Email Dihapus untuk Selamatkan Bumi, Kentut Sapi Juga dong!
Uzone.id- Seperti biasa, Hari Bumi yang jatuh hari ini dirayakan dengan adu ide soal apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi dari kerusakan akibat ulah manusia.
Sementara kerusakan terus saja berlangsung. Hutan hujan di negara tropis yang jadi paru-paru dunia, seperti yang ada di Indonesia hingga Amerika Latin perlahan jadi pemukiman manusia atau perkebunan.
Pohon-pohon besar yang tadinya menyerap gas CO untuk mengubahnya jadi CO2, setelah pohon mati maka gas CO yang diserap tadi dilepaskan lagi ke udara.
Dunia juga masih mengandalkan batu bara untuk menguapkan air di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Orang membuang sampah sembarangan sehingga kalau hujan sampah mengalir ke sungai dan akhirnya sampai di laut.
BACA JUGA:Google Bakal Tindak 11 Aplikasi Salat dan Azan yang Curi Data Pribadi?
Dunia juga makin mengandalkan daging sapi sebagai makanan dan seakan sudah lupa manusia butuh makan sayuran.
Sapi pun makin dikembangbiakkan hingga populasinya ikut andil menciptakan pemanasan global.
Lah, kok bisa ya sapi jadi kambing hitam penyebab kerusakan di Bumi?
Tentu saja. Hal itu karena kentut sapi dan sendawa sapi mengeluarkan banyak metana. Posisinya di nomor dua setelah karbon dioksida sebagai penyebab pemanasan global.
Manusia seperti ketergantungan terhadap daging sapi sebagai sumber protein. Selain sebagai makanan pokok, makan dagi sapi juga sudah seperti gaya hidup ketika makan steak di restoran-restoran.
Bukan berarti seluruh sapi harus dimusnahkan dari muka Bumi lho guys. Populasinya harus dikontrol agar tidak merusak Bumi yangending-nyabikin musnah manusia.
Namun, di Hari Bumi yang jatuh pada hari ini, upaya penyelamatan Bumi lagi-lagi terjebak oleh retorika.
Media maupun netizen ramai membahas cara mengurangi pemanasan global adalah dengan menghapus email atau surat elektronik.
E-mail dipercaya bisa meningkatkan kadar karbon di Bumi. Pasalnya server dipaksa bekerja selama 24 jam agar email selalu aktif.
BACA JUGA:Google Doodle Sajikan Kengerian Dampak Perubahan Iklim ke Bumi
Server butuh listrik yang sebagian masih berasal dari PLTU berbahan bakar batu bara.
Meskipun Indonesia sudah bersiap menghapus batu bara sebagai energi pembangkit listrik, Jerman malah ada wacana ingin kembali pakai batu bara karena energi nuklir yang mereka gunakan lebih berbahaya terhadap lingkungan.
The Good Planet pun melaporkan bahwa sebanyak 107 juta email terkirim setiap harinya. Kalau saja setiap orang mengurangi 10 email dari jumlah yang biasanya dikirim, hal itu menghemat 1.725.000 gigabyte penyimpanan, dan 55,2 juta kilowatt listrik.
Peter Kalmus, seorang peneliti NASA, mengatakan bahwa manusia tidak punya banyak waktu untuk menikmati bumi karena bumi semakin rusak, dan siap-siap saja punah.
Aksi demo Peter Kalmus di depan gedung JPMorgan Chase itu jadi viral di sosial media.
Jam Kiamat mendekati akhir dunia
Jam Kiamat atau Doomsday Clock saat ini berada di 100 detik sampai nanti malam atau kiamat. Jika tidak ada tindakan konkret dari para pimpinan di dunia dalam bekerja sama menyelamatkan Bumi.
Jam Kiamat bukan berarti akhir zaman sudah ditentukan waktunya, namun sebagai pengingat manusia yang sudah merusak Bumi.
Alih-alih menyelamatkan Bumi, negara-negara Adi Daya malah sibuk berperang. Amerika Serikat melakukan peperangan di Suriah, Irak, Libya hingga Afghanistan.
BACA JUGA:Desktop PC Terbaik untuk Bisnis, Asus Expertcenter
Sekarang giliran Rusia perang melawan Ukraina dengan saling meluncurkan peluru hingga rudal mematikan.
Jam Kiamat dibuat oleh The Bulletin of the Atomic Scientists pada tahun 1945 oleh Albert Einstein dan Universitas Chicago. Organisasi ini menyebarkan informasi untuk mengurangi ancaman buatan manusia.
Awalnya, Jam Kiamat diatur tujuh menit sebelum tengah malam. Jam ini pernah menjauh dari tengah, yakni 17 menit mendekati tengah malam. Hal itu terjadi di tahun 1991 ketika Presiden AS George Bush dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengumumkan pengurangan senjata nuklir untuk kedua negara Adi Daya itu.
Di masa pandemi Covid-19, Jam Kiamat masih berada di 100 detik menjelang tengah malam.
“Pandemi mengungkapkan betapa tidak siap dan tidak maunya negara-negara serta sistem internasional menangani keadaan darurat global dengan benar,” kata para ilmuwan BAS pada 22 Oktober 2021.
Mereka mengkritik para pemerintah terlau sering melepaskan tanggung jawab, mengabaikan nasihat ilmuwan, tidak bekerja sama atau berkmunikasi secara efektif dan akibatnya gagal untuk melindungi kesehatan serta kesejahteraan warganya.
Di Hari Bumi, Google juga memberikan peringatan melalui doodle spesial bertemaclimate changeatau perubahan iklim.
Google Doodle memperlihatkan permukaan bumi yang berubah dari tahun 1986 hingga 2020 dalam bentuktime-lapse.
Pertama, gambaran kondisi gletser di puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania Afrika yang semakin menyusut dari tahun 1986 hingga 2020.
Kedua, menyusutnya gletser di Sermersooq, Greenland dari tahun 2000 hingga 2020.
Ketiga, perubahan warna karang laut di Lizard Island, Australia yang diambil dari bulan Maret hingga Mei 2016
Keempat, hutan yang dihancurkan oleh serangan kumbang kulit kayu karena adanya kenaikan suhu dan kekeringan di Harz Forest, Elend, Jerman. Rentang waktu yang diambil yaitu dari tahun 1995 hingga 2020.