaker antara penjual ke konsumen
Kalau membayangkan pasar tradisional atau swalayan, biasanya pembeli yang mencari sendiri produk apa yang kira-kira akan dibeli. Sambil keliling toko dan lumayan bikin kaki pegal, kadang malah tidak dapat barangnya. Hal ini bisa dibilang disederhanakan oleh big data di marketplace seperti Tokopedia.
Peran big data bagaikan ‘mak comblang’ antara si konsumen dengan penjual agar keduanya dapat dipertemukan hingga transaksi terjadi.
“Dukungan big data melalui pemanfaatan TopAds oleh penjual akan mempercepat temuan produk yang sedang dicari oleh konsumen. Dari sisi konsumen sendiri, big data membantu menghadirkan pengalaman belanja yang optimal dan terpersonalisasi. Artinya, kami bertugas untuk menampilkan produk sesuai kebutuhan pembeli,” papar Erika.
Dia menyambung, “Jika konsumen menggunakan tools seperti Search Bar, kami bisa merekomendasikan produk-produk yang relevan dengan kebutuhan. Sementara jika mereka melihat dari iklan atau materi promosi lainnya, big data juga akan menjalankan perannya sebagai matchmaker agar kebutuhan yang dicari dari pembeli bisa langsung disajikan.”
Baca juga: Menguak Implementasi AI pada Sistem Rekomendasi Tokopedia
Proses yang sama juga dijalankan bagi UMKM yang baru memulai bisnisnya secara online, apalagi di masa pandemi seperti sekarang banyak yang bermigrasi ke ranah digital. Big data akan menyediakan wawasan tentang konsumen, tren pasar, dan rekomendasi promosi.
“Kami membantu agar UMKM ini mendapat kesempatan yang sama, bisa berupa flash sale, iklan, dan program lain untuk meningkatkan penjualan dan menarik minat konsumen. Peran kami menciptakan leveling untuk penjual sejak baru berjualan (newbie) maupun penjual lama (mature),” jelasnya.
Sementara untuk masa pandemi yang serba fluktuatif dari segi data, Erika mengaku hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi timnya agar tetap bisa memberikan insight relevan tentang apa yang sedang dicari oleh konsumen dan perubahan seperti apa yang harus dilakukan agar terus mempertahankan penjualan.
Misalnya, produk kesehatan mendadak menjadi kategori produk yang banyak diincar orang, perubahan model penjualan di kategori Makanan & Minuman yang tiba-tiba harus mengubah kemasan jadi bentuk frozen atau siap delivery, hingga pivot kategori fesyen yang turut menyediakan produk masker.
“Perubahan konstan seperti ini yang menjadi tantangan tersendiri, namun sangat menarik untuk dikulik dan dibagikan kepada penjual agar bisnis mereka tetap bisa berkembang. Selain itu, yang seru sebenarnya adalah bagaimana kami mengolah dan menampilkan data yang ‘njelimet’ menjadi sebuah cerita (storytelling) dan menghasilkan dampak bagi penjual dan pembeli lewat pengembangan fitur pada produk. Ada kepuasan tersendiri di sana,” tutup Erika.