Kami Kesal! Para Politisi jadi Komentator Formula E

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id-Ajang Formula E akhirnya jadi digelar juga hari ini, Sabtu (4/6) di sirkuit baru kebanggan Indonesia, Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) di kawasan Ancol, Jakarta Utara.

Memang, ajang balap mobil Formula listrik ini belum lama digelar secara global. Jadi wajar, kalau masih banyak masyarakat yang belum aware dengan event ini.

Ide kompetisi balap mobil listrik kursi tunggal internasional ini pertama kali digagas oleh Jean Todt dan Alejandro Agag pada 3 Maret 2011 di Paris. 

BACA JUGA: Mobil Listrik Wuling yang Dijual di Indonesia Punya Jarak Tempuh 200-300 Km

Todt merupakan presiden dari badan pengatur balap motor dunia, Federasi Otomotif Internasional (FIA). Sementara Agag, seorang pendiri sekaligus kepala eksekutif Formula E Holdings pada 2011.

Melansir situs resminya, tujuan Formula E adalah mendorong mobilitas keberlanjutan kendaraan bertenaga listrik di masa depan. Hal ini terkait dengan meningkatnya kesadaran penduduk bumi akan kelestarian alam melalui kampanye peduli lingkungan.

Setelah dipertimbangkan secara matang, tiga tahun berikutnya Formula E memulai debut di Beijing, Tiongkok, pada September 2014. 

Kala itu, jenis mobil yang dipakai yaitu tipe Mobil Formula Generasi 1 (Mobil Gen1) yang memiliki kecepatan maksimal hingga 225 kilometer per jam. 

Awalnya, kompetisi Formula E diperebutkan 12 tim dengan masing-masing dua pembalap. Balapan berlangsung di sirkuit jalan raya dengan panjang 19-34 kilometer atau sekitar 12 hingga 21 mil. 

Dan kini, Formula E sampai juga di Jakarta, yang ironisnya, komentar-komentar para pecinta balap, khususnya balap Formula, khususnya lagi balap menggunakan mobil listrik, terkubur oleh kegaduhan para politisi yang ikutan jadi komentator balapan.

BACA JUGA: Wuling EV Emang Bisa Laku di Indonesia?

Kegaduhan komentar-komentar para politisi tersebut juga sama sekali tidak secara langsung mengomentari kompetisinya atau mobil-mobilnya.

Mereka saling perang komentar di media terkait dengan tiket Formula E yang diborong Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta F-PAN Zita Anjani.

Ada yang pro karena dianggap sebagai bagian dari dukungan dan kepedulian pada panitia, ada juga yang nyinyir kalau Formula E sukses dan tiketnya sold out karena di borong.

"Kalau andaikata diborong itu untuk menguntungkan Pemda, menguntungkan panitia ya nggak ada masalah. Yang penting diberikan sesuai, dibeli kan nggak ada masalah, siapapun juga mau beli kan bebas, itu hak dialah, bagian dari sponsor. Nggak ada masalah," kata Ketua Fraksi PKB-PPP DPRD DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas, mengutipdetik.com.

Zita mengaku mendapatkan perintah dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) untuk 'membirukan' Formula E. Bayangkan, sepeduli itu ketua partai sampai memerintahkan jajarannya memborong tiket Formula E. Pada suka nonton balapan kayaknya partai yang satu ini.

Kemudian, komentar Anggota DPRD DKI fraksi PDIP Gilbert Simanjuntak yang menilai tiket Formula E bukan dibeli oleh masyarakat biasa yang tertarik menonton balapan.

"Ini berita yang sangat menarik. Artinya tiket habis karena ada intervensi politik, bukan karena antusiasme warga secara spontan untuk menonton," kata Gilbert kepada wartawan.

Kemudian soal sponsorship. Sebelumnya sempat ramai ketika salah satu perusahaan bir raksasa asal Belanda yang merupakan salah satu sponsor besar Formula E global, mendapat sorotan karena event ini digelar di Afganistan, eh, maksudnya di Jakarta.

BACA JUGA: Wuling EV Resmi Pre-Launching di Indonesia, Desainnya Futuristik

Terakhir yang kembali ramai terkait sponsor, adalah soal komentar ketua pelaksana Formula E Ahmad Sahroni menyebut jika tak ada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memberikan sponsor untuk event tersebut.

Kami jelas kesal membaca dan menemukan pembicaraan soal Formula E yang dipenuhi oleh para politisi dan partai politik. Padahal jelas ini ajang olahraga dan unjuk teknologi sebuah kendaraan listrik.

Kami tidak peduli siapa yang memborong tiket, siapa yang memberi sponsor dan sebagainya, tapi tolong, ajang Formula E masih butuh banyak eksposur agar masyarakat semakin mengenal ajang balap ini.

Tapi eksposur yang muncul di jagad maya dan banyak media justru datang dari oknum-oknum yang bukan ahlinya di ajang balap, sehingga di khawatirkan justru malah membuat masyarakat jadi malas untuk mencari tau lebih dalam soal Formula E.

Tenang, kami semua bangga Jakarta akhirnya punya sirkuit jalan raya yang indah itu di Ancol, kami semua bangga ternyata gak hanya motoGP yang mau mampir, tapi juga Formula E. Meski kedua ajang balap ini, sekali lagi gak bisa dibandingkan, karena beda dunia.

Jadi sudahilah perang komentar terkait ajang balap Formula E, apalagi komentar-komentar yang tidak relevan dengan dunia olahraga, Silakan kalian bertempur di gedung DPR atau di forum-forum resmi politik, bukan di sirkuit balap.

Terakhir, kami sepakat dengan Gubernur DKI Anies Baswedan yang mengatakan semuanya lebih baik fokus pada balapannya, karena Formula E bukan kongres atau munas.

Formula E merupakan event olah raga. Sehingga, kata Anies, penyelenggara menyambut semua sebagai hadirin penonton untuk menyaksikan balapan.